“Anakku sakit, dia sering kali mengeluarkan suara grok-grok, tidak hilang-hilang. Setelah dicek ternyata dia mengalami laringomalasia,” ujar salah seorang Bunda M bercerita di Aplikasi theAsianparent.
Sang Bunda awalnya merasa curiga karena buah hatinya tersebut memiliki berat