Menyusui adalah pengalaman yang penuh perjuangan dan tantangan bagi seorang ibu yang baru saja melahirkan. Apalagi saat situasi wabah Covid-19 yang belum usai, menyusui di masa pandemi menambahkan tantangan yang berat perlu dijalani para ibu.
Pengalaman Ibu yang Berjuang Menyusui di Masa Pandemi
Proses menyusui si Kecil memang memang perlu diusahakan dan penuh tantangan. Terlebih lagi, menyusui di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini.
Setidaknya hal ini telah diungkapkan dan diakui beberapa Bunda di kolom komentar Instagram theAsianparent ID.
Pemilik akun Instagram @vivianwar18 menuliskan penyesalannya karena harus membuang ASI (kolostrum) karena dirinya terpapar COVID-19 dan mengharuskannya minum antivirus. “Itu nyesek banget,” tulisnya.
Sementara akun @anindyapus_ menceritakan pada saat anaknya umur 40 hari, satu keluarga kena COVID-19, termasuk sang bayi.
“Inget banget, jam 2 malem nyusuin ternyata setelahnya badanku demam tinggi. Itu belum tau kalau kena COVID-19. Pas tahu, rasanya campur aduk, sempet pisah sama baby karena aku dan suami harus karantina di Rumah Sakit.”
Peristiwa serupa juga dialami pemiliki akun Instgram @dwiarismiyati.
“Tantangan terberat meng-ASI-hi di masa pandemi. Aku 2 minggu tidak ketemu debay karena isolasi mandiri. Pumping cuma waktu PD terasa penuh aja, trus ASI-nya aku buang. Rasanya down banget. Lama2 kuantitas ASI berkurang. Setelah lepas isoman bisa ketemu si kecil, eh, putingku lecet, ASI-nya juga cuman dikit, si kecil kurang puas kalau DBF, sampai hari ini masih berjuang menambah kualitas dan kuantitas asi,” tulisanya.
Baca juga: Ingin Sukses Menyusui? Parents Jangan Abaikan 7 Tahap Persiapan Ini
Pengalaman Menyusui di Masa Pandemi, Kerja sambil Memenuhi Asupan ASI Si Kecil
Sedangkan, Bunda pemilik akun Instagram @prima_amelia menuliskan pengalaman menyusui di masa pandemi.
“Abis vaksin tahap 1, berhenti menyusui gegara takut baby kenapa-kenapa, eh, ternyata nggak apa-apa. Malah bisa ngaruh dan memperkuat antibodi baby. Tapi udah terlanjur berhenti dua mingguan. Nyesel banget, padahal baby masih mau banget nen.”
Perrjuangan lainnya juga dituliskan Bunda @andamdewi01, “Tetap masuk kerja, nggak ada WFH (kerja dari rumah_red), kejar target pumping iya,DBF juga iya. Lelah. Sudah coba semua ASI booster tapi masih khawatir ASI kurang untuk bayi, apalagi kalau lagi dinas ke luar, takut ASIP nggak cukup. Semoga kuat, semangat!”
Protect Breastfeeding: a Shared Responsibility
Pengalaman yang dialami para Bunda di atas tentu saja bisa menggambarkan bahwa perjalanan memberikan nutrisi terbaik untuk bayi, ASI, di masa pandemi COVID-19 lebih menantang dari sebelumnya.
Gigihnya para Bunda untuk tetap menyusui juga bisa memperlihatkan bahwa saat ini para orang tua, telah menyadari bahwa menyusui merupakan investasi berharga bagi tumbuh kembang si kecil.
Maka tak mengherankan jika keberhasilan menyusui sebenarnya juga melibatkan banyak pihak. Tak hanya ibu, tetapi diperlukan dukungan di semua tingkatan. Menyusui bukan hanya tanggung jawab sang ibu seorang, tetapi juga tanggung jawab suami, keluarga terdekat, dan lingkungan kerja, dan lingkungan terdekat lainnya.
Mengingat pentingnya dukungan orang dan lingkungan terdekat, Pekan ASI Sedunia (World Breastfeeding Week/WBW) tahun 2021 ini pun mengusung tema Protect breastfeeding: a shared responsibility (Perlindungan menyusui: tanggung jawab bersama).
Tema World Breastfeeding Week tahun ini pun sekaligus memperjelas bagaimana menyusui berkontribusi pada kelangsungan hidup, kesehatan, dan kesejahteraan semua orang.
Artikel Terkait: Busui, Ini 6 Tips Manajemen ASI Perah agar Tetap Lancar
Tak Hanya Ibu, Menyusui Membutuhkan Peran Banyak Pihak
Sayangnya, sampai saat ini tidak sedikit yang menganggap bahwa menyusui merupakan proses alamiah, yang bisa dilakukan begitu saja oleh perempuan yang baru saja melahirkan. Kenyataannya tidak demikan. Kesuksesan menyusui perlu dipelajari, dan diusahakan untuk mengatasi masalah yang kerap timbul.
Ada banyak permasalahan dan tantangan yang kerap ditemui dalam proses menyusui. Mulai dari kondisi sang ibu seperti ASI belum lancar keluar, posisi perlekatan bayi yang belum baik sehingga menyebabkan puting ibu lecet dan terasa nyeri saat menyusui, payudara bengkak, bentuk puting payudara datar/retracted, kurangnya pengetahuan dan informasi ibu mengenai laktasi hingga tidak adanya dukungan orang dan lingkungan terdekat dalam pemberian ASI.
Padahal, berbagai penelitian telah membuktikan ibu menyusui yang mendapatkan dukungan penuh, maka tingkat keberhasilan menyusui akan lebih tinggi, jika dibandingkan dengan ibu menyusui dengan suami dan keluarga yang kurang membantu dalam merawat si kecil.
dr. Nia Wulan Sari, CIMI, Dokter Umum Konselor Laktasi dari RS Pondok Indah – Bintaro Jaya pun mengingatkan bahwa di masa pandemi seperti sekarang ini, dukungan dan perlindungan yang baik bagi ibu menyusui untuk memberikan ASI kepada si kecil menjadi hal yang sangat penting.
“Bagaimanapun, ASI merupakan nutrisi terbaik yang paling penting, yang menjadi sumber pertahanan tubuh dan juga stimulasi bagi si kecil sejak dini. Bayi yang tidak mendapat ASI memiliki risiko lebih mudah sakit dibandingkan bayi yang mendapat ASI.
Kandungan pada ASI dapat memberikan antibodi pada si kecil yang membantunya terhindar dari infeksi saluran napas (ISPA), diare, infeksi telinga, serta berbagai penyakit lainnya. Bayi yang tidak mendapat ASI juga lebih berisiko untuk mengalami obesitas,” jelasnya.
Menyusui di Masa Pandemi
Bolehkah ibu positif COVID-19 menyusui? Pertanyaan seperti tentu saja kerap dipertanyakan mengingat kondisi pandemi di Indonesia yang masih belum terkendali dan banyak banyaknya ibu menyusui yang terinfeksi COVID-19.
Faktanya, efek perlindungan ASI sangat kuat dalam melawan infeksi penyakit melalui peningkatan daya tahan tubuh bayi. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa terdapat antibodi COVID-19 yang mengalir dalam ASI. Sampai saat ini, belum ada bukti penularan COVID-19 secara langsung dari ibu kepada anaknya melalui ASI, dan hanya antibodinya yang ditemukan dalam ASI.
Baca Juga: 16 Bentuk Dukungan Keluarga untuk Ibu Hamil Berdasarkan Kebutuhannya
Oleh karena itulah, dr. Nia Wulan Sari menegaskan bahwa ibu positif COVID-19 tetap disarankan untuk memberikan ASI pada bayinya. Proses menyusui bisa tetap dilanjutkan dengan catatan ibu tidak memiliki gejala, atau hanya bergejala ringan saja, dan mampu menyusui. Hal ini juga dilakukan untuk memelihara interaksi (skin to skin contact) antara ibu dan bayi.
Apabila ibu mengalami gejala COVID-19 yang sedang sampai berat hingga menyulitkan pemberian ASI, bayi dapat diberikan donor ASI perah (ASIP) atau ASI donor yang sudah di-screening sesuai persyaratan untuk memastikan higienitas ASIP dari penyakit menular.
Pemberian ASIP dapat dilakukan menggunakan media seperti cup feeder, sendok, atau pipet agar meminimalisir bayi mengalami bingung puting.
Apabila ibu khawatir si kecil tertular COVID-19 akibat kegiatan menyusui, cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan ASIP pada si kecil. Pastikan sang ibu juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat ketika memerah ASI.
Baca Juga:
Cara Memompa ASI dengan Teknik Power Pumping, Cocok untuk Ibu Bekerja
Puting Lecet Saat Menyusui? Inilah Penyebab dan Cara Mengatasinya
10 Panduan terbaru sukses menyusui dari WHO, Bunda perlu update!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.