Kapitan Pattimura, atau Pattimura adalah pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Maluku dan cukup dikenal di kalangan masyarakat. Pattimura terkenal terutama karena perjuangannya melawan penjajah Belanda pada masa kolonial. Karena perjuangan dan jasa-jasanya, Pattimura menjadi simbol rakyat Maluku dalam hal kepahlawanan dan kemerdekaan Indonesia.
8 Fakta Kapitan Pattimura
Berikut beberapa fakta menarik tentang Pattimura, sang Kapitan dari Maluku.
1. Memiliki Darah Bangsawan
Kapitan Pattimura, Gambar: Wawasansejarah.com
Lahir dengan nama Thomas Matulessy dari ayah bernama Antoni Matulessy, anak dari Kasimiliali Pattimura Matulessy. Dari beberapa catatan sejarah, seperti yang dikemukakan oleh M. Sapija dalam bukunya, Sedjarah Perdjuangan Pattimura: Pahlawan Indonesia karya M. Sapija (1960), bahwa kakek dari Kapitan Pattimura masih memiliki darah kerajaan dari Raja Sahulau yang terletak di Teluk Seram bagian selatan.
2. Versi Sejarah yang Berbeda tentang Kapitan Pattimura
Dalam bukunya, Api Sejarah jilid 1 (2009), Ahmad Mansur Suryanegara menegaskan pemaparan berbeda mengenai Pattimura. Disebutkan, nama asli Pattimura adalah Ahmad Lussy atau Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan.
Suryanegara menyebut Pattimura merupakan bangsawan dari Kerajaan Sahulau yang diyakininya telah menganut ajaran Islam di bawah pemerintahan Sultan Kasimillah atau yang dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali.
Lukisan Kapitan Pattimura, Sumber: Pusakadunia.com
Suryanegara menulis, penyandang nama Pattimura di Ambon adalah muslim. Oleh karena itu, ia menilai salah jika dalam penulisan sejarah Pattimura disebut seorang penganut Kristen.
Kendati demikian, perbedaan versi sejarah Pattimura hanya pada asal-usul dan agama yang dianutnya, bukan pada jejak sejarah perjuangannya.
3. Perjuangan Kapitan Pattimura Berhasil Merebut Benteng Duurstede
Potret Benteng Duurstede, Sumber: Wikipedia
Tepatnya pada tanggal 16 Mei 1817, Pattimura bersama pasukannya berhasil merebut Benteng Duurstede yang merupakan pusat pertahanan dan pemerintahan VOC selama menguasai wilayah Saparua.
Penyerangan dimulai sehari sebelumnya. Yaitu pada tanggal 15 Mei 1817, dengan Pattimura dan letnannya Said Parintah, Anthony Reebhok, Paulus Tiahahu dan putri Tiahahu, Martha Christina Tiahahu yang memimpin jalan.
4. Mendapatkan Gelar Kapitan dari Rakyat Maluku
Gambar: Historia
Kapitan adalah adalah gelar kepangkatan yang digunakan oleh Belanda untuk menyebut pemimpin dalam satuan militer di tingkatan perwira. Sistem seperti ini juga dipakai oleh Portugis ketika menaklukkan Melaka pada abad ke-16.
Uniknya, alih-alih diberikan oleh Belanda, gelar Kapitan milik Pattimura diberikan oleh rakyat Maluku sendiri, yaitu oleh orang-orang Saparua untuk memimpin pemberontakan melawan kolonial Belanda. Momen tersebut terjadi dua hari sebelum penyerangan ke benteng Duurstede, tepatnya pada tanggal 14 Mei 1817. Hal ini dikemukakan dalam buku Mengenal Pahlawan Indonesia (Arya Ajisaka & Damayanti, 2010).
5. Kapitan Pattimura Diangkat sebagai Pemimpin Rakyat Maluku
Gambar: Tirto
Setelah penaklukan benteng Duurstede, pada tanggal 29 Mei 1817, Pattimura beserta pemimpin-pemimpin dari daerah-daerah di Maluku membuat sebuah proklamasi yang disebut Proklamasi Haria. Isi proklamasi tersebut adalah keluhan-keluhan mereka terhadap pemerintahan Belanda serta mendeklarasikan Kapitan Pattimura sebagai pemimpin Rakyat Maluku.
6. Kemenangan Kapitan Pattimura yang Hanya Seumur Jagung
Kolonial Belanda, Gambar: Canva
Setelah kesuksesan penyerbuan Benteng Duurstede, Pada tanggal 1 Juni 1817, Pattimura bersama pasukannya menyerbu benteng Zeelandia yang merupakan basis pertahanan VOC di pulau Haruku (sekarang merupakan wilayah Maluku Tengah). Akan tetapi, upaya tersebut berakhir dengan kegagalan.
Dua bulan setelahnya, pada tanggal 3 Agustus, pasukan VOC Belanda berhasil merebut kembali benteng Duurstede dari tangan Pattimura dan pejuang Maluku. Namun, pemberontakan yang dimulai oleh Pattimura telah menyebar ke berbagai wilayah di Maluku.
7. Menginisiasi Wilayah Lain untuk Melakukan Perlawanan
Ilustrasi, Gambar: Canva
Penyerbuan dan penaklukan benteng Duurstede oleh Kapitan Pattimura menjadi pemicu bangkitnya semangat rakyat Maluku di wilayah lain untuk melawan kolonialisme. Hal ini ditandai dengan terjadinya penyerbuan-penyerbuan di daerah-daerah lain sekitar Maluku.
Di pulau Ambon, perlawanan dipimpin oleh Kapitan Ulupaha. Kapitan Ulupaha memimpin perlawanan kepada kolonialisme Belanda di usianya yang sudah sangat tua yaitu 80 tahun.
Sementara Di pulau Nusalaut, perlawanan dipimpin oleh Kapitan Paulus Tiahahu yang selalu setia didampingi oleh putrinya, Martha Christina, yang masih berusia remaja. Di pulau Haruku, perlawanan dipimpin oleh Kapitan Lukas Selanno yang dibantu oleh Kapitan Lukas Lisapaly.
8. Kapitan Pattimura Dikhianati dan Dihukum Mati
Potret Kota Ambon masa kini, Gambar: Canva
Strategi devide et impera alias politik pecah-belah ala kolonial Belanda pada akhirnya berhasil menumbangkan Sang Kapitan beserta pengikut dan pasukannya. Belanda berhasil memengaruhi beberapa tokoh-tokoh rakyat yang dirasa tidak menyukai Pattimura, diantaranya adalah Pati Akoon, dan Dominggus Thomas Tuwanakotta.
Akibat pengkhianatan dan informasi dari mereka, strategi Pattimura diketahui oleh Belanda dan dapat dipatahkan. Pattimura ditangkap pada 11 November 1817 saat dia berada di Siri Sori.
Belanda menawarkan kerjasama kepada Pattimura, namun selalu ditolak mentah-mentah. Akhirnya, pada 16 Desember 1817, Pattimura bersama Anthony Reebook, Philip Latumahina, dan Said Parintah dihukum gantung di depan Benteng Nieuw Victoria, Kota Ambon. Kapitan Pattimura gugur di tiang gantungan pada usia yang masih muda, 34 tahun.
****
Parents, itulah tadi sejumlah fakta menarik tentang Kapitan Pattimura. Semoga kisah perjuangannya bisa menjadi pelajaran berharga bagi anak-anak kita untuk selalu semangat dalam mengejar apa yang diinginkan.
Baca juga:
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.