Provinsi Kalimantan Timur memiliki Samarinda sebagai ibukotanya. Tak hanya dikenal karena kekayaan alamnya, Kalimantan Timur merupakan daerah yang kaya akan budaya. Provinsi ini terdiri atas beragam suku bangsa, seperti Kutai, Dayak dan Banjar. Keberagamaan tersebut tentu menciptakan banyak budaya, salah satunya adalah pakaian adat.
Pakaian Adat Indonesia memang penuh makna filosofis dalam desainnya yang mencerminkan nilai dan karakteristik bangsa. Tak terkecuali pakaian adat Kalimantan Timur.
Apa saja ragam dan karakteristik pakaian adat dari provinsi yang satu ini? Simak bersama yuk, Parents!
Artikel terkait: 6 Jenis Pakaian Adat dari Provinsi Kalimantan Barat yang Indah Menawan
Macam-macam Pakaian Adat Kalimantan Timur
1. Pakaian Takwo
Baju Takwo adalah pakaian adat merupakan warisan dari Kesultanan Kutai. Oleh karena itu, dulunya pakaian ini hanya boleh dipakai oleh kalangan bangsawan. Tetapi, seiring perkembangan zaman, masyarakat umum juga boleh memakainya di momen-momen tertentu.
Pakaian Takwo laki-laki disebut Baju Takwo Laki, dan untuk perempuan dinamakan Baju Takwo Bini. Takwo Laki terdiri dari jas berkerah dengan rantai, dan celana kain berwarna hitam. Bagian luar celana, dari pinggang hingga lutut dibalut dengan dodot berupa kain batik bermotif.
Sedangkan Takwo Bini terdiri dari atasan brokat atau polosan. Potongannya serupa dengan kebaya berkerah tinggi dengan dibuat tertutup, dan ditambah lidah pada bagian depan, serta dibubuhi kancing emas di sisi kanan dan kiri baju. Bawahannya berupa rok batik dengan bagian ujung kain sebelah kanan ditambah rumbai emas. Selain itu, terdapat aksesoris kepala berupa bunga melati dan kembang goyang
Artikel terkait: Ada 1.300 Suku di Indonesia, Apa Sajakah Itu?
2. Pakaian Adat Kustin
Kustin memiliki arti kebesaran. Dulunya, Pakaian Adat ini dikenakan pasangan pengantin Kalimantan Timur dari golongan menengah ke atas.
Busana Kustin untuk laki-laki dibuat dari bahan beludru hitam dengan kerah tinggi. Ujung lengan, kerah serta bagian dadanya berhias pasmen. Selain itu, terdapat panjang dengan warna yang sama dengan warna baju. Di luar celana dikenakan dodot rambu, semacam kain panjang yang ujungnya diberi hiasan rumbai-rumbai keemasan. Pengantin pria memakai kopiah bundar tinggi yang dinamakan setorong.
Sedangkan, Pakaian Kustin perempuan terdiri dari kebaya berkerah tinggi dan berlengan panjang. Pengantin wanita memakai sanggul atau gelung kutai, juga gerak gempa atau kembang goyang dari logam bersepuh emas.
3. Pakaian Adat Antakusuma
Baju Antakusuma dikenal juga dengan nama Kutai Kuning. Pakaian ini merupakan baju pengantin kebesaran kerajaan Kutai Kartanegara. Sesuai namanya, busana ini memiliki warna dasar kuning dengan aksesoris keemasan. Melihat atributnya, busana ini mendapat banyak pengaruh budaya luar, seperti Tiongkok, Arab, juga beberapa daerah yang ada di Indonesia seperti Bugis dan Palembang.
Pakaian laki-laki terdiri celana (sekonceng) yang dipasang saling tumpuk dengan selembar kain tenun berbahan sutera (tapeh halang), dan helai-helai kain yang dipasang berjuntaian mengelilingi pinggang (tapeh pasak).
