Parents pernah terpikir tidak, bahwa sebenarnya memaafkan diri sendiri itu sangat penting, lo. Seperti diketahui, ada berbagai manfaat dari saling memaafkan, tak terkecuali ketika kita melakukannya pada diri sendiri.
Terdengar sederhana memang ya, tetapi memaafkan kesalahan kita sendiri itu sebenarnya sulit. Pasalnya, setiap orang cenderung akan bersikap terlalu keras pada dirinya sendiri. Meski begitu, tetap perlu dilakukan karena ada berbagai manfaat yang bakal kita dapatkan.
Hal ini juga diungkap oleh seorang ahli bernama Carole Pertofsky, Med. Dalam wawancaranya dengan majalah BeWell Universitas Stanford, ia menyampaikan mengapa individu rentan terhadap kritik diri. Pertofsky juga membahas bagaimana cara untuk belajar memaafkan diri sendiri.
Penasaran dengan pembahasannya? Melansir berbagai sumber, yuk simak ulasan selengkapnya dalam artikel ini!
Mengapa Memaafkan Diri Sendiri Itu Sulit?
1. Ada mitos bahwa kritik yang keras diperlukan agar individu dapat mencapai kesuksesan
Pendapat bahwa, manusia belajar melalui kesalahan adalah benar adanya. Namun, di dalam masyarakat, seringkali ditekankan untuk mengritik diri dengan keras saat mengalami kegagalan, agar kita bertanggung jawab dan disiplin untuk memperbaiki diri.
Tumbuh dalam budaya yang demikian, seringkali membuat seseorang sulit memaafkan diri sendiri, karena takut menjadi malas dan kemudian menjadi tidak berhasil di kemudian hari.
2. Karena kecenderungan untuk mengritik berakar dalam gen dan dipengaruhi temperamen
Kecenderungan manusia untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri mungkin berakar pada gen kita. Manusia purba bergantung pada kontribusi satu sama lain untuk bertahan hidup. Jika seseorang membuat kesalahan, itu bisa menimbulkan kesulitan bagi seluruh suku. Meskipun hidup di zaman modern, kita masih terprogram untuk waspada membuat kesalahan.
Beberapa individu juga lebih sulit memaafkan diri sendiri karena temperamen yang dimiliki. Beberapa orang dapat terganggu oleh peristiwa yang tidak akan mengganggu orang lain, dan yang lain lebih cenderung membesar-besarkan kesalahan kecil menjadi krisis besar.
Kabar baiknya menurut Pertofsky, individu dapat mempelajari keterampilan untuk menjadi lebih konstruktif dan efektif dalam menerima dan memperbaiki kesalahan diri.
Artikel Terkait: 6 Manfaat Saling Memaafkan bagi Kesehatan Tubuh, Apa Saja?
Manfaat Memaafkan Diri Sendiri: Meningkatkan Kesejahteraan dan Produktivitas
Seperti yang dijelaskan oleh Dr. Fred Luskin dalam buku Forgive for Good: A Proven Prescription for Health and Happiness, menyimpan dendam dan tidak memaafkan akan meningkatkan stres dan mengurangi kesejahteraan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang mempraktikkan pengampunan diri memiliki kesejahteraan mental dan emosional yang lebih baik, sikap yang lebih positif, dan hubungan yang lebih sehat. Hasil terkait juga menunjukkan keterkaitan antara self love dengan tingkat kesuksesan, produktivitas, fokus, dan konsentrasi yang lebih tinggi.
“Orang yang memaafkan diri sendiri menyadari bahwa kurangnya pengampunan diri menyebabkan penderitaan,” kata Pertofsky. “Mereka baik pada diri mereka sendiri, yang mengurangi kecemasan dan depresi terkait.”
Sebaliknya, mereka yang sangat kritis terhadap diri mereka sendiri lebih mungkin mengalami negativitas, stres, dan pesimisme yang signifikan.
Artikel Terkait: 3 Pedoman Hidup yang Wajib Dimiliki oleh Ibu Bahagia
3 Hal Penting yang Harus Diketahui Untuk Menghindari Menyalahkan Diri Sendiri
1. Bedakan Antara Rasa Bersalah dan Rasa Malu
Pertofsky mengatakan bahwa melakukan kesalahan dapat menyebabkan seseorang merasa bersalah dan malu. Namun, kedua perasaan tersebut berbeda.
Rasa bersalah fokus pada hal-hal atau kesalahan-kesalahan yang sebelumnya dilakukan yang membuat sang individu menyesal. Rasa bersalah dapat membawa ke arah koreksi yang konstruktif. Dengan demikian, membantu seseorang menjadi lebih berhati-hati dalam pikiran, kata-kata, dan tindakannya.
Sementara itu, rasa malu muncul tidak fokus pada kesalahan yang dilakukan. Namun, mengarah ke keberadaan kita sebagai individu yang tidak layak atau kurang. Koreksi diri menjadi tidak konstruktif karena kita merasa bahwa pada intinya kita tidak layak, kekurangan, putus asa dan sendirian.
Dalam lingkungan profesional, rasa malu dapat menyebabkan seorang individu merasa tidak cukup baik, menjadi kompetitif atau terisolasi. Sementara dalam kehidupan pribadi, rasa malu membuat memberi label negatif pada dirinya dan menganggap orang lain lebih sukses secara sosial, disukai, dan menarik.
2. Bedakan Antara Mencapai Tujuan dengan Perfeksionisme yang Toxic
Mencapai tujuan membawa pemenuhan, tetapi perfeksionisme adalah racun.
Mempelajari keterampilan baru membutuhkan waktu, dan seorang individu mungkin akan mengalami keraguan ketika menghadapi tantangan. Namun, saat mampu mengatasi tantangan tersebut, kita menjadi lebih berdaya dan menghancurkan keraguan tersebut.
Masalah muncul ketika seorang individu berusaha untuk menjadi sempurna. Hal tersebut adalah jalan tol menuju stres besar, kekecewaan terus-menerus, dan masalah dengan kesehatan fisik dan mental kita, seperti depresi dan kecemasan.
“Perfeksionisme adalah sifat yang mendefinisikan hidup sebagai papan skor pencapaian yang tak ada habisnya,” katanya. “Perfeksionis tidak hanya berjuang untuk sukses, mereka juga mati-matian menghindari kegagalan.”
3. Mengetahui dan Menetapkan Harapan yang Realistis
Untuk menciptakan ekspektasi yang realistis, Pertofsky menyarankan untuk membuat ekspektasi yang jelas dan mempertimbangkan keseimbangan kehidupan kerja Anda. Beberapa pertanyaan untuk ditanyakan pada diri sendiri adalah:
Apa definisi sukses saya yang memperhitungkan semua aspek kehidupan saya, termasuk nilai-nilai saya?
Manfaat apa yang akan saya dapatkan? Apakah saya bertujuan untuk kinerja tingkat bintang lima? Mengapa? Apakah “cukup baik” dapat diterima dalam masalah khusus ini?
Apakah saya secara realistis memiliki sumber daya (waktu, ruang, dana) untuk fokus pada hal ini tanpa menimbulkan stres dan kecemasan yang tidak semestinya bagi diri saya dan orang lain?
Artikel Terkait: Mengatasi Stres Menurut Tipe Kepribadian
4 Langkah untuk Memaafkan Diri Sendiri
Sumber: Shutterstock
Bahkan setelah menetapkan harapan yang realistis, Anda masih dapat mengalami kegagalan dan mungkin mengalami rasa bersalah. Ketika itu terjadi, bayangkanlah bagaimana Anda akan merespons jika seorang teman memberitahu Anda bahwa mereka merasa tidak enak karena melakukan kesalahan.
“Pengampunan diri adalah memperlakukan diri sendiri seperti Anda memperlakukan orang lain,” kata Pertofsky. “Ini adalah keterampilan yang melibatkan pikiran, tubuh, hati, dan tindakan.”
Pertofsky mengungkap beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk memaafkan diri sendiri, berdasarkan penelitian tentang welas asih oleh Kristin Neff, PhD, dan Christopher Germer, PhD, yakni:
1. Practice Awareness
Langkah pertama adalah menerima ketidaknyamanan Anda tanpa menghakimi. Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah saya menilai secara realistis dampak kesalahan saya, atau apakah saya membesar-besarkannya di luar proporsi?”.
2. Belajar untuk Memahami
Sebagai bayi, secara natural, manusia belajar berjalan dengan jatuh dan bangkit kembali. Demikian juga cara orang dewasa yang memaafkan diri sendiri memperlakukan kesalahan mereka.
Alih-alih mengkritik diri mereka sendiri, mereka memahami, belajar, dan tumbuh sedikit demi sedikit dari kerentanan, kegagalan yang dilakukan, dan rasa malu mereka.
3. Be Kind to Yourself
Bersikap baiklah kepada diri sendiri. Luangkan waktu untuk mengurus diri sendiri dan kebutuhan. Tanyakan pada diri sendiri, “Apa yang saya butuhkan saat ini? Bagaimana saya bisa bersikap baik pada diri sendiri dan menenangkan ketidaknyamanan saya? Bagaimana saya bisa mengambil satu langkah kecil untuk memaafkan diri sendiri?”
4. Take Action
Pertimbangkan apa yang dapat Anda lakukan untuk memperbaiki kesalahan, kemudian terapkan secara nyata. Memperbaiki kesalahan akan mengangkat beban dan membantu Anda bergerak melampaui kesalahan masa lalu yang masih memengaruhi kehidupan saat ini.
Menutup wawancaranya, Pertofsky menyatakan bahwa memaafkan diri sendiri adalah keterampilan yang membutuhkan latihan. Seiring waktu, Anda akan melihat bahwa diri sendiri lebih santai, terbuka, dan bahagia. Banyak yang harus disyukuri dalam kehidupan sehari-hari, termasuk ketika Anda bisa berdamai dengan diri sendiri.
***
Baca Juga:
Stres Mengganggu? Lakukan 8 Cara Alami dan Mudah ini untuk Mengatasinya
Inner Child dalam Diri Bisa Menimbulkan Luka, Bisakah Disembuhkan?
Balas Dendam atau Memaafkan? Ketahui dulu 6 Hal Ini Sebelum Memutuskan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.