Walau bukan ia yang mengandung janin, tapi perasaan suami menghadapi keguguran juga perlu diperhatikan. Hal ini lantaran kesedihan tak luput dialami pihak suami, meski sering kali ia justru menutupinya.
Keguguran adalah salah satu pengalaman paling menyakitkan yang dialami perempuan. Mereka menggambarkan keguguran sebagai peristiwa yang ‘remuk’, layaknya kepedihan yang tak tertanggungkan.
Semua orang lebih memerhatikan penderitaan istri dengan segala kesakitan emosional dan fisik yang dialaminya pasca keguguran. Lantas, bagaimana bagi suami? Adakah yang pernah bertanya bagaimana perasaan dia menghadapi keguguran yang dialami pasangannya?
Fakta tentang perasaan suami menghadapi keguguran
Berikut ini fakta-fakta tentang perasaan suami menghadapi keguguran sang istri:
1. Suami juga berduka
Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg mengungkapkan tentang perasaan duka yang ia alami setelah istrinya keguguran hingga tiga kali. Kala itu, orang-orang terkejut dengan kejujuran dan keterbukaan Mark.
Mengakui kepada publik bahwa peristiwa tersebut adalah pengalaman pribadi yang ia tanggung dalam sepi. Hal ini menyadarkan orang-orang jika ekspektasi gender yang memaksa suami menyembunyikan perasaan mereka, khususnya perasaan depresi.
Suami dipaksa untuk menahan saja perasaannya, apapun yang terjadi. Tapi, dari pernyataan jujur seorang Mark Zuckerberg, kita dapat melihat ada dukacita di balik ketabahan dan maskulinitas yang menutupinya.
“Laki-laki adalah penduka yang terlupakan, menderita dalam diam” ujar seorang psikolog.
Istri atau pasangan mereka mendapatkan perhatian, sering kali karena kondisi medis, dan fakta bahwa keguguran secara fisik terjadi pada perempuan.
Ketika mengalami keguguran, perempuan dapat dengan leluasa menunjukkan kesedihannya dan mengungkapkan kedukaan yang mendalam kepada teman-teman dan keluarga yang datang untuk memberikan perhatian.
Akan tetapi, berapa banyak kita yang lupa bahwa duka atas keguguran juga dialami oleh pihak suami, tidak hanya oleh istri saja sebagai yang mengandung janin.
2. Bersedih dalam tingkat kesedihan yang rendah
Setiap situasi itu unik. Penelitian menunjukkan bahwa cara suami memproses perasaan trauma atas keguguran berbeda dengan istri, serta berbeda pula dengan laki-laki lainnya.
Menunjukkan rasa kehilangan adalah ide yang kurang masuk akal bagi suami. Mayoritas takut menunjukkan bahwa mereka ‘terluka’, sedih, ataupun menunjukkan perasaan negatif lainnya. Selain itu, dalam kasus keguguran, hal tersebut hanya akan membuat pihak istri semakin sedih.
Setelah pasangannya mengalami keguguran, aktor Alec Baldwin menunjukkan betapa kejadian itu sangat memilukan bagi dirinya. Namun, yang paling ia khawatirkan adalah keadaan istrinya, Hilaria.
“Kebahagiaan istriku adalah hal paling utama,” ungkapnya dalam sebuah wawancara.
Bahkan, Alec hingga menahan perasaannya dan mencoba untuk tetap kuat sebagai pelindung keluarga. Sebab, suami sering diharapkan untuk mendukung, menguatkan, dan memberi rasa nyaman, meski mereka juga merasa sama hancurnya, putus asa, dan sakit perasaannya.
Sering kali, suami terlalu sibuk membantu istri untuk pulih dari perasaan sedih. Sehingga suami malah abai dengan perasaannya sendiri. Mereka baru merasakan sedih, ketika luka kesedihan istrinya mulai sembuh.
Suami juga menderita karena depresi dan kecemasan, tapi mereka memutuskan untuk menunjukkan lebih sedikit kesedihan, bahkan tidak sama sekali. Keguguran menyebabkan istri menyalahkan dirinya sendiri, sehingga pihak suami harus memposisikan dirinya jadi lebih kuat untuk memberikan dukungan yang tak tergoyahkan.
Tidak ada waktu untuk bersedih dan menyuarakan kesedihan itu. Sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa laki-laki bersedih dengan tingkat kesedihan yang rendah, dan dalam waktu yang lebih singkat.
3. Perasaan suami menghadapi keguguran : Mereka juga butuh dukungan
Sama seperti istri, suami juga rentan merasa putus asa dan sulit mengatasi kesedihan. Namun, suami harus mengunci rapat perasaan sedih itu dan membuangnya jauh-jauh, hingga perasaan itu bisa dilepaskan.
Padahal, suami juga butuh dukungan dan kenyamanan. Biasanya keluarga dan teman berkumpul untuk memberikan kata-kata yang menenangkan pihak istri, menanyakan perasaannya dan memuji atas ketabahannya. Sayangnya, tidak banyak yang menyadari bahwa pihak suami juga merasa sedih.
Orang-orang melupakan bahwa dalam sebuah hubungan, ada sosok suami yang menggenggam tangan istrinya. Tak luput, dia juga sebagai suami yang telah kehilangan seorang anak.
Walau tidak ingin mencari perhatian, suami juga terpengaruh oleh peristiwa keguguran. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh UK Mental Health Foundation (2016), kecil kemungkinan suami mencari pertolongan atas kesedihan yang dialaminya.
4. Untuk para suami : Tidak apa-apa bila tidak merasa baik-baik saja
Keguguran adalah hal yang menyayat hati dan suami dipersilakan untuk merasa terpuruk, sedih, dan hancur. Menyadari bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja untuk sementara waktu.
Mark Rowland, Direktur Komunikasi dan Pendanaan di Mental Health Foundation- UK menekankan bahwa suami harus lebih bisa mengungkapkan perasaan dan emosi mereka. Ini adalah langkah utama yang penting untuk mencegah terjadinya masalah mental.
Suami harus mengakui rasa sakit itu sebelum mereka menemukan cara untuk menyembuhkannya.
5. Perasaan suami menghadapi keguguran : Menerima kehilangan dengan lapang dada
Terima kesedihan yang mendalam dan rasa kehilangan itu. Menutupi kesedihan hanya akan membuatnya tersembunyi sementara waktu.
Miscarriege Assosiation dalam tulisan mereka ‘Panduan Menghadapi Keguguran bagi Pria dan Wanita’ menasihati agar suami tidak menyembunyikan tangis. Menangislah dengan pasangan, jika memang itu diperlukan, karena terkadang, hal itu yang sesungguhnya dibutuhkan.
6. Menciptakan ruang yang nyaman dengan pasangan untuk berkomunikasi
Perempuan juga harus menyadari bahwa pasangannya turut bersedih atas keguguran tersebut.
“Bicara adalah hal penting yang harus pasangan suami istri lakukan. Bicara dapat membantu Anda berdua untuk mengungkapkan apa yang terjadi dan menyadari situasi yang terjadi,” jelas pihak The Miscarriage Association.
7. Mencari bantuan : Berbagi cerita dengan pria lainnya yang sudah pernah mengalami
The Miscarriage Association menjelaskan bahwa penting untuk menyadari suami boleh merasakan putus asa, ketidakpastian, dan kesedihan. Lantas, apa yang harus dilakukan setelah itu?
Dari sini bantuan dan dukungan datang. Akan sangat membantu jika laki-laki bicara dengan sesama laki-laki untuk mengetahui bagaimana menangani keguguran yang terjadi kepada pasangan mereka.
Laki-laki lain yang pernah mengalami hal serupa mungkin dapat berbagi cerita tentang kesedihan di balik keguguran yang dialami pasangan mereka.
Rasa kehilangan itu mungkin terasa menyakitkan untuk diceritakan. Namun, laki-laki harus tahu bahwa tak perlu malu untuk menunjukkan kesedihan dan mengizinkan orang lain untuk menghibur dirinya.
Dikutip dari artikel Postpartum Wellness Center, seorang pekerja sosial klinis sekaligus founder organisasi, Kate Kripke menyatakan bahwa laki-laki seharusnya tak perlu ragu meminta bantuan atas kondisinya.
“Kita butuh lebih banyak cara untuk membantu laki-laki yang mengalami kehilangan. Pilih sumber dukungan yang tepat untuk Anda. Apakah itu kelurga, teman, rekan kerja, atau tenaga kesehatan profesional, organisasi, website dan brosur informasi,” kata Kripke.
8. Sadari bahwa peristiwa keguguran ini memengaruhi hubungan suami istri
Kripke menambahkan, pasangan sauami istri harus menerima keadaan ini sebagai cara untuk meninjau kembali hubungan dengan pasangan. Komunikasi adalah kunci, serta tak lupa untuk saling menguatkan satu sama lain, karena ini adalah cara terbaik.
Cobaan yang datang memang mungkin dapat merusak suatu hubungan, tapi ada juga yang justru malah membuat pasangan suami istri jadi semakin dekat.
Baca juga :
Kesepian Sebabkan Ibu yang Baru Keguguran Depresi Berkepanjangan, Jangan Biarkan!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.