Sementara itu, pakaian perempuan mengenakan tapeh halang dari kain songket yang dipasang longgar menyerupai rok panjang yang dihias pula dengan tapeh pasak. Di bagian pinggang kedua mempelai terdapat sabuk yang disebut selepe atau pending emas.
Artikel terkait: 4 Fakta Menarik Serta Jenis-Jenis Kain Tenun Suku Dayak yang Indah
4. Pakaian Miskat
Pakaian Adat yang satu ini mirip baju tradisional Tiongkok. Berbeda dengan baju adat lainnya, pakaian Miskat memiliki gaya semi formal sehingga menjadi salah satu seragam wajib bagi Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Kalimantan Timur.
Pakaian Miskat untuk laki-laki berupa baju lengan panjang dilengkapi kancing dengan desain miring ke kanan. Bawahannya mengenakan celana panjang, serta dilengkapi kopiah. Secara umum pakaian yang dikenakan perempuan sama. Bedanya terletak pada desain kancing yang miring ke kiri. Untuk bawahan, perempuan yang memakai pakaian Miskat akan mengenakan rok kurung panjang.
5. Sarung Samarinda
Baju adat yang juga sering disebut dengan Tajong Samarinda merupakan kain tenun tradisional dari Kota Samarinda, yang biasa dipadukan dengan pakaian tradisional.
Sarung ini dulunya dibawa oleh masyarakat dari suku Bugis, Sulawesi yang menetap di Kerajaan Kutai Kartanegara. Pakaiain adat ini dibuat dengan alat tenun tradisional yang sepenuhnya dikerjakan dengan tangan.
Terdapat ciri khas pada warna dan motif sarung Samarinda. Warna yang dominan adalah warna-warna tua dan kontras, seperti hitam, putih, merah, ungu, biru laut, dan hijau.
Sementara itu untuk motifnya terdapat kurang lebih 30 motif. Di antaranya Lebba Suasa, Belang Hatta (kamummu), Anyam Palupuh (tabba), Assepulu Bolong, Billa Takkajo, Garanso, Burica, Sabbi, Belang Suharto, Belang Sukarno (Kudara), Rawa-rawa Masak, Pucuk rebung, Coka manippi, Belang Negara, Kuningsau, dan Belang Pengantin (Siparape).
6. Pakaian Ta’a dan Sapei Sapaq
Pakaian adat yang satu ini berasal dari Suku Dayak Kenyah. Ta’a merupakan sebutan untuk pakaian adat yang biasa digunakan oleh para perempuan di sana. Sedangkan, Sapei Sapaq merupakan busana adat untuk para laki-laki.
Tidak berbeda jauh dari pakaian adat dayak lainnya, Ta’a dan Sapei Sapaq juga terbuat dari kain beludru berwarna hitam yang dihiasi dengan ornamen manik-manik bermotif khusus.
Bagi kaum perempuan di Suku Dayak Kenyak biasanya menggunakan pakaian adat Ta’a yang berupa atasan berupa rompi tanpa lengan. Mereka juga memadupadankannya dengan rok panjang yang bermotif.
Selain itu, mereka tidak lupa untuk menggunakan aksesoris yang dihiasi dengan aneka manik-manik, taring macan, dan bulu burung enggang. Baju ini menggambarkan perempuan suku dayak yang berwibawa, berkarakter, dan percaya diri.
Sementara itu, pakaian adat Sapei Sapaq biasanya dipadukan dengan celana pendek yang dilengkapi dengan mandau (senjata tradisional dayak) dan talawang (tameng dari kayu besi).
7. Pakaian Bulang Burai King
Pakaian adat selanjutnya adalah Bulang Burai King. Ini merupakan salah satu pakaian adat Kalimantan Timur yang paling terkenal di Suku Dayak. Hampir semua orang di sana memilikinya.
Hal tersebut dikarenakan Bulang Burai King ini termasuk pakaian yang wajib dikenakan ketika ada acara-acara adat. Tidak hanya itu, pakaian ini juga melambangkan status sosial seseorang, lho.
