Siapa di antara Parents yang masih merasa malu saat memberikan pengetahuan seksual pada anak? Bingung harus mulai dari mana, atau justru merasa bahwa pendidikan seks adalah hal yang tabu?
Sayangnya, sampai saat ini masih banyak masyarakat yang menganggap obrolan berbau seks akan mengakibatkan anak penasaran dan malah terjerumus dalam pergaulan bebas. Padahal, pengetahuan seksual tentu saja perlu diberikan pada anak sejak dini agar mereka lebih bertanggung jawab dan terhindar dari beragam risiko. Baik pelecehan seksual, penyakit seksual yang menular, ataupun seks bebas.
Hal ini jugalah yang ditegaskan oleh Inez Kristanti, psikolog klinis dari Klinik Angsa Merah. Dia menjelaskan, pengetahuan seksual harus diberikan sejak dini, namun tentunya perlu diberikan secara bertahap dan perlahan, sesuai dengan usia anak. Artinya, orangtua tidak bisa tidak bisa memberikan penjelasan dalam satu waktu, dan secara tiba-tiba berbicara tentang seks pada saat anak dirasa sudah cukup dewasa.
Obrolan mengenai pengetahuan seksual yang perlu diberikan sejak dini tersebut pun harus bersifat dua arah. Ia menyarankan agar informasi tentang seks yang diberikan juga bukan hanya tentang larangan dan aturan, melainkan harus menyisipkan nilai pribadi yang dianut dalam menjalani hubungan seksual kelak.
“Kebanyakan anak terutama remaja itu lebih suka eksplorasi. Nah, kalau penyampaiannya satu arah, khawatirnya bisa menjadi tidak efektif. Maka, yang sedari kecil perlu ditanamkan adalah komunikasi dua arah,” papar Inez dalam acara Peluncuran Survey Kesehatan Reproduksi dan Edukasi Seksual, yang diselenggarakan Durex Indonesia pada Kamis (18/7).

Cara memberikan pengetahuan seksual pada anak berdasarkan usia

Memberikan edukasi seksual sejak dini bukan berarti Anda harus langsung menjelaskan secara detail mengenai seks pada si kecil. Ada beberapa tahapan dan bahasan yang perlu dipahami oleh orangtua saat mulai memberikan pendidikan seks. masing.
Berikut merupakan tahap pemberian edukasi seksual pada anak berdasarkan usia mereka:
-
0-4 tahun: Memperkenalkan anatomi tubuh dan organ reproduksi
Mengenalkan anatomi tubuh termasuk organ reproduksi pada anak, merupakan salah satu bagian dari edukasi seksual. Oleh karena itu, Parents tidak perlu menggunakan istilah saat mengatakan anatomi tubuh. Misalnya, tidak perlu menggunakan kata ‘burung’, ‘serabi’, ‘anu’ atau istilah lain saat mengenalkan vagina atau penis pada anak. Hal tersebut akan membuat anak memiliki persepsi buruk mengenai organ reproduksi sehingga mereka takut dihakimi ketika ingin bertanya seputar masalah tersebut.
Selain itu, memperkenalkan anak pada organ reproduksi dengan istilah yang sebenarnya juga bisa mencegah risiko pelecehan seksual. Hal ini karena anak sudah paham tentang fungsi dan batasan organ reproduksi. Sehingga, anak bisa menjelaskan secara jelas pada orangtua apabila ada seseorang yang melakukan pelecehan terhadap dirinya.
-
5-8 tahun: Proses pubertas
Dalam usia ini, perkenalkan lebih dalam pada anak mengenai masa puber atau tentang perubahan dalam bentuk tubuh. Percakapan mengenai hal ini bisa dimulai dengan bertanya tentang bagaimana perasaan mereka saat menyadari ada perubahan dalam tubuhnya.
-
9-13 tahun: Proses dan kesehatan reproduksi
Pada usia ini, Parents sudah bisa menjelaskan pada anak tentang proses reproduksi manusia. Selain itu, jelaskan pada anak tentang kesehatan seksual. Bahwa kegiatan seks yang dilakukan secara sembarang di usia dini akan menimbulkan beberapa risiko pada kesehatan tubuh. Misalnya, akan menimbulkan penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, kencing nanah, sipilis, dan lainnya. Perbincangan mengenai hal tersebut juga bisa disertai dengan penjelasan tentang norma atau hukum agama yang dipercayai.
-
Remaja: Terbuka dengan anak
Bersikaplah terbuka dengan anak mengenai kehidupan percintaannya. Terutama jika ia mulai memiliki perasaan terhadap lawan jenis. Jadilah pendengar yang setia yang juga bisa menghargai dan mengerti perasaannya. Jelaskan juga lebih mendalam tentang risiko kehamilan dini serta penyakit menular seksual.

Parents perlu memahami mengenai kesehatan seksual
Sebagai sumber informasi pertama bagi anak, termasuk yang terkait pengetahuan seksual, Parents tentu saja perlu memahaminya lebih dulu.
Anda bisa mulai dengan lima langkah mudah dalam memahami kesehatan seksual dan reproduksi berdasarkan kampanye edukatif (EDUKA5EKS) yang diluncurkan Durex Indonesia. Lima langkah tersebut adalah:
- Ayo pahami: Bahwa orangtua harus terbuka agar bisa memperoleh lebih banyak informasi tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi.
- Mari bicara: Berbicara mengenai edukasi seksual yang bersifat ilmiah itu penting. Maka dari itu, orangtua juga harus berinisiatif untuk memulai perbincangan terkait pendidikan seksual dengan anak agar mereka teredukasi dengan baik dan tidak terjerumus dengan informasi yang salah.
- Saling menghargai: Orangtua harus paham bahwa setiap orang memiliki pandangan dan nilai yang berbeda-beda yang harus dihormati. Ajarkan anak mengenai perbedaan ini, agar ia juga bisa memiliki pengetahuan yang luas akan hal ini.
- Bertanggung jawab: Jadikan perbincangan mengenai seks tersebut menjadi sarana yang dapat membuat Anak lebih bertanggung jawab dalam mengambil keputusan.
- Pemeriksaan kesehatan: Konsultasi dengan tenaga ahli mengenai kesehatan seksual juga penting agar terhindari dari risiko penyakit menular seksual.
Jadi, memberikan pemahaman akan kesehatan seksual sejak dini bukanlah hal yang tabu ya, Parents. Hal tersebut malah dinilai perlu agar anak bisa lebih paham dan bertanggung jawab akan kehidupan seksualnya kelak.
Jika Parents ingin melakukan diskusi bersama orangtua lainnya, jangan lupa untuk unduh aplikasi theAsianparent Indonesia. Sudah belum?
***

Baca juga:
Inilah Panduan Pendidikan Seksual untuk Anak Menurut UNICEF dan WHO
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.