Kehamilan adalah momen yang sangat dinanti pasangan yang baru menikah. Berbagai cara rela dilakukan demi hadirnya si kecil di tengah keluarga, mulai dari cara alami hingga teknologi modern yang menjadi harapan bagi pasangan yang memiliki masalah kehamilan. Sayangnya, tak semua kehamilan berakhir bahagia, keguguran bahkan bayi lahir mati akan membuat ibu manapun patah hati. Seperti kisah ibu melahirkan bayi meninggal berikut ini.
Memperjuangkan kehamilan tak semudah yang dibayangkan. Manusia hanya bisa berencana, namun tetap Tuhan yang berkehendak. Tak ada pasangan di belahan dunia manapun yang ingin kejadian buruk menimpa.
Seperti yang dialami salah satu Bunda yang berbagi kisahnya di forum berbagi aplikasi theAsianparent Indonesia berikut ini.
Kisah ibu melahirkan bayi meninggal, “Hati Mama hancur, Nak”
Kisah ini diceritakan seorang Bunda di dalam forum aplikasi theAsianparent, sebut saja Bunda Syifa. Ia menuturkan kebahagiaannya mengandung buah cinta dengan sang suami di usia pernikahannya yang terbilang masih pengantin baru.
“Di usia pernikahan yang baru Allah langsung kasih kenikmatan hamil. Hari demi hari kujalani di masa kehamilan ini. Di TM pertama nafsu makan tak ada. Nasi tidak bisa masuk, hanya buah, susu hamil yang menemani hari-hariku. Semua kujalani layaknya ibu hamil lainnya,” ujarnya mengawali cerita.
Perjalanan kehamilan dijalani Syifa layaknya ibu normal. Memasuki usia trimester dua kehamilan, ia mulai merasakan nafsu makannya kembali seperti semula. Syifa juga mulai bisa bersahabat dengan sayur dan nasi yang selama ini menjadi musuh bebuyutannya. Ragam keluhan khas ibu hamil dirasakannya, tetapi ia tetap sabar.
Merasakan berbagai keluhan saat hamil
“Badan gatal khususnya di bagian bawah payudara semua kujalani dengan ikhlas. Setelah sembuh dengan gatal mulai merasakan keluhan lainnya tangan yang kram dan kesemutan kujalani. Kontrol bulanan pun tak pernah lupa. Setiap ada keluhan pun selalu ke dokter,” lanjutnya lagi.
Pada 8 Januari, Syifa melakukan kontrol kehamilan rutin untuk memeriksakan kondisi janin. Ia teramat bahagia mendapati suara detak jantung si jabang bayi terdengar. Seminggu setelahnya, Syifa kembali memeriksakan diri ke dokter. Namun, kali ini yang didapat adalah sesuatu yang tidak ingin didengar ibu manapun di dunia.
“Senin, 13 januari di usia kehamilan 18 minggu 6 hari aku merasa kram di perut, perut terasa mulas sejak subuh. Aku sedang tak bersama suami karena saat itu ia bekerja shift malam,” terangnya.
Syifa masih berjuang menahan rasa sakit. Ia berusaha tetap rileks dan berpikir positif. Terbayang olehnya, tak lama lagi ia akan bertemu dengan pangeran kecilnya. Apa daya, tubuh ternyata tak bisa diajak kompromi. Akhirnya Syifa dilarikan ke klinik terdekat karena rasa sakit yang sudah tak mampu lagi ditahannya.
Artikel terkait: Manfaat tidur miring ke kiri pada ibu hamil, salah satunya mencegah stillbirth
Dilarikan ke IGD karena tak mampu menahan sakit
Kisah pilu ibu yang melahirkan bayi meninggal
“Mama menyerah nak, karena sudah tak kuat dengan rasa sakitnya. Mama bawa kamu ke bidan untuk tindakan penyelamatan pertama. Bidan seketika menyatakan hal yang membuat Mama sedih sekali,” katanya.
Syifa merasakan perutnya semakin mulas. Tak hanya sakit, flek kecokelatan yang terus keluar membuat bidan akhirnya memutuskan menyuntiknya dan menyarankan untuk ke rumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap dan melakukan USG segera.
Syifa sudah tak mampu berpikir jernih. Ia merasakan aktivitas janinnya kian melemah.
“Nak, saat itu mungkin detak jantungmu mulai melemah di rahim Mama. Tiba di rumah sakit, rasa mulas Mama tak kunjung reda. Mama tidak kuat menahan rasa sakit ini lagi,” jeritan hati Syifa membuat penulis seolah turut merasakan rasa sakit yang menderanya.
Kala itu, sakit tak tertahankan sudah tak mampu dibendung Syifa lagi. Air ketuban yang pecah dan warna pakaian yang sudah berubah menjadi merah karena darah kian menambah khawatir Syifa.
Ia diantar ke IGD rumah sakit dan mendengar berita yang membuatnya serasa disambar petir di siang bolong. Syifa harus menerima kenyataan bahwa ia kehilangan si kecil untuk selama-lamanya.
“Hati Mama hancur, Nak…”
Ibu melahirkan bayi meninggal dalam kandungan.
“Hati Mama hancur nak. Kamu, yang selama ini Mama bawa kemana pun selama 5 bulan pergi ninggalin mama.
Hati ini sedih sekali, Nak. Jam 9 pagi kamu dinyatakan meninggal oleh dokter,” tulis Syifa penuh kepiluan.
Kendati demikian, Syifa tetap menanti layaknya ibu yang akan melahirkan normal umumnya. Ya, bayi yang meninggal harus segera dilahirkan. Tahap demi tahap pembukaan jelang melahirkan dinanti Syifa. Pasca adzan dzuhur, bayi Syifa lahir dengan proses persalinan vaginal dengan kondisi meninggal dunia.
Di akhir tulisannya, Syifa memanjatkan doa pada Tuhan dan meminta doa ibu lainnya agar segera pulih dan dipercaya kembali menjadi orangtua di masa mendatang.
“Ya Rabb kuatkan hati ini menerima takdir-Mu
Tempatkan anakku Fatih di tempat terbaik-Mu” Tutup Syifa.
Postingan ini menuai banyak reaksi dari pengguna aplikasi theAsianparent lainnya. Doa, simpati, belasungkawa, dan harapan positif mengalir agar Bunda Syifa cepat sembuh dan bisa merasakan kehamilan kembali.
Menghitung tendangan janin bisa mencegah bayi lahir meninggal
Sebagai informasi, bayi meninggal dalam kandungan terbagi menjadi dua kategori, yakni keguguran dan stillbirth. Keguguran terjadi ketika usia kehamilan 1-20 minggu, sedangkan stillbirth apabila kehamilan sudah mencapai usia kandungan 20 minggu atau lebih.
Stillbirth adalah bayi meninggal dalam kandungan atau dilahirkan dalam kondisi tidak bernyawa. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, bayi lahir mati terjadi pada usia kandungan 20 minggu atau lebih. Sesuai usia kehamilan, berikut klasifikasi kondisi stillbirth yang penting diketahui ibu hamil:
- Usia 20-27 minggu: stillbirth awal (early stillbirth)
- Usia 28-36 minggu: stillbirth akhir (late stillbirth)
- setelah 37 minggu: stillbirth
Bayi meninggal dalam kandungan atau stillbirth dapat terjadi pada siapa saja. Salah satu gejala yakni kelahiran bayi tak lagi bernyawa setelah 24 minggu kehamilan. Sayangnya, tidak ada tanda darurat sebelum kondisi ini terjadi.
Namun, bayi biasanya mengalami perubahan aktivitas dalam kandungan. Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk memantau gerakan janin selama periode kehamilan utamanya setelah memasuki usia 28 minggu.
“Kebanyakan perempuan yang menyadari adanya penurunan pergerakan janin masih mungkin mendapatkan hasil yang positif. Hal itu lain cerita jika terjadi berulang kali,” terang Ob-Gyn Ruth Fretts, M.D., asisten profesor di Harvard Medical School, Boston. Begini cara yang bisa dilakukan untuk menghitung tendangan janin:
- Pilih satu waktu kapan bayi Anda biasanya paling aktif, umumnya setelah makan atau setelah Bunda mengonsumsi kudapan ringan
- Setelah yakin bayi sedang bangun, duduk dengan posisi tegak atau berbaring lalu mulailah menghitung gerakan. Liukan, desiran darah, pukulan ringan dihitung sebagai tendangan. Namun, cegukan tidak termasuk
- Catat setiap menit yang diperlukan untuk bayi melakukan 10 kali gerakan
Luangkan 10 hingga 15 menit setiap harinya untuk melakukan hal ini. Patut diingat bahwa Bunda yang memiliki berat badan berlebih biasanya akan lebih sulit untuk merasakan tendangan.
Jangan langsung mengasumsikan diamnya janin sebagai kemungkinan terburuk, mengingat bertambahnya usia kehamilan membuat ruang pergerakan bayi semakin sempit.
Referensi tambahan: Parents.com
Baca juga :
Kisah haru seorang ibu yang mengalami keguguran berulang, "Bayiku telah kembali ke Maha Kuasa"
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.