Adanya aneka manik-manik dan hiasan bulu burung enggang pada bagian kepala dan ujung tangan menjadi daya tarik tersendiri dari pakaian adat Bulang Burai King.
8. Baju Adat Bulan Kurung
Bulan Kurung merupakan baju adat yang biasa digunakan oleh para dukun di Kalimantan Timur. Terdapat tiga jenis baju adat Bulan Kurung, yaitu pakaian dokot tangan (yang didesain dengan model lengan pendek), model lengan panjang (lengke), dan yang ketiga adalah tanpa lengan.
Model baju ini sebenarnya hampir sama dengan baju adat suku dayak lainnya. Yaitu, dilengkapi dengan beragam hiasan berupa manik-manik bermotif khusus.
9. Baju Sakai
Baju Sakai merupakan baju pengantin adat masyarakat Kutai saat prosesi upacara bealis. Busana ini pun memiliki keunikan dan keanggunannya sendiri, terutama jika dikenakan oleh perempuan.
Berbeda dari pakaian adat Kalimantan Timur pada umumnya, model baju Sakai berupa kebaya lengan panjang dan pada bagian bawahnya menggunakan tapeh badong, batik celup khas Kutai.
Untuk hiasannya, bagi perempuan ditambahkan kalung bersusun tiga dan menggunakan kembang goyang tiga cabang. Di bagian atas sanggulnya ada hiasan bernama tapak langit. Lalu, hiasan kepala tersebut dililit bunga melati serta hiasan tajok mawar. Kemudian, di bagian pinggangnya dililitkan dengan kain berwarna kuning.
Sementara untuk laki-laki dibuat sederhana dengan bawahan celana panjang. Di bagian kepala dipakaikan penutup kepala seperti blangkon dan bagian pinggangnya dililitkan sarung.
10. Baju Adat Dayak Ngaju
Baju adat yang satu ini sebenarnya lebih banyak dijumpai di Kalimantan Tengah, hal itu karena suku Dayak Ngaju lebih banyak yang tinggal di daerah tersebut dibandingkan di Kalimantan Timur.
Kendati demikian, baju ini tetap termasuk salah satu busana tradisional Kalimantan Timur. Sebab, kehadiran suku Dayak Ngaju justru memberikan warna baru bagi kebudayaan di Kaltim.
Untuk diketahui, baju adat Dayak Ngaju ini terbuat dari bahan alami seperti kayu menyamun dan kulit siren lho. Selain itu, corak dan warnanya juga berasal dari alam. Hal tersebut bertujuan supaya tampilannya menjadi jauh lebih cantik.
Selain kayu, suku Dayak Ngaju terkadang juga membuat baju adat dari bahan serat alami yang dibuat jadi tenun halus.
Untuk kaum perempuan suku Dayak Ngaju, mereka biasanya menggunakan pakaian berupa rok, rompi, serta ikat kepala yang telah dihiasi dengan bulu Enggang. Kemudian, pada bagian lehernya, mereka mnggunakan kalung manik-manik dan gelang di kedua pergelangan tangan.
Sementara, bagi para pria menggunakan kain panjang yang dililitkan di bagian pinggang hingga ke bawah lutut. Mereka juga menggunakan pakaian berupa rompi dan mengikat kepala dengan hiasan bulu Enggang.
Lalu, yang menjadi pembeda antara pakaian adat perempuan dan pria adalah pada bagian mandau, senjata tradisional berupa perisai kayu khas suku Dayak.
Itulah beberapa ragam pakaian adat kalimantan timur yang Parents perlu ketahui. Mana yang menjadi favorit nih?
***
Artikel ini telah diupdate oleh Fadhilla Arifin.
Baca juga:
Kain Ulap Doyo, Kain Tradisional Suku Dayak Benuaq yang Terbuat dari Daun
Baju Adatnya Disorot karena Dipakai Jokowi, Ini 7 Fakta Kabupaten Tanah Bumbu
Sejarah, Filosofi dan Resep Bubur Asyura Khas Banjar
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.