Obat nyeri untuk ibu hamil terkadang dibutuhkan, terutama ketika bumil merasakan sakit yang tak tertahankan.
Saat perut Bunda mulai membesar karena hamil, rasa sakit dan nyeri akan muncul silih berganti. Bunda mungkin merasakan ada yang berubah karena disebabkan oleh perubahan hormon dan perut yang membesar.
Dokter Usep Priatna Wiraatmaja, Sp.OG., Spesialis Kebidanan dan Kandungan RS EMC Tangerang menganjurkan Bunda untuk tidak minum obat apa pun tanpa memeriksakannya terlebih dahulu. Jadi, apa saja yang perlu Bunda lakukan jika ingin minum obat nyeri untuk ibu hamil?
Mari kita simak beberapa informasi mengenai obat nyeri untuk ibu hamil berikut ini.
Artikel Terkait: Amankah minum paresetamol saat hamil? Bunda wajib tahu
Daftar isi
Apa Itu Obat Nyeri?
Seperti namanya, obat pereda nyeri (painkiller) adalah golongan obat yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit.
Apa itu Rasa Sakit?
Rasa sakit dan nyeri adalah hasil dari sinyal listrik yang dikirim dari saraf Bunda ke otak. Saat Bunda terluka, semisal keseleo, jaringan yang rusak melepaskan zat kimia yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan memperkuat sinyal listrik yang datang dari saraf dan meningkatkan rasa sakit yang Anda rasakan.
Prostaglandin ini menyebabkan jaringan membengkak dan terasa nyeri. Sakit memang menyakitkan, tapi tidak semuanya buruk. Ini adalah sistem peringatan dini tubuh Anda bahwa ada sesuatu yang salah, sehingga kita dapat mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki masalah tersebut.
Nah, obat nyeri dipakai untuk menghambat prostaglandin agar tidak sampai ke otak.
Fungsi Obat Nyeri
Pereda nyeri atau painkiller adalah obat yang mengurangi atau meredakan sakit kepala, nyeri otot, radang sendi, atau jenis nyeri lainnya. Ada banyak obat nyeri yang berbeda, dan masing-masing memiliki kelebihan dan risiko.
Obat penghilang rasa sakit disebut juga analgesik. Tergantung dari jenis obat dan dosis yang digunakan, painkillers dapat membantu menyembuhkan nyeri dari taraf ringan hingga berat.
Jenis Obat Nyeri yang Aman untuk Ibu Hamil
Dua pereda nyeri yang paling sering kita temui dan bisa didapatkan di apotek adalah ibuprofen dan acetaminophen/paracetamol. Keduanya tersedia dalam bentuk cair, kunyah, atau pil. Setelah menelannya, rasa sakit akan berangsur-angsur hilang atau berkurang.
Parasetamol (Acetaminophen)
Obat nyeri untuk ibu hamil yang sering diresepkan adalah parasetamol. Parasetamol (juga dikenal sebagai asetaminofen di beberapa negara) digunakan untuk mengobati rasa sakit dan demam. Obat ini dapat dibeli tanpa resep dokter.
Paracetamol adalah salah satu pereda nyeri untuk demam, sakit kepala, atau nyeri sendi atau otot. Paracetamol untuk ibu hamil telah digunakan selama bertahun-tahun tanpa efek membahayakan janin yang sedang berkembang, demikian sebagaimana dilansir dari laman UK Teratology Information Service (UKTIS).
Sebagian besar ibu hamil dapat mengonsumsi parasetamol jika dokter memberikan izin. Dokter Anda juga dapat meresepkannya pada dosis yang lebih tinggi atau dikombinasikan dengan obat lain juga.
Hindari parasetamol jika Anda alergi terhadapnya, atau jika Anda memiliki masalah hati, atau juga jika dokter Anda mengatakan itu tidak aman untuk Anda.
