Kabar duka datang dari almamater Universitas Gadjah Mada. Salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) bunuh diri dengan melompat dari lantai 11 sebuah hotel. Di Hari Kesehatan Mental Dunia ini, perlu kita sadari tanda dan langkah pertolongan pertama yang bisa kita berikan kepada teman atau seseorang yang punya kecenderungan depresi hingga berpikiran mengakhiri hidupnya.
Kronologi Mahasiswa UGM Bunuh Diri, Sudah Diperingatkan Karyawan Hotel
Mahasiswa berinisial TSR tersebut tewas usai jatuh dari lantai 11 Hotel Porta, Jalan Colombo, Depok, Sleman Sabtu (8/10/2022) kemarin. Kasus ini dipastikan sebagai kasus bunuh diri.
Dilansir dari detikJateng, Kapolsek Bulaksumur Kompol Sumanto sudah menyebut bahwa TSR sudah diperingatkan oleh karyawan hotel agar tidak melompat.
“Sempat diperingatkan sama karyawan sudah mendekat pagar jangan loncat sudah diingatkan infonya,” ujar Sumanto dikutip dari detik.
Artikel Terkait: Depresi dan Bunuh Diri Berkaitan, Kenali Tanda dan Cara Mengatasinya!
Memiliki Surat Dokter Riwayat Psikologis
Kasus bunuh diri ini diduga dilatarbelakangi permasalahan psikologis.
“Ada masalah psikologi, ada surat dokternya juga,” tambah Sumanto.
Kejadian tersebut terjadi pada jam 15.30 setelah sebelumnya polisi menerima laporan orang jauh dari lantai 11 Hotel Porta. Hal ini kemudian dipastikan bahwa kejadian tersebut merupakan kasus bunuh diri.
Jenazah korban kini sudah dijemput orang tuanya dan dimakamkan di kediaman di Kendal, Jawa Tengah.
Kasus Bunuh Diri di Indonesia Menjadi Angka yang Perlu Diperhatikan
Sumber: Unsplash
Data yang didapatkan dari Bank Dunia dikutip dari Katadata menunjukkan bahwa tingkat bunuh diri Indonesia mencapai 2 kasus per 100 ribu penduduk Indonesia.
Pada tahun 2019, laki-laki memiliki kecenderugan bunuh diri yang lebih besar yakni 3.7 per 100 ribu penduduk dibandingkan pada perempuan.
Angka ini tentunya menunjukkan perlunya kewaspadaan dan pengetahuan pertolongan pertama pada teman atau kerabat yang menunjukkan tanda bunuh diri.
Artikel Terkait: Anak Mona Ratuliu Mima Shafa Alami Depresi Sejak SD, Apa Penyebabnya?
Pemikiran Bunuh Diri Dipengaruhi oleh Beberapa Faktor
Parents, tentu Anda pernah mendengar bahwa kasus bunuh diri merupakan kasus yang ‘lemah iman’, ‘tidak kuat mental’, dan banyak persepsi negatif lain.
Sehingga tidak jarang bila masyarakat Indonesia mengabaikan tanda-tanda ini pada keluarga terdekat.
Pendiri Into The Light Indonesia, Benny Prawira Siauw mengatakan bahwa pemikiran bunuh diri dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, maupun lingkungan sosial.
Faktor biologis dan psikologis yang mungkin dihadapi oleh korban bunuh diri antara lain:
- Kondisi genetik yang menyebabkan seseorang rentan depresi dan kecemasan
- Struktur otak yang menyebabkan kerentanan depresi dan kecemasan
- Manajemen stres yang kurang tepat, seperti kesulitan mengekspresikan diri, merokok, mengonsumsi obat terlarang atau minuman keras
Sedangkan faktor sosial yang bisa dialami oleh korban bunuh diri adalah:
- Perundungan (bullying)
- Diskriminasi
- Kondisi keluarga yang tidak mendukung
- Keterbatasan akses layanan kesehtan jiwa
Seseorang yang mengalami pikiran bunuh diri tidak semerta-merta mengalaminya dalam waktu pendek, Parents.
Umumnya, hal ini merupakan kumpulan dari stres dan juga faktor-faktor di atas yang tidak dapat diatasi.
Salah satunya juga dikarenakan lingkungan sekitar yang tidak memberikan akses atau menjadi teman bercerita korban.
Dengan demikian, pertolongan pertama pada pikiran bunuh diri tidak sampai dan memungkinkan korban untuk melanjutkan aksinya.
Pertolongan Pertama Pada Keluarga atau Teman dengan Pikiran Bunuh Diri
Sumber: Unsplash
Parents, tentunya kita tidak mau bila keluarga atau kerabat tersayang mengalami kondisi tersebut.
