15 Pahlawan Wanita dan Kisah Perjuangannya, Teladan bagi Generasi Muda

Terlahir sebagai perempuan bukan berarti menjadi pribadi yang lemah. Kisah para pahlawan wanita ini adalah bukti bahwa kaum hawa bisa punya peran sedemikian besar.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pahlawan wanita adalah gelar yang cukup langka di Indonesia. Namun, di antara banyaknya pahlawan Nasional yang ada, nama-nama wanita pejuang ini tetap menjadi teladan bagi masyarakat.

Tentu, hal tersebut tak lepas dari jasa-jasa dan perjuangan mereka dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Mereka juga memberikan inspirasi bagi generasi selanjutnya dalam mengisi kemerdekaan. Lantas, siapa saja mereka?

15 Pahlawan Wanita Indonesia, Perjuangannya Teladan bagi Generasi Muda

1. Cut Nyak Dhien

Foto: kompasiana.com

Di urutan pertama pahlawan wanita ada nama Cut Nyak Dhien. Ia adalah pahlawan nasional wanita asal Aceh yang lahir pada tahun 1848 di Lampadang, Kesultanan Aceh (saat ini masuk dalam wilayah Provinsi Aceh).

Cut Nyak Dhien berjuang melawan pemerintah kolonial Belanda pada masa Perang Aceh. Ia awalnya bertempur mendampingi suaminya, Ibrahim Lamnga, yang kemudian gugur dalam pertempuran di Gle Tarum.

Pada tahun 1880, Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Umar yang juga merupakan salah satu pahlawan Nasional. Bersama sang suami, ia melanjutkan perjuangan melawan kolonial.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Cut Nyak Dhien wafat pada tanggal 6 November 1908 dalam pengasingan. Setelah sebelumnya ia ditangkap oleh Belanda dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.

2. Dewi Sartika

Foto: magdalene

Lahir dengan nama Raden Dewi Sartika di Cicalengka, Bandung, 4 Desember 1884. Beliau diberi gelar pahlawan bukan karena dirinya turut dalam pertempuran. Melainkan karena perjuangannya dalam merintis pendidikan untuk rakyat pribumi terutama kaum wanita.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Semasa hidupnya, Dewi Sartika mendirikan beberapa sekolah yang berkontribusi besar dalam pendidikan kaum hawa saat itu. Sekolah pertama yang ia dirikan Bernama Sekolah Istri di Pendopo Kabupaten Bandung.

Pada rentang tahun 1912-1920, sekolah yang didirikan Dewi Sartika telah banyak berkembang ke setiap kota di Jawa Barat. Beliau wafat pada 11 September 1947 di Cineam dalam masa perang kemerdekaan.

3. R.A Kartini

Foto: liputan6.com

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kartini memiliki nama lengkap Raden Adjeng Kartini. Ia lahir di Jepara, 21 April 1879. Ia diakui sebagai pahlawan Nasional atas jasa-jasanya sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi terutama dalam hal pendidikan.

Kartini merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara. Kendati berasal dari kalangan priayi atau kelas bangsawan, Kartini memiliki perhatian yang lebih terhadap kesejahteraan rakyat kecil, terutama para perempuan.

Ide-ide kemajuan yang digagasnya tertuang dalam banyak buku. Salah satu yang terkenal adalah Habis Gelap Terbitlah Terang. Ia wafat pada 17 September 1904 di usia yang sangat muda, yaitu 25 tahun dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

4. Martha Christina Tiahahu

Foto: merahputih.com

Martha Christina Tiahahu adalah pahlawan wanita yang melawan tentara kolonial Belanda di Maluku. Di usianya yang masih sangat muda, 17 tahun, Martha mendampingi ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu, bersama pasukan yang dipimpin Kapitan Pattimura turut berperan dalam pertempuran melawan Belanda di Pulau Saparua.

Martha Christina wafat pada 2 Januari 1818, setelah sebelumnya ditangkap dan diasingkan oleh Belanda. Atas perjuangannya yang berani, Martha pun dijuluki sebagai srikandi dari tanah Maluku.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: 17 Nama Pahlawan Nasional dan Perjuangannya yang Perlu Dikenalkan kepada Anak

5. Cut Nyak Meutia

Foto: wikipedia

Cut Nyak Meutia merupakan pahlawan wanita Indonesia yang berasal dari Aceh. Ia lahir di Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, Kesultanan Aceh. Ia dikenal sebagai sosok pemberani, memiliki semangat juang yang tinggi, serta tekad kuat untuk mengenyahkan para penjajah.

Bersama pasukannya, ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun perjuangan Cut Nyak Meutia harus terhenti ketika ia bersama pasukannya bentrok dengan Marechausée di Alue Kurieng pada tanggal 24 Oktober 1910. Dalam pertempuran itu, Cut Nyak Meutia gugur.