Bahkan jika dokter Anda mengatakan tidak apa-apa untuk mengonsumsi parasetamol, konsumsilah sesedikit mungkin dalam waktu sesingkat mungkin. Parasetamol memang tidak menyebabkan masalah besar seperti keguguran atau cacat lahir, tetapi penelitian menunjukkan bahwa bayi bisa terkena dampaknya.
Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAID)
NSAID sering digunakan untuk mengatasi sakit kepala, nyeri menstruasi, keseleo, atau nyeri sendi. Obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) atau nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan, meredakan nyeri, dan menurunkan demam.
Namun begitu, pada 15 Oktober 2020, FDA memperingatkan bahwa penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) selama 20 minggu atau lebih dalam kehamilan dapat menyebabkan masalah ginjal yang jarang namun serius pada bayi yang belum lahir. Ini juga dapat menyebabkan rendahnya tingkat cairan ketuban di sekitar bayi dan kemungkinan komplikasi, dilansir dari laman FDA.
Jadi jika Bunda menggunakan obat ini, usahakan sesedikit dan sesingkat mungkin demi kesehatan janin .
NSAID – Ibuprofen
Obat nyeri untuk ibu hamil yang tergolong NSAID di antaranya adalah Ibuprofen. Ibuprofen adalah obat yang tergolong dalam kelompok obat anti-inflamasi nonsteroid dan digunakan untuk mengurangi rasa sakit akibat artritis.
Ibuprofen dijual dengan merk dagang Advil, Motrin, Nuprin, dan Brufen. Ibuprofen diindikasikan sebagai analgesik dan antipiretik.
Ibuprofen bisa dikonsumsi selama kehamilan jika diresepkan oleh dokter, terutama jika Anda hamil lebih dari 30 minggu. Ini karena ibuprofen dapat mempengaruhi sirkulasi dan ginjal bayi Anda, demikian dilansir dari laman NHS.
Penggunaan ibuprofen singkat mungkin baik-baik saja, tetapi itu akan tergantung pada berapa minggu kehamilan Bunda dan alasan kenapa Anda perlu minum obat. Dokter mungkin bisa menyarankan perawatan lain yang lebih cocok untuk Anda.
Selalu berbicara dengan dokter atau apoteker sebelum memilih ibuprofen jika Bunda sedang hamil. Dokter akan memberitahu Bunda mana obat yang sebaiknya dan tidak sebaiknya Anda konsumsi.
Artikel Terkait: Penelitian: Demam Saat Hamil Tingkatkan Risiko Anak Lahir dengan Autisme
Jenis Obat Nyeri yang Dihindari Ibu Hamil
Berikut ini adalah contoh jenis obat nyeri yang hanya diperoleh dan digunakan sesuai resep dokter:
NSAID – Aspirin
Obat nyeri untuk ibu hamil yang tergolong NSAID Aspirin dapat diresepkan untuk mengobati masalah medis tertentu lainnya pada kehamilan, seperti preeklamsia.
Studi telah menemukan bahwa mengonsumsi aspirin dosis rendah setiap hari setelah minggu ke-12 kehamilan memberikan pencegahan komplikasi yang aman dan efektif untuk ibu hamil yang berisiko persalinan prematur karena preeklamsia. Aspirin mengurangi risiko pembekuan darah yang mematikan pada pasien, dilansir dari laman Very Well Family.
Obat ini tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil (kecuali bagi mereka yang berisiko tinggi mengalami preeklamsia), terutama dalam dosis tinggi, karena dapat menyebabkan masalah serius bagi ibu dan janin.
Konsumsi aspirin harus dipertimbangkan, karena berpotensi meningkatkan risiko kejadian pendarahan besar, karena aspirin memperlambat kemampuan darah untuk membentuk gumpalan.
NSAID – Ketorolac
Pemberian NSAID selama akhir kehamilan dapat menyebabkan penutupan prematur duktus arteriosus janin, gangguan ginjal janin, penghambatan agregasi trombosit, dan penundaan persalinan, dilansir dari laman Drugs.