Namun, ada kalanya bahwa mereka tidak dapat bercerita, sehingga kita menganggap mereka baik-baik saja.
Mendengar kabar bahwa seseorang memiliki pikiran bunuh diri tentu membuat Anda syok dan takut. Apakah kira-kira hal yang Anda sampaikan akan membuat lebih baik? Pasti ada pikiran demikian.
Berikut adalah langkah yang bisa Parents lakukan sebagai pertolongan pertama saat mendengar pikiran bunuh diri:
1. Segera Bertindak
Langkah paling utama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa Anda harus bertindak.
Jangan menunggu orang lain untuk bertindak, karena bisa jadi dia hanya bercerita kepada Anda, Parents.
Artikel Terkait: 10 Jenis Depresi, Kenali Berbagai Gejalanya agar Bisa Diatasi Segera
2. Kenali Risiko Bunuh Diri atau Self Harm
Jika Anda sudah mengetahui bahwa kerabat atau keluarga memiliki pikiran bunuh diri, Anda harus bisa mengenali risiko.
Risiko yang dimaksud adalah seberapa besar kemungkinan korban melakukan aksinya, seperti melihat apakah ada benda tajam atau berada di lingkungan yang tidak asing.
Anda bisa mencoba menanyakan, “Apakah Anda ingin bunuh diri?”
Hal ini tidak akan membuat mereka melakukan bunuh diri. Ketika menggunakan kata ‘bunuh diri’, seseorang justru akan mempertanyakan lagi keputusannya.
Umumnya, tidak semua orang benar-benar ingin bunuh diri. Ide-ide ini bisa jadi hanyalah ekspresi stres yang tidak terselesaikan.
Oleh karena itu, Anda bisa mencoba mengatakannya langsung.
3. Ajak Bercerita dan Dengarkan Tanpa Menghakimi
Langkah pertolongan pertama selanjutnya adalah mendengarkan cerita korban yang hendak melakukan bunuh diri.
Perlu dipastikan, bahwa pada langkah ini Anda dilarang menghakimi apa pun yang diceritakan.
Mereka mungkin hanya memiliki Anda seorang yang bisa dipercaya.
Hindari:
- Mengatakan bahwa bunuh diri merupakan dosa/membuat kecewa
- Memberikan pendapat dari perspektif diri sendiri
- Menyela pembicaraan
- Mengatakan “Kamu cuma dibuat-buat”
- Memberikan beban kecewa atau rasa bersalah
4. Berikan Keyakinan dan Informasi
Sumber: Unsplash
Beri opsi bahwa masih ada cara untuk menyelesaikan hal tersebut, seperti bercerita atau pun menemukan bantuan profesional.
Berikan keyakinan bahwa Anda akan tersedia untuk mereka dan ajak mereka untuk mengingat hal-hal menakjubkan yang berharga di hidup Anda dan mereka.
Anda juga bisa mengatakan bahwa pikiran bunuh diri sangat wajar muncul ketika seseorang depresi, tapi tidak perlu dilaksanakan.
Bahkan Anda bisa mengatakan bahwa tanda-tanda ini sangat bisa diselesaikan dengan bantuan profesional.
5. Ajak Mencari Bantuan Profesional
Jelaskan kepada mereka bahwa Anda siap membantu mereka untuk mengatasi masalahnya dengan mengajak ke profesional seperti psikolog atau psikiater.
Anda bisa meyakinkan bahwa hal ini tidak perlu dianggap sesuatu yang memalukan.
Dengan demikian, mereka akan berusaha sendiri untuk bangkit dan mencoba untuk menempuh hidup baru yang lebih baik.
Semoga tips di atas bisa membantu dan mendorong Anda lebih awas dan sigap membantu.
***
Apabila memiliki keluarga atau kerabat yang memiliki kecenderungan bunuh diri, Anda juga bisa langsung menghubungi beberapa Hotline berikut ini:
- LISA Suicide Prevention Helpline: +62 811 3855 472
- 119 dapat juga digunakan saat seseorang mencoba melakukan bunuh diri/berada di situasi yang sudah mengancam keselamatan nyawa.
- 119 (ekstensi 8) untuk layanan SEJIWA, membantu masalah kesehatan jiwa tetapi tidak mencangkup pertolongan pertama bunuh diri.
***
Baca Juga:
Depresi pada Remaja Meningkat, Benarkah Efek Media Sosial?
Pahami Risiko Depresi saat Hamil Beserta Cara Mengatasinya
Perjuangan Anak Mona Ratuliu Alami Depresi, Sempat Ingin Bunuh Diri
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.