Makanan olahan termasuk jenis makanan yang praktis dan cepat, sehingga menjadi favorit banyak orang. Banyaknya varian makanan olahan seperti nugget, sosis, daging asap hingga berbagai jenis bakso seafood dan bakso sapi. Rasanya yang lezat dan cara memasak yang mudah membuat banyak orang menyukai jenis makanan ini.
Berbagai jenis makanan olahan biasanya disajikan dalam beragam makanan cepat saji (fast food) seperti burger, hotdog, sandwich, dan lain0lain. Sayangnya, makanan jenis ini, tidak begitu baik untuk dikonsumsi secara terus-menerus.
Dilansir dari Medical News Today, makanan olahan merupakan makanan yang telah melalui berbagai proses kimiawi, untuk memasaknya, mengawetkannya atau untuk menambahkan rasanya. Dan berikut bahaya kesehatan yang mengancam bagi mereka yang sering mengonsumsi makanan olahan.
Bahaya makanan olahan yang perlu diwaspadai
#1: Menyebabkan diabetes tipe 2
Makanan olahan biasanya mengandung karbohidrat sederhana yang cukup tinggi. Karbohidrat sederhana ini dengan cepat dipecah dalam saluran pencernaan, menyebabkan kadar gula darah dan insulin menlonjak dengan cepat pula.
Tidak mengherankan, konsumsi fast food dikaitkan dengan berbagai penyakit kronis.
Intinya, karbohidrat yang Anda temukan dalam fast food biasanya adalah karbohidrat sederhana, yang jika dikonsumsi secara berlebihan, dapat membuat Anda berisiko mengalami diabetes tipe 2.
#2: Kekurangan gizi
Makanan olahan sangat rendah nutrisi esensial dibandingkan dengan makanan utuh yang tidak diproses. Dalam beberapa kasus, vitamin dan mineral sintetis ditambahkan ke dalam fast food untuk mengimbangi nutrisi yang hilang selama pemrosesan. Namun, nutrisi sintetis bukanlah pengganti yang baik untuk nutrisi yang ditemukan dalam makanan alami.
Semakin banyak Anda mengonsumsi fast food, semakin sedikit vitamin, mineral, antioksidan, dan berbagai nutrisi yang akan Anda dapatkan, dan Anda akan semakin berisiko mengalami kekurangan nutrisi.
Intinya, ada banyak nutrisi yang ditemukan dalam makanan alami yang tidak ditemukan dalam fast food. Semakin banyak processed foods yang Anda konsumsi, semakin sedikit nutrisi yang Anda dapatkan.
#3: Makanan olahan bisa menyebabkan sembelit
Fast food memiliki lebih sedikit serat daripada buah-buahan, gandum, dan makanan yang tidak diproses lainnya.
Sebenarnya, salah satu yang fungsi utama serat adalah berfungsi sebagai prebiotik, untuk memberi makan bakteri baik di usus. Selain itu, serat dapat memperlambat penyerapan karbohidrat dan membantu kita merasa lebih kenyang. Serat larut juga dapat mencegah sembelit (susah buang air besar).
Sayangnya, serat yang ditemukan secara alami dalam makanan akan hilang selama pemrosesan kimiaw. Oleh karena itu, sebagian besar fast food sangat rendah serat.
#4: Obesitas
Produsen makanan menginginkan produk makanan olahan mereka memiliki umur simpan yang panjang dan praktis. Mereka juga kerap membuat produk makanan yang sangat mudah dikunyah dan ditelan, kadang-kadang hampir seperti meleleh di mulut Anda.
Alhasil, kita bisa makan banyak fast food dalam waktu yang lebih singkat. Akibatnya, lebih banyak kalori menumpuk dalam tubuh, yang bisa menyebabkan kelebihan berat badan.
#5: Makanan olahan meningkatkan risiko penyakit jantung
Processed foods biasanya mengandung banyak lemak trans. Lemak trans ini mengandung asam lemak Omega-6 dalam jumlah berlebihan, yang dapat mendorong oksidasi dan peradangan dalam tubuh.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang makan lebih banyak lemak trans, mereka memiliki risiko yang signifikan untuk mengalami penyakit jantung, yang merupakan penyebab paling umum kematian di dunia saat ini.
***
Ketika kita mengganti makanan alami seperti ikan, daging, buah-buahan dan sayuran dengan makanan cepat saji olahan, kita telah membahayakan kesehatan tubuh kita sendiri. Jadi, bijaklah dalam memilih makanan, dan semoga informasi di atas bermanfaat!
Baca juga:
Penelitian: Daging olahan sebabkan kanker payudara, Bunda wajib waspada!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.