Pernah mendengar istilah Midlife Crisis? Mungkin bagi Parents yang masih berusia antara 20 sampai dengan 30-an kurang familiar dengan istilah ini. Seperti halnya fase krisis yang lain, Midlife Crisis atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai krisis paruh baya bisa dialami siapa saja.
Krisis tersebut menjadi periode yang sering dialami oleh seseorang pada usia 40 hingga 65 tahun. Orang yang mengalaminya kerap merasa harus berjuang sendirian menghadapi penuaan bahkan kematian. Seseorang juga kerap kurang bersemangat lagi dan kehilangan tujuan hidup.
Artikel Terkait: 8 Penyebab Krisis Pernikahan di Awal Perkawinan, Jangan Egois!
Apa Itu Midlife Crisis?
Melansir Psychology Today, istilah “krisis paruh baya” pertama kali diperkenalkan oleh Psikolog Elliott Jaques International Journal of Psycho-Analysis tentang karya kreatif komposer dan seniman. Dalam risetnya, ia menemukan penurunan produktivitas di usia paruh baya.
Menurutnya, krisis paruh baya merupakan periode krisis ketika seseorang dewasa mulai memperhitungkan kematian mereka dan perasaan mereka tentang sisa hidup dan usia produktif yang semakin berkurang.
Krisis ini dimulai kira-kira usia 40 hingga usia 65. Hal ini karena pada usia tersebut banyak orang merasa tidak puas dan gelisah saat mereka berjuang dengan penuaan, kematian, dan berpegang pada tujuan.
Pada usia paruh baya, seorang juga mungkin mengambil tanggung jawab baru sehingga dirinya merasa perlu menilai lagi kedudukan mereka dan membuat perubahan selagi memiliki waktu sebelum kematian. Namun, kebanyakan orang tidak mengalami krisis parah selama usia paruh baya. Hanya saja beberapa individu kerap mengalami depresi dan kecemasan.
Artikel Terkait: 10 Tanda Ibu Hamil Mengalami Stres, Jangan Disepelekan!
Gejala Krisis Paruh Baya
Gejala yang muncul pada setiap orang mungkin akan berbeda-beda dan tidak konsisten. Orang yang mengalaminya mungkin merasa ketakutan dengan kematian atau sebaliknya justru ingin menjadi muda kembali.
Mengutip Healthline, beberapa gejala yang mungkin ditunjukkan oleh orang yang mengalami krisis paruh baya antara lain:
- menurunnya kebahagiaan dan kepuasan hidup
- tanpa tujuan atau kehilangan tujuan hidup
- keraguan diri
- frustrasi dengan perubahan peran dan tanggung jawab hidup
- kebosanan dan ketidakpuasan dengan hubungan, karier, atau kehidupan secara umum
- kekhawatiran tentang penampilan dan bagaimana orang lain memandang Anda
- pemikiran tentang kematian, makna hidup, dan konsep eksistensial lainnya
- perubahan tingkat energi, dari kegelisahan yang meningkat hingga kelelahan yang tidak biasa
- kurang motivasi atau minat dalam mengejar tujuan dan aktivitas yang biasa nikmati
- perubahan suasana hati, termasuk kemarahan, lekas marah, dan kesedihan
- perubahan hasrat seksual
Apa yang Menyebabkan Midlife Crisis?
Krisis paruh baya seringkali terjadi secara alami, tetapi ada juga beberapa hal yang bisa menjadi pemicu krisis.
Pertama mungkin, ia merasa kehilangan atau mengalami perubahan yang signifikan, seperti perceraian, merawat orang tua yang sudah lanjut usia, kematian orang tua, atau sebab lainnya. Pada usia tersebut proses penuaan menjadi lebih jelas dari sebelumnya.
Kedua, beberapa individu mungkin mulai mengalami penyakit yang bisa menghilangkan kebugaran dan kesehatan tubuhnya. Bahkan, ada yang merasa kemampuan fisiknya berubah. Kondisi tiroid, misalnya, dapat menyebabkan perubahan suasana hati. Mungkin ada juga orang yang mengalami tanda-tanda awal demensia.
Ketiga, memikirkan kembali masa lalu. Mereka mungkin melihat ke belakang selama bertahun-tahun dan mempertanyakan seperti apa kehidupan mereka jika mereka mengambil jalan yang berbeda. Beberapa orang mungkin berbeda menyesal tidak memilih jalur karier yang tidak menciptakan kehidupan yang pernah mereka impikan.
Artikel Terkait: Menjaga Kesehatan Mental Ibu Hamil, Si Ayah Punya Peran Penting!
Tips Mendukung Orang yang Mengalami Krisis Paruh Baya
Parents, mungkin kita akan menjumpai orang-orang terdekat maupun orang-orang tersayang mengalami krisis paruh baya. Berkonsultasi dengan ahli mungkin menjadi pilihan terbaik. Namun, dukungan orang terdekat juga menjadi sangat penting. Mengutip Very Well Mind, inilah yang bisa dilakukan jika orang terdekat mengalami krisis paruh baya, antara lain:
- Jadilah pendengar yang baik: biarkan mereka bercerita tentang kesulitannya, dengarkanlah dengan tanpa menghakimi atau menasihatinya.
- Ungkapkan kekhawatiran: Jangan langsung menyebutnya mengalami krisis paruh baya, sebaliknya ungkapkan kata-kata yang mengandung empati dan perhatian padanya.
- Penting untuk meminta bantuan ahli: krisis mungkin saja disebabkan oleh kondisi medis tertentu. Dorong orang tersebut untuk berbicara dengan dokter.
- Cari bantuan segera jika seseorang ingin bunuh diri: krisis bisa menyebabkan depresi bahkan menyebabkan seseorang bunuh diri. Cari bantuan bila ada orang yang mencoba bunuh diri.
Itulah penjelasan tentang krisis paruh baya. Bagi Parents yang memasuki usia 40 hingga 65, mungkin krisis ini bisa menyerang. Maka itu, untuk mengatasinya, jangan sungkan untuk berbicara pada orang terdekat atau meminta bantuan ahli jika timbul kekhawatiran berlebih, ya.
Semoga bermanfaat!
Midlife
https://www.psychologytoday.com/us/conditions/midlife
Midlife Crisis or Midlife Myth? What to Know About Going ‘Over the Hill’
https://www.healthline.com/health/midlife-crisis
What Are the Signs of a Midlife Crisis?
https://www.verywellmind.com/what-are-the-signs-of-a-midlife-crisis-4175827
Baca Juga:
Sering Dialami Orang Tua, Waspada Gejala Parenting Stress dan Cara Mengatasinya
Pemicu dan Cara Menghilangkan Stres Menurut Dr. Sonia Lupien