Ketorolac merupakan salah satu jenis painkiller kuat yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat, serta mencegah dan mengatasi nyeri pasca operasi. Oleh karenanya sebaiknya dihindari bumil.
Ketorolac dijual dengan merek Toradol, dan Biorolac. Ini adalah obat antiinflamasi nonsteroid yang digunakan untuk mengobati rasa sakit. Secara khusus dianjurkan untuk nyeri sedang sampai berat. Durasi pengobatan yang disarankan adalah kurang dari enam hari.
NSAID – Opioid
Obat nyeri untuk ibu hamil yang sebaiknya dihindari adalah obat-obatan jenis opioid. Opioid merupakan jenis obat nyeri yang paling kuat dan biasanya digunakan untuk mengatasi nyeri berat, misalnya nyeri pasca operasi atau pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi.
Obat penghilang rasa sakit resep yang lebih umum dikategorikan sebagai opioid, yang merupakan turunan dari tanaman poppy. Semua opioid dianggap narkotika, yang ilegal untuk digunakan tanpa resep dokter.
Obat penghilang rasa sakit dengan kekuatan ini biasanya digunakan untuk rasa sakit yang hebat akibat cedera, operasi, perawatan gigi, atau sakit kepala migrain.
Risiko pada janin termasuk keguguran, lahir mati, atau kelahiran prematur. Saat lahir, bayi juga mengalami peningkatan risiko berat badan lahir rendah, kesulitan bernapas, dan kantuk yang ekstrem, yang dapat menyebabkan masalah makan, demikian dilansir dari laman Very Well Family.
Artikel Terkait: Obat-obatan yang Perlu Dihindari Selama Kehamilan
Haruskah Berkonsultasi dengan Dokter?
Jawaban sederhananya adalah: ya. Bunda harus bertanya kepada dokter sebelum minum obat apa pun, meskipun itu hanya obat yang dijual bebas dan dirancang untuk menghilangkan rasa sakit.
Bunda bisa menginformasikan kepada dokter tentang obat-obatan yang Bunda konsumsi, termasuk obat yang melalui resep dokter maupun tanpa resep (obat OTC), vitamin, dan terapi.
Bila Bunda mengkonsumsi obat karena penyakit kronis, jangan langsung menghentikannya atau mengurangi dosis tanpa rekomendasi dokter. Dokter mungkin dapat memberikan alternatif lain yang tidak berbahaya bagi janin.
Beberapa obat tidak aman dikonsumsi saat Anda hamil, bahkan obat yang dijual bebas. Obat nyeri mungkin tampak cukup tidak berbahaya, tetapi dosis dan pemakaiannya berubah saat ibu hamil meminumnya.
Konsultasikan dengan dokter sebelum mengambil obat pereda sakit ya Bun.
***
Direview oleh:
dr. Usep Priatna Wiraatmaja, Sp.OG
Dokter Spesialis Kebidanan Kandungan
RS EMC Tangerang
What Pain Relievers Are Safe During Pregnancy?
https://www.webmd.com/baby/pain-relievers-that-are-safe-during-pregnancy#
How Pregnant Women Can Safely Use Pain Relievers
https://www.verywellfamily.com/safe-painkillers-during-pregnancy-3955431
FDA recommends avoiding use of NSAIDs in pregnancy at 20 weeks or later because they can result in low amniotic fluid
www.fda.gov/drugs/drug-safety-and-availability/fda-recommends-avoiding-use-nsaids-pregnancy-20-weeks-or-later-because-they-can-result-low-amniotic#:~:text=We%20recommend%20that%20health%20care,dose%20and%20shortest%20duration%20possible.
Low-Dose Aspirin for Prevention of Morbidity and Mortality From Preeclampsia: A Systematic Evidence Review for the U.S. Preventive Services Task Force
Baca juga:
9 Obat Batuk Alami yang Aman untuk Ibu Hamil, Wajib Catat nih!
7 Obat Batuk yang Aman untuk Ibu Hamil di 2024, Jangan Salah Pilih!