Pernahkah Anda menjumpai seorang perempuan yang tidak memiliki rahim? Meskipun terdengar tak begitu lumrah, namun hal ini benar-benar dapat terjadi. Seperti yang dialami oleh perempuan tanpa rahim asal Malaysia berikut ini.
Ia terlahir dengan kondisi langka tanpa rahim yang dikenal dengan sindrom MRKH. Seperti apa penyakitnya? Lalu, bagaimana kondisinya saat ini? Simak cerita selengkapnya berikut ini!
Klik image di bawah ini untuk baca lebih lanjut
Kisah Wani Ardy, Perempuan Tanpa Rahim Asal Malaysia
Sumber: Laras Potraits/Sufian Abas
Terlahir sebagai perempuan yang tidak memiliki rahim tentu bukan hal yang mudah. Itulah yang dirasakan oleh Wani Ardy, perempuan asal Malaysia yang terlahir tanpa rahim. Ketika berusia 17 tahun, dokter memvonis dirinya tak memiliki rahim sehingga tak kunjung mendapatkan menstruasi pertamanya.
Vonis tersebut tak pelak membuat dirinya, termasuk dokter yang menanganinya kebingungan. Hari-harinya setelah itu juga tidak mudah. Ia merasa terkucilkan dari teman-teman sebayanya karena merasa berbeda.
“Saat remaja, saya merasa sangat terkucil karena pada saat itu, saya tahu saya berbeda,” kata Wani Ardy seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Namun, apa yang dialami oleh Wani rupanya bukan hal baru dalam dunia medis. Ketiadaan rahim dalam tubuh perempuan disebut dengan sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser atau MRKH. Kondisi ini membuat perempuan terlahir tanpa organ seks internal seperti rahim dan vagina.
Fenomena ini memang cukup langka yang mana hanya menimpa 1 dari 5000 perempuan. Hingga saat ini, dunia kesehatan pun belum bisa menguak apa yang menyebabkan kondisi ini bisa terjadi. Namun, hal ini ada kaitannya dengan organ dalam seksual yang kurang berkembang saat lahir.
Artikel Terkait: Rahim kering bikin susah hamil, catat 7 penyebabnya berikut ini!
Kisah Wani Ardy yang Sedang Berjuang Kalahkan Stigma
Sumber: Reuters
Kini, Wani Ardy telah berusia 37 tahun. Meski sempat mengalami masa-masa pahit ketika remaja, namun ia berhasil tumbuh menjadi seorang perempuan yang pemberani. Tak mau terpuruk dengan kondisinya, ia pun bergabung dengan grup dukungan online untuk perempuan MRKH yang berbasis di AS.
Setelah bertahun-tahun menyembunyikan kondisinya, pada 2014 ia pun memberanikan diri untuk berterus terang kepada publik. Ia sadar bahwa urgensi kesehatan seksual reproduksi yang masih dianggap tabu di Malaysia membuat perempuan dengan kondisi yang sama seperti dirinya malu mencari pertolongan.
“Saya pikir jika saya bisa merasakan kedekatan dengan seseorang yang ada di seluruh dunia, bayangkan bagaimana perasaan saya jika bisa menemukan orang dengan MRKH di negara saya sendiri, yang lebih terkoneksi dengan pendidikan, latar belakang, dan budaya,” katanya.
Setelahnya, Wani membuat grup dukungan untuk perempuan MRKH yang berbasis di Malaysia. Hingga saat ini, komunitas tersebut terus bertumbuh dan telah memiliki lebih dari 200 anggota, termasuk dari Indonesia dan Singapura.
Artikel Terkait : Ulasan Dokter Tentang Rahim Terbalik atau Inversio Uteri
Kenali Sindrom Langka MRKH
Sindrom MRKH adalah kondisi yang sangat langka. Penyebabnya hingga kini juga belum diketahui. Selain itu, kondisi ini baru bisa didiagnosis ketika perempuan memasuki usia remaja, yakni di usia 15-16 tahun. Biasanya, perempuan di usia ini mulai bertanya-tanya apabila tak kunjung mendapatkan menstruasi pertama.
Selain ketiadaan menstruasi, nyaris tak ada gejala lainnya yang menyertai sindrom MRKH. Sebab, perubahan fisik seperti tumbuhnya payudara dan rambut kemaluan masih terjadi seperti pada umumnya.
Untuk mengetahui apakah seorang perempuan menderita sindrom MRKH, dokter perlu melakukan serangkaian tes seperti tes darah, tes USG, hingga pemindaian MRI. Tes darah berfungsi untuk mengecek kelainan pada kromosom, sementara USG dan MRI dilakukan untuk memastikan ada tidaknya vagina, rahim, dan leher rahim di dalam tubuh seorang perempuan.
Lalu, apakah perempuan dengan kondisi MRKH bisa memiliki anak? Jawabannya adalah bisa. Kendati tak punya rahim, indung telur pengidap MRKH masih berfungsi dengan baik. Sehingga masih memungkinkan memiliki keturunan dengan meminta bantuan ibu pengganti atau yang biasa disebut surrogate pregnancy, meski metode ini pun masih tabu untuk sebagian orang.
Walaupun kondisi ini umumnya tak menyebabkan rasa sakit, namun stigma serta ketabuan membicarakan kesehatan reproduksi membuat para pengidap MRKH enggan memeriksakan diri.
Nah Parents, demikian kisah Wani Ardy, perempuan tanpa rahim asal Malaysia yang berjuang melawan stigma. Semoga kisah perjuangan dan keberaniannya di atas bisa menginspirasi para perempuan lainnya, ya.
****
Baca juga:
Minum Air Es Saat Haid Menyebabkan Kanker Rahim? Ini Penjelasan Dokter
Bahaya Kanker Rahim mengintai wanita, Bunda perlu waspada!
Apakah tumor rahim menghambat kehamilan? Ketahui penjelasannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.