Sejak pandemi kian berkembang, penelitian kasus COVID-19 semakin digalakkan guna mengetahui lebih lanjut terikat karakteristiknya untuk keperluan pengobatan. Belum lama ini, hasil penelitian yang menggembirakan dipublikasikan oleh para peneliti dari Pusat Nasional Penyakit Menular Singapura (NCID) dan Akademi Penyakit Menular dan Pengobatan Kedokteran.
Beberapa hari lalu, para peneliti tersebut telah merilis kabar mengenai pasien Virus Corona yang kemungkinan tidak menularkan kembali penyakit setelah 11 hari. Begini hasil penelitian selengkapnya.
Hasil Penelitian Kasus COVID-19 yang Terbaru
Setelah sekitar 11 hari pasien dinyatakan tidak menularkan penyakitnya, mereka bisa pulang dari rumah sakit menurut penelitian. Hasil penelitian yang berupa makalah ini memuat penelitian dari 87 dokter ahli penyakit menular dari instansi swasta maupun negeri.
Kesimpulan dari makalah berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 pasien di Singapura ini menunjukkan fakta menarik. Profesor Leo Yee Sin, direktur eksekutif NCID mengatakan penelitian tersebut cukup aman dan kuat untuk diterapkan, khususnya untuk keseluruhan pasien.
“Secara keilmuan, saya sangat yakin ada cukup bukti bahwa pasien itu tidak lagi menulari setelah 11 hari.”
Selama ini, Singapura sendiri telah membolehkan pasien pulang setelah menjalani dua kali tes swab dengan hasil negatif. Kemungkinan pasien positif saat dites memang masih ada. Namun, menurut penelitian walau hasilnya positif, bukan berarti orang tersebut bisa menularkan penyakit. Kemungkinan virusnya pun tidak aktif.
Tes tersebut mendeteksi bagian genom virus, tapi tidak memperlihatkan seluruh bagian virus yang bisa menulari orang lain. Para peneliti mengungkapkan bahwa publikasi ini membuat pemerintah bisa mengubah kebijakan untuk memulangkan pasien, dikutip dari teh Straits Times.
Pemerintah akan mempertimbangkan untuk membuat kebijakan
Namun, walau bagaimana pun keputusan besar ini memang harus terlebih dahulu disetujui oleh Kementerian Kesehatan. Untuk manajemen perawatan pasien Corona, Kementerian Kesehatan pun akan mengevaluasi dan menyesuaikan kebijakan dengan hasil penelitian terbaru itu.
Dalam menangani pasien COVID-19, Singapura dipandu oleh hasil penelitian terbaru baik lokal maupun internasional, menurut Kementerian Kesehatan setempat. Bila pemerintah mempertimbangkan dan merealisasikan kebijakan berdasarkan hasil publikasi, sekitar 80 persen bisa dipulangkan setelah sekitar 11 hari dirawat.
Di sisi lain, bagi pasien yang memiliki sakit lebih parah masih bisa dirawat. Namun, mereka kemungkinan juga sudah tidak lagi Menulari penyakit setelah 11 hari dan tidak perlu berada di ruang isolasi.
Artikel Terkait : Tidak menerapkan lockdown, ini 7 kebijakan pemerintah mencegah penyebaran Corona di Indonesia
Penelitian Penting Lainnya
Selain penelitian yang dipublikasikan di atas, penelitian lain pun sebaiknya dicermati. Di Jerman, penelitian dengan hasil yang melengkapi penelitian di Singapura pun turut dipublikasikan.
Dikatakan bahwa hasil penelitian di atas memiliki pengecualian untuk pasien yang memiliki sistem imunitas tubuh yang rendah. Beberapa kriterianya tersebut misalnya terdapat pada pasien kanker yang masih menjalani serangkaian pengobatan kemoterapi, maupun seseorang yang baru menjalani transplantasi organ.
Pada pasien-pasien tersebut, kemungkinan Virus Corona masih bisa menulari orang lain dalam jangka waktu yang lebih lama.
“Penelitian masih berlangsung dan kami akan mendapatkan data lebih banyak, tapi kita akan melihat hasilnya akan sama saja karena penelitian keilmuan ini cukup hebat. Jadi, tidak perlu lagi menunggu,” ujar Dr. Asok Kurup, Ahli penyakit menular di instansi swasta yang juga pejabat di akademi senada dengan Profesor Leo Yee Sin.
Hasil penelitian di Jerman mengungkapkan hal penting lainnya. Hal ini berkaitan dengan 9 pasien COVID-19 yang memiliki kadar virus tinggi pada bagian tenggorokan dan paru-paru di minggu pertama.
Setelah diteliti, pada hari ke-8, kadar virus tersebut sudah tidak ada. Hasil penelitian ini memang lebih cepat 3 hari dibandingkan hasil yang diperoleh dari Singapura.
Terkait dengan hal ini, Profesor Leo menuturkan bahwa peneliti di Singapura mengkajinya lebih konservatif sehingga hasilnya bisa lebih lama. Para peneliti ini pun berencana untuk menerbitkan penelitian tersebut di jurnal internasional.
Artikel Terkait : Jadwal mudik lebaran 2020 akan diganti, ini kebijakan pemerintah untuk masyarakat
Semoga informasi tentang penelitian kasus COVID-19 terbaru di atas bisa bermanfaat, Parents. Semoga solusi untuk menangani pandemi ini bisa segera ditemukan.
Baca Juga :
11 Anjuran IDAI untuk Cegah Anak Terpapar COVID-19
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.