4 Masalah Gizi pada Anak yang Sering Tidak Disadari Orangtua, Apa Saja?

Gizi buruk bukan satu-satunya masalah gizi yang bisa terjadi pada anak. Setidaknya terdapat 4 masalah gizi anak yang jarang disadari oleh orangtua.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, setiap anak membutuhkan asupan gizi yang juga optimal. Sayangnya, masih banyak masalah gizi pada anak yang sering terjadi. Penyebabnya beragam, mulai dari pola makan yang buruk, hingga adanya penyakit dan infeksi. 

Barangkali sebagian Parents mengira bahwa anak dikatakan bermasalah gizinya hanya ketika ia menderita gizi buruk. Padahal, masalah gizi cakupannya lebih luas. Kekurangan maupun kelebihan gizi bisa menimbulkan persoalan yang mengganggu tumbuh kembang anak.

Lantas, apa saja maslaah gizi pada anak yang patut orangtua waspadai?

4 Contoh Masalah Gizi pada Anak

Berikut ini, 4 masalah gizi pada anak yang sering tidak disadari orangtua.

1. Anak Kurus

Tubuh yang kurus merupakan masalah gizi yang kerap dialami anak dan balita. Faktor utama penyebabnya ialah anak tidak mendapatkan asupan energi dan protein yang mencukupi dari makanan sehari-hari.

Bobot tubuh yang kurang bukan cuma soal ukuran fisik, tetapi juga meningkatkan risiko berbagai penyakit. Makanya, ketika anak kurus jangan dibiarkan begitu saja. Sebab, efeknya mereka akan mudah sakit, terutama berisiko terinfeksi virus, bakteri, maupun jamur, serta anak bisa mengalami gangguan hormonal.

Agar kebutuhan gizi anak tercukupi, berilah makanan sehat bergizi seimbang. Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan serta memantau berat badan secara teratur.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Bertubuh Pendek (Stunting)

Pernah mendapati balita yang tubuhnya pendek di bawah rata-rata? Kondisi ini dinamakan sebagai stunting. Parents, stunting merupakan masalah gizi yang cukup mengkhawatirkan di Indonesia. Bayangkan saja, 1 dari 3 balita alami stunting.

Penyebab stunting adalah kekurangan gizi yang kronis, yaitu ketidakcukupan asupan gizi yang telah berlangsung lama dan bahkan dimulai sejak anak masih dalam kandungan. Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu serta anak-anak untuk menjaga pola makan sehat.

Untuk mencegah terjadinya stunting, selain pemberian makanan bergizi seimbang, perlu juga diperhatikan faktor-faktor pendukungnya. Seperti akses air bersih, lingkungan yang bersih dan sehat, serta pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada bayi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tak kalah penting, bayi dan balita perlu rutin posyandu setiap bulan. Pantau tinggi dan berat badan si kecil melalui kartu KMS.

Artikel Terkait: Mengenal stunting atau kondisi tubuh anak pendek, apa penyebabnya?

3. Anemia, Salah Satu Masalah Gizi pada Anak

Anemia biasa disebut keadaan ‘kurang darah’. Kondisi yang sebenarnya terjadi pada penderita anemia adalah kekurangan produksi sel darah merah. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh kekurangan zat gizi tertentu, seperti zat besi, asam folat, dan vitamin B12. 

Kurangnya jumlah sel darah merah akan membawa beberapa konsekuensi pada anak-anak. Di antaranya ialah gangguan kekebalan tubuh, sistem kardiovaskuler, psikomotorik dan kognitif. Maka tak heran, anak yang anemia akan memengaruhi prestasi mereka di sekolah.

Ada beberapa ciri anemia pada anak yang perlu Parents waspadai, yaitu:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Tampak lesu dan lemak
  • Enggan bermain dan berinteraksi dengan orang di sekitarnya
  • Kulit dan mata terlihat pucat dan kekuningan
  • Sering mengeluh sakit kepala, pusing, dan nyeri tulang atau nyeri pada bagian tubuh lainnya
  • Jantung berdebar, sesak napas
  • Sering terkena infeksi dan luka sukar sembuh

Jika si kecil menunjukkan tanda-tanda anemia, segera bawa ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan. Biasanya sejumlah langkah akan ditempuh untuk menangani anemia pada anak.

Dokter akan memberikan suplemen zat besi dan vitamin, memberi obat cacing, atau menghentikan penggunaan obat tertentu yang mungkin menjadi penyebab anemia. Pada kasus yang lebih berat, penderita mungkin akan diberikan transfusi darah hingga dioperasi.

Anemia karena kekurangan gizi tentu saja dapat dicegah dengan pemberian makanan bergizi seimbang. Berikan si kecil ASI eksklusif hingga ia berusia 6 bulan dan lanjutkan sampai usia 2 tahun dengan pemberian MPASI.

Ketika anak sudah masuk masa MPASI, jangan lewatkan untuk memberikan makanan kaya zat besi, seperti daging, ikan, ayam, kacang-kacangan, dan sayuran hijau.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel Terkait: Tumbuh kembang anak bisa terganggu karena anemia, waspadai gejalanya

4. Obesitas atau Kegemukan, Masalah Gizi pada Anak yang Sering Tak Disadari

Bayi bertubuh gemuk sering kali dianggap sebagai anak yang sehat dan lucu. Pemahaman ini sudah sejak lama eksis di tengah masyarakat. Meski sebenarnya, anggapan tersebut keliru dan menyesatkan.

Maka tak jarang, orangtua akhirnya berlomba-lomba membuat anaknya gemuk dengan memberikan aneka multivitamin dan susu formula agar anaknya tumbuh menjadi lebih montok dan diakui di lingkungan sosial sebagai anak yang menggemaskan.

Parents, anak yang sehat bukan diukur dari tubuh yang gemuk, apalagi gempal. Justru kegemukan merupakan tanda adanya masalah gizi yang disebabkan oleh kelebihan asupan makanan dan minuman, terutama akibat banyak mengonsumsi junkfood.

Kurangnya aktivitas fisik pada si kecil, misalnya banyak duduk dan bermain game, juga memicu terjadinya kelebihan berat badan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kegemukan pada anak dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, seperti gejala pradiabetes, asma, pubertas dini, gangguan pertumbuhan muskuloskeletal, gangguan koordinasi tubuh, bahkan bisa menyebabkan masalah psikologis dan interaksi sosial di kemudian hari.

Nah, itulah 4 macam masalah gizi pada anak yang sering kali tidak disadari para orangtua. Mulai sekarang, yuk, lebih peka lagi terhadap kondisi gizi anak. Jangan sampai masalah ini memicu gangguan kondisi medis yang lebih serius.

Baca Juga:

Peran Remaja Cegah Stunting Dibutuhkan, Ini Panduan untuk Parents

Penulis

Titin Hatma