Mandi Safar merupakan tradisi budaya Melayu yang sudah ada sejak zaman dahulu. Tradisi ini merupakan kegiatan membersihkan diri dan menyucikan hati agar terhindar dari hal-hal yang tidak baik, atau disebut sebagai penolak bala. Umumnya, tradisi ini akan dilaksanakan oleh sejumlah masyarakat pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.
Jika melihat pada masa sebelum pandemi, tradisi ini biasanya akan dilakukan beramai-ramai di waktu-waktu tertentu. Namun, rangkaian ritual dan keramaian dari tradisi Mandi Safar saat ini kian meredup lantaran terdampak pandemi COVID-19. Kendati sudah tak seramai sebelumnya, tetapi masyarakat tetap menggelar tradisi ini untuk membersihkan hati dan juga diri.
Untuk mengetahui lebih lanjut terkait tradisi menyucikan diri khas masyarakat Melayu, berikut akan kami rangkumkan informasi selengkapnya.
Apa Itu Mandi Safar?
Sumber: ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Mandi Safar adalah tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat pada saat memasuki bulan Safar. Biasanya dilakukan di setiap hari Rabu terakhir di bulan tersebut. Ritual ini dilakukan masyarakat sebagai sarana pembersihan diri dan juga ajang silaturahmi bagi masyarakat Melayu.
Ada pun tujuan dari dilakukannya ritual ini adalah untuk mensucikan hati dan membersihkan diri. Selain sebagai pembersih diri, tradisi ini juga sudah dipercaya masyarakat sebagai tolak bala untuk menghilangkan hal buruk dari manusia dan juga alam yang dihanyutkan oleh air sungai yang mengalir.
Baca juga: 5 Tradisi Perayaan Satu Suro untuk Masyarakat Pulau Jawa
Sejarah Mandi Safar
Sumber: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Dikutip dari situs Pemerintah Kabupaten Bengkalis, menurut salah seorang pengurus Lembaga Adat Melayu di Pulau Rupat Utara, Pak Dollah, upacara Mandi Safar sudah ada sejak tahun 1950 yang mulai dibawa dari masyarakat Rupat Utara dari pesisir pantai Malaysia. Namun, disebutkan juga oleh Pak Dollah bahwa aslinya tradisi ini sudah hadir di sana sejak tahun 1920-an.
Jika melihat pada sejarah awalnya, kegiatan tradisi tersebut dilakukan di rumah masing-masing. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat menjadikannya suatu upacara sakral yang dilakukan beramai-ramai.
Baca juga: Mengenal Tradisi Bakar Batu dari Papua, Wujud Rasa Syukur dan Toleransi
Perbedaan Pendapat tentang Mandi Safar
Sumber: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Seperti tradisi lain yang tersebar di masyarakat, tradisi Mandi Safar juga memiliki beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya. Ada yang percaya bahwa ritual ini mampu mencegah atau bahkan menghilangkan segala macam hal buruk, wabah penyakit menular, bencana atau musibah yang akan atau telah datang, khususnya di bulan Safar.
Hal ini karena adanya kepercayaan di kalangan masyarakat luas bahwasanya Allah SWT akan menurunkan 12 ribu macam ujian atau cobaan kepada umat manusia di bulan tersebut, tepatnya pada hari Rabu minggu terakhir bulan Safar. Itulah mengapa ritual ini biasanya dilakukan pada hari Rabu terakhir di bulan tersebut.
Selain dipercayai sebagai ritual tolak bala, sebagian lain juga menganggapnya sebagai tindakan bid’ah. Bid’ah yaitu tindakan yang tidak boleh dilakukan karena bertentangan dengan ajaran Islam. Di mana ritual Mandi Safar dinilai takhayul dan khurafat, serta mengandung unsur syirik.
Sedangkan di sisi lainnya, pendapat lain menyebutkan bahwa ritual ini hanyalah sekadar tradisi leluhur Islam yang perlu dijaga kelestariannya. Tentu dengan tetap mengedepankan modifikasi Islami dan membuang unsur mistisme agar tidak bertentangan dengan ajaran Allah SWT.
Proses Persiapan Mandi Safar
Sumber: ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Sama seperti tradisi lain yang biasanya dilakukan di waktu tertentu, begitu pula dengan tradisi Mandi Safar yang dilakukan setiap hari Rabu terakhir dibulan Safar. Biasanya proses upacara mandi ini akan dimulai dari pagi hari, tepatnya setelah salat subuh.
Masyarakat akan menyiapkan peralatan yang dibutuhkan terlebih dahulu berupa sehelai daun atau selembar kertas persegi (rajah) yang diserahkan pada tetua kampung. Persiapan ini dilakukan karena tetua kampung yang dianggap memiliki ilmu agama lebih mumpuni dalam memimpin ritual tersebut.
Nantinya rajah yang sudah diserahkan akan ditulisi dengan ayat-ayat menggunakan benda-benda keras. Misalnya lidi yang dibuat menyerupai pensil dengan ujung dilancipkan, atau tinta yang mudah luncur.
Baca juga: Makna Mendalam Tradisi Melukat, Ritual Penyucian Jiwa Pulau Dewata
Proses Pelaksanaan Mandi Safar
Sumber: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Jika persiapan sudah selesai, selanjutnya akan dilanjutkan ke proses pelaksanaan yang dimulai dengan kegiatan zikir bersama untuk memohon ampun dan ridha Allah SWT. Setelah itu, akan dilakukan arak-arakan yang diiringi kompang beserta delapan pasang anak yang merupakan perwakilan masing-masing desa.
Contohnya pada Rupat Utara. Masyarakat akan melakukan arak-arakan untuk menuju sumur tua yang letaknya tak jauh dari Pantai Tanjung Lapin. Sesampainya di tempat ritual, satu persatu tetua kampung, pemuka agama, serta pemerintah setempat akan menepuk tepung tawari anak-anak tersebut. Setelahnya, air wafa’ disiramkan ke tubuh mereka menggunakan centong dari tempurung kelapa.
Jika ritual sudah selesai dilakukan, barulah masyarakat yang hadir dalam kegiatan tersebut diizinkan untuk mengambil air wafa’. Ada yang menggunakannya untuk membasuh muka, membasuh rambut, dan ada pula yang sengaja membawa botol air kosong untuk nantinya diisikan air tersebut.
Tak jarang pula beberapa masyarakat yang kemudian menjadikan rajah yang sudah dituliskan dan direndam air wafa’a sebagai pajangan di depan pintu rumah. Tujuannya adalah agar segala hal buruk dan penyakit tidak masuk ke dalam rumah.
Pada hari Rabu (21/9/2022) kemarin, sejumlah warga di Kampung Cipocok, Serang, Banten menggelar tradisi Mandi Safar. Selain masyarakat Kampung Cipocok, sejumlah masyarakat di Desa Buata, Kabupaten Gorontalo Utara, Gorontalo, juga mengadakan Mandi Safar di hari yang sama.
Itulah beberapa informasi tradisi Mandi Safar yang bisa Anda ketahui. Bagaimana, apakah Anda dan keluarga termasuk yang melakukan tradisi khas masyarakat Melayu ini?
Baca juga:
Bebaskan dari Marabahaya dan Kesialan, Begini Asal Usul Tradisi Ruwatan
7 Tradisi Buang Sial di Indonesia, Dari Lepas Burung Hingga Mandi Garam
Mengenal Tradisi Masyarakat Bali Jelang Dewasa dengan Potong Gigi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.