6. Malahayati

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Foto: wikipedia

Keumalahayati, yang lebih dikenal dengan nama Malahayati, adalah salah satu perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Ia adalah seorang keturunan bangsawan.

Ayahnya adalah Laksamana Mahmud Syah, keturunan dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah Kesultanan Aceh sekitar tahun 1530–1539 M. Malahayati merupakan sosok pemberani yang tak kenal lelah dalam usahanya mengusir penjajah Belanda.

Pada tanggal 11 September 1599, ia memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan kapal-kapal dan benteng Belanda. Ia berhasil mengalahkan Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.

Malahayati gugur saat melindungi Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis yang dipimpin Laksamana Alfonso De Castro pada tahun 1615.

7. Siti Walidah

Foto: istimewa

Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan merupakan merupakan salah satu pahlawan perempuan yang dimiliki Indonesia. Ia lahir di Kauman, Yogyakarta pada tanggal 3 Januari 1872.

Ia menikah dengan Kyai Ahmad Dahlan, seorang ulama dan pendiri Muhammadiyah. Bersama sang suami, mereka berjuang demi kesetaraan pendidikan untuk masyarakat kecil.

Pasangan tersebut mendirikan organisasi Sopo Tresno dan Aisyiyah yang memberikan perhatian khusus pada kemajuan perempuan terutama di bidang pendidikan. Ia juga berpartisipasi dalam diskusi tentang perang bersama Jenderal Sudirman dan Presiden Sukarno.

Nyai Ahmad Dahlan meninggal pada pukul 01:00 siang pada tanggal 31 Mei 1946. Ia dimakamkan di belakang Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta.

8. Maria Walanda Maramis

Foto: liputan6.com

Nama aslinya Maria Josephine Catherine Maramis, dilahirkan di Kema, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, pada 1 Desember 1872. Ia menjadi pahlawan Nasional wanita karena jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemajuan dan emansipasi perempuan.

Ia mendirikan organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) sebagai wadah untuk memajukan kaum perempuan di Minahasa. PIKAT yang digagas oleh Maria berkembang pesat, punya banyak cabang hingga ke Kalimantan dan Jawa.

Ia mendirikan sekolah bagi anak-anak perempuan bernama Huishound School PIKAT dan tidak dipungut bayaran. Maria juga membuka Sekolah Kejuruan Putri lengkap dengan asramanya. Ia meninggal dunia pada 22 April 1924 di usianya 51 tahun.

Artikel terkait: Mengenal 11 Pahlawan Nasional yang Diabadikan di Mata Uang Rupiah

9. Nyi Ageng Serang

Foto: tribunnews

Bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi, lahir di Serang, Purwodadi, Jawa Tengah, tahun 1752. Ia adalah anak Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari kerajaan Mataram, tepatnya di Serang yang sekarang wilayah perbatasan Grobogan-Sragen.

Ia berjuang melawan pemerintah Belanda bersama suami, ayah, dan kakaknya. Mereka terus mengobarkan semangat dalam membela rakyat melawan penjajah yang saat itu dibantu Paku Buwono I.

Perjuangannya terus berlanjut meski keluarga tercinta telah gugur lebih dulu. Nyi Ageng Serang dengan berani tetap memimpin pasukan yang tersisa hingga dia berusia 73 tahun.

10. Andi Depu

Foto: istimewa

Lahir dengan nama Andi Depu Maraddia Balanipa di Tinambung, Polewali Mandar pada bulan Agustus 1907. Ia adalah salah satu dari pahlawan nasional wanita yang terkenal sangat pemberani.

Berkat kegigihannya, Andi Depu berhasil mempertahankan wilayahnya dari penaklukan Belanda. Tak hanya itu, ia juga dengan berani mengibarkan bendera Merah Putih saat pasukan Jepang datang di Mandar pada tahun 1942. Andi Depu kemudian dianugerahi Bintang Mahaputra Tingkat IV dari Presiden Soekarno.

11. Opu Daeng Risadju

Foto: ikpni.or.id

Opu Daeng Risadju memiliki nama kecil Famajjah, merupakan anak dari pasangan Muhammad Abdullah To Baresseng dan ibunya Opu Daeng Mawellu yang merupakan keturunan bangsawan Luwu. Setelah dewasa, Famajjah menikah dengan H Muhammad Daud, seorang ulama yang pernah tinggal di Mekkah.

Nama Opu Daeng Risadju didapatkannya setelah sang suami diangkat menjadi imam masjid Istana Kerajaan Luwu. Bersama sang suami, ia mendirikan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) cabang Palopo yang menentang pemerintahan kolonial.

Dirinya kemudian meluaskan perjuangannya yang menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah Belanda. Kendati mendapat banyak tekanan dan ancaman, sampai dicabutnya gelar kebangsawanannya, ia tetap gigih melanjutkan perjuangan.

Artikel terkait: Kenalkan kepada Anak, Ini 10 Sahabat Terbaik Nabi Muhammad yang Layak Diteladani

12. Ruhana Kuddus

Foto: wikipedia

Ruhana Kuddus lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, pada 20 Desember 1884. Ayahnya adalah Mohammad Rasjad Maharadja Soetan, seorang Kepala Jaksa di pemerintah Hindia Belanda. Rohana tumbuh dalam keluarga yang gemar membaca.

Perjuangan Ruhana Kuddus dalam merebut kemerdekaan dilakukannya melalui tulisan di media. Ia juga memelopori berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan.

Ruhana mencetuskan ide bernas dalam penyelundupan senjata dari Kotogadang ke Bukittinggi melalui Ngarai Sianok. Yakni, dengan cara menyembunyikannya dalam sayuran dan buah-buahan yang kemudian dibawa ke Payakumbuh dengan kereta api. Hingga ajal menjemput di usianya 87 tahun, ia masih terus berjuang.

13. Fatmawati

Dok. foto: Wikipedia

Fatmawati Soekarno adalah istri dari Presiden Indonesia pertama, Soekarno. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga 1967. Fatmawati lahir di Bengkulu dan merupakan anak tunggal dari pasangan H. Hassan Din dan Siti Chadidjah. Sebagai Ibu Negara, Fatmawati juga aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan.

Fatmawati Soekarno, istri dari Presiden Indonesia pertama, Soekarno, memiliki peran penting dalam menjahit Bendera Merah Putih. Kisahnya dimulai ketika Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Pada saat itu, Soekarno memerintahkan Fatmawati untuk menjahit bendera nasional sebagai simbol kemerdekaan.

Fatmawati menjahit Bendera Merah Putih dengan menggunakan tangan sendiri. Bendera tersebut dijahit dengan penuh semangat dan dedikasi sebagai manifestasi semangat perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Proses ini tidak hanya menjadi simbol fisik kemerdekaan, tetapi juga melibatkan banyak perempuan lain yang ikut serta dalam menjahit bendera.

Bendera Merah Putih yang dijahit oleh Fatmawati menjadi lambang keberanian dan semangat perjuangan perempuan Indonesia dalam menyongsong masa depan yang merdeka. Kisah ini menggambarkan kontribusi luar biasa Fatmawati dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Beliau meninggal pada 14 Mei 1980 di Kuala Lumpur, Malaysia.

14. Rasuna Said

Dok. foto: Wikipedia

Rasuna Said adalah seorang pejuang kemerdekaan dan politikus Indonesia yang dianugerahi gelar pahlawan nasional. Beliau lahir di Desa Panyinggahan, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Rasuna Said merupakan keturunan Sumatra Barat yang berperan aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Setelah kemerdekaan, Rasuna Said terlibat dalam dunia politik dan sosial. Ia dikenal sebagai pejuang hak perempuan dan memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Namanya diabadikan sebagai nama jalan utama di Jakarta, Jalan Rasuna Said.

15. Siti Hartinah 

Dok. foto: Wikipedia

Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan nama Tien Soeharto, adalah istri dari Presiden Indonesia kedua, Soeharto. Ia lahir pada tanggal 23 Agustus 1923 di Desa Jaten, Surakarta, Jawa Tengah. Tien Soeharto menjadi Ibu Negara Indonesia pada masa pemerintahan suaminya yang berlangsung dari tahun 1967 hingga 1998.

Selain perannya sebagai Ibu Negara, Tien Soeharto juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan.

Berikut adalah beberapa poin perjuangan dan kontribusinya:

  1. Laskar Putri Indonesia (LPI): Tien Soeharto aktif sebagai anggota Laskar Putri Indonesia, sebuah organisasi perempuan yang terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

  2. Keterlibatan di PMI: Tien Soeharto juga aktif di Palang Merah Indonesia (PMI), menunjukkan kesetiaan dan ketangguhan dalam perjuangan membela keadilan dan kemanusiaan.

  3. Pemberian Gelar Pahlawan Nasional: Pada 30 Juli 1996, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada Siti Hartinah, sebagai penghormatan atas kontribusinya dalam perjuangan kemerdekaan dan pengabdian kepada bangsa.

Setelah suaminya mengundurkan diri, Tien Soeharto menjalani masa pensiun hingga akhir hayatnya. Ia wafat pada tanggal 28 April 1996.

****

Nah, itulah tadi sederet nama pahlawan wanita Tanah Air. Semoga semangat dan perjuangan mereka dapat diteruskan oleh para generasi muda.

Baca juga: 

Kisah Perjuangan Anak 6 Tahun yang Tercatat sebagai Pahlawan Anti-Nazi, Hebat!

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Seperti Ini Sejarah Hari Guru Sedunia

Makna dan Sejarah Hari Pahlawan 2020, Perjuangan Masih Terus Berlanjut

Penulis

Aulia Trisna