Bisa Tingkatkan Risiko Bayi Prematur, Waspadai 8 Penyebab Hipertensi Saat Hamil Ini!
Bumil cek kesehatan sekarang juga yuk, ini risikonya bila hipertensi terjadi saat kehamilan.
Pemantauan tekanan darah selama kehamilan sangat penting untuk diperhatikan, karena ibu hamil bisa mengalami hipertensi gestasional atau tekanan darah tinggi. Ada beberapa hal yang diketahui menjadi penyebab ibu hamil darah tinggi ini.
Pada kondisi normal, tekanan darah orang dewasa berkisar pada angka 90/60 mmHg sampai 120/80 mmHg. Namun ibu hamil yang memiliki tekanan darah tinggi bisa memiliki tensi di atas 140/90 mmHg.
Sebanyak 6-8% ibu hamil bisa mengalami hipertensi dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda.
Kondisi tekanan darah tinggi saat hamil bisa berbahaya bagi ibu maupun janin bila tak ditangani dengan baik.
Ada beberapa jenis hipertensi yang bisa dialami oleh ibu hamil, di antaranya :
- Hipertensi kronis: Ibu hamil yang memiliki tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 saat sebelum hamil, di awal kehamilan, maupun setelah melahirkan.
- Gestasional hipertensi: Kondisi tekanan darah tinggi pada ibu hamil yang biasanya muncul kira-kira saat 20 minggu kehamilan, lalu akan hilang saat sudah melahirkan.
- Preeklamsia: Kondisi yang lebih parah dari hipertensi kronis maupun hipertensi gestasional yang bisa terjadi setelah 20 minggu kehamilan. Preeklamsia bisa dipicu oleh kedua jenis hipertensi tersebut. Biasanya komplikasi serius akan terjadi saat ibu hamil tidak tertangani dengan baik.
Berikut penjelasan lengkap tentang penyebab ibu hamil darah tinggi dan cara mencegahnya, Parents.
Artikel terkait: 7 Ciri-Ciri Darah Tinggi pada Ibu Hamil dan Cara Mengatasinya
Apa yang Menyebabkan Tensi Ibu Hamil Tinggi?
Hipertensi gestasional bisa terjadi selama kehamilan dan akan membaik setelah bayi lahir. Namun, setiap ibu hamil sebaiknya mewaspadai agar kondisi ini tidak berkembang menjadi preeklampsia.
Ada beberapa kondisi yang diketahui menjadi faktor penyebab ibu hamil darah tinggi, di antaranya:
- Memiliki riwayat hipertensi gestasional pada kehamilan sebelumnya atau di keluarganya.
- Kehamilan pertama.
- Usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua, khususnya bila ibu berusia kurang dari 20 tahun maupun lebih dari 40 tahun.
- Ibu yang hamil anak kembar.
- Mengalami kondisi hipertensi saat sebelum kehamilan maupun penyakit ginjal.
- Kondisi obesitas atau kelebihan berat badan.
- Mengalami gangguan pada imunitas atau daya tahan tubuh.
- Mengalami diabetes selama kehamilan.
Artikel terkait: Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil, Apa Dampaknya bagi Janin?
Apa Dampak Tekanan Darah Tinggi selama Kehamilan?
Berikut beberapa komplikasi yang bisa terjadi jika seorang ibu hamil mengalami hipertensi.
1. Kelahiran Prematur dan Komplikasi Bayi
Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan penurunan aliran darah ke plasenta. Bila ini terjadi, artinya janin akan menerima oksigen maupun zat gizi yang lebih minim.
Kondisi ini akan berakibat pada pertumbuhan janin yang lebih lambat, bayi lahir dengan berat yang rendah, serta risiko kelahiran prematur.
Bayi yang terlahir prematur ini tentunya memiliki risiko kesehatan lain seperti infeksi maupun beragam jenis komplikasi lain karena organ belum matang sempurna.
Artikel terkait : Bisakah preeklampsia pada kehamilan dicegah? Ini penjelasan dokter kandungan
2. Masalah pada Organ
Pada ibu hamil, hipertensi yang tak tertangani dengan baik bisa menyebabkan cedera pada beberapa organ vital.
Paru-paru, jantung, otak, ginjal, hati, maupun organ lainnya bisa terganggu efektivitas dan fungsinya. Hal ini bisa mengancam nyawa sang ibu.
3. Pertumbuhan Janin Terhambat
Hipertensi bisa menyebabkan bayi mengalami Intrauterine Growth Restriction (IUGR).
Kondisi ini bisa membuat pertumbuhan janin menjadi lebih lambat atau menurun dibandingkan kondisi normal.
4. Risiko Penyakit Jantung
Mengalami hipertensi saat kehamilan, terutama bila sudah mengalami preeklampsia bisa membuat seorang ibu menjadi lebih rentan mengalami masalah jantung.
Bila ibu hamil mengalaminya lebih dari satu kali, risikonya menjadi lebih tinggi juga.
5. Solusio Plasenta
Gangguan pada plasenta pun bisa dialami oleh ibu hamil yang mengalami hipertensi. Salah satu kasus yang seringkali terjadi ialah solusio plasenta.
Kondisi ini terjadi saat plasenta terpisah dari dinding bagian dalam rahim sebelum melahirkan.
Parahnya, kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan hingga mengancam nyawa ibu maupun bayi.
Artikel terkait: Penelitian: Komplikasi Kehamilan yang Bunda Alami Bisa Jadi Ciri Hamil Bayi Laki-laki
Apa yang Harus Dilakukan jika Ibu Hamil Darah Tinggi?
Menurut laman Stanford Medicine, penanganan hipertensi pada ibu hamil akan dilakukan berdasarkan beberapa faktor, di antaranya:
- Kehamilan, kesehatan dan riwayat medis Anda
- Tingkat keparahan hipertensi
- Toleransi Anda terhadap obat-0batan, prosedur, atau terapi tertentu
- Preferensi Anda.
Pada dasarnya, setiap penanganan yang dianjurkan oleh Anda adalah untuk mencegah kondisi menjadi lebih buruk dan memicu komplikasi lain.
Perawatan hipertensi gestasional di antaranya:
- Istirahat total, entah itu di rumah atau di rumah sakit, tergantung rekomendasi dokter
- Opname
- Konsumsi magnesium sulfat (atau obat antihipertensi lain untuk ibu hamil)
- Pengawasan janin, termasuk: menghitung tendangan bayi, nonstress testing (untuk mengukur detak jantung janin), profil biofisikal (kombinasi nonstress test dengan ultrasound), doppler flow (untuk mengukur aliran darah di pembuluh darah)
- Secara rutin terus melakukan tes lab atas urine dan darah untuk melihat apakah ada perubahan yang mengindikasi hipertensi menjadi lebih parah
- Obat-obatan, yang disebut corticosteroids, untuk membantu perkembangan paru-paru janin
- Bayi dilahirkan (jika perawatan tidak berhasil atau bayi/ibu berada dalam bahaya). Pada beberapa kasus, operasi Caesar akan direkomendasikan.
Artikel terkait: Melahirkan Operasi Caesar Sekaligus Steril, Ini Risiko yang Patut Dipertimbangkan
Ibu Hamil Tensi Tinggi Bisakah Melahirkan Normal?
Melansir dari laman NHS, jika Anda memiliki hipertensi ringan atau moderat, tekanan darah Anda akan selalu dimonitor setiap jam selama masa persalinan. Sepanjang tekanan darah Anda dalam batas yang dianjurkan, Anda seharusnya bisa melahirkan secara normal.
Namun di sisi lain, jika hipertensi Anda parah, tekanan darah Anda akan diawasi setiap 15 hingga 30 menit selama periode persalinan.
Dokter mungkin akan merekomendasikan bayi dilahirkan dengan menggunakan forcep atau ventouse, atau metode Caesar.
Setelah melahirkan pun, tekanan darah akan tetap dimonitor.
Dianjurkan untuk melakukan pengecekan 2 minggu setelah bayi lahir, jika Anda mengalami hipertensi sebelum hamil.
Artikel terkait: Ciri-Ciri Hamil Setelah Operasi Caesar, Apa Berbeda dari Kehamilan Sebelumnya?
Jus Buah Apa yang Cepat untuk Menurunkan Darah Tinggi untuk Ibu Hamil?
Menurut laman Tommys, penelitian membuktikan bahwa mengonsumsi jus bit bisa mengurangi tekanan darah tinggi pada perempuan hamil.
Mengapa? Karena buat bit merupakan sumber nitrat, yang diubah oleh tubuh kita menjadi oksida nitrat–molekul kecil yang membuat pembuluh darah kita melebar dan memungkinkan darah mengalir lebih mudah.
Akan tetapi, ada sejumlah perempuan hamil yang tidak merasakan manfaat ini.
Selain itu, beberapa jus lain yang dikatakan bisa membantu menurunkan darah tinggi pada hamil, menurut Healthline adalah:
- Jus tomat
- Jus delima
- Jus beri
Akan tetapi, sebelum mengonsumsi jus ini, selalu konsultasikan dengan dokter Anda untuk memastikan Anda melakukan hal yang tepat.
Artikel terkait: Orang Sering Tidur Siang Berisiko Hipertensi dan Stroke, Kok Bisa?
Mencegah Komplikasi Hipertensi pada Ibu Hamil
Tentu kita tidak berharap komplikasi sampai terjadi selama kehamilan ya Parents. Oleh karena itu sebaiknya lakukan beberapa hal berikut ini:
- Konsumsi obat penurun tekanan darah sesuai anjuran dari dokter.
- Tetap melakukan aktivitas fisik yang ringan.
- Konsumsi makanan bergizi seimbang.
- Hindari berbagai hal yang bisa meningkatkan risiko hipertensi seperti kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol, maupun pemakaian obat-obatan terlarang.
***
Untuk mendiagnosis biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan tekanan darah, tes darah, maupun USG.
Karena itu Bunda dianjurkan untuk memeriksakan kondisi kesehatan selama kehamilan secara rutin dengan dokter.
Bila memiliki satu atau lebih faktor risiko di atas sebaiknya lebih rutin mengonsultasikannya ke dokter.
Selain itu, mari lakukan berbagai tips di atas untuk menghindari komplikasinya.
Semoga informasi ini bermanfaat, Bunda.
High blood pressure and pregnancy: Know the facts
www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/in-depth/pregnancy/art-20046098
Gestational Hypertension: Pregnancy Induced Hypertension (PIH)
americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/pregnancy-complications/gestational-hypertension/
Treatment for Gestational Hypertension
stanfordhealthcare.org/medical-conditions/womens-health/gestational-hypertension/treatments.html
High blood pressure (hypertension) and pregnancy
www.nhs.uk/pregnancy/related-conditions/complications/high-blood-pressure/
Beetroot juice can reduce blood pressure in pregnancy, but why do some people not respond?
www.tommys.org/research/research-topics/pregnancy-complication-research/pre-eclampsia/beetroot-juice-can-reduce-blood-pressure-pregnancy-can-we-predict-which-women-will-respond
What Drinks Can Help Lower Blood Pressure Quickly?
www.healthline.com/health/drinks-to-lower-blood-pressure
Baca Juga:
Catat 5 Jenis Hipertensi yang Terjadi pada Ibu Hamil, Hati-hati Bun!
Waspada Sindrom HELLP Saat Hamil! Kenali Penyebab, Gejala, dan Diagnosisnya
PEB Kehamilan, Kondisi Preeklamsia Berat yang Harus Diwaspadai Ibu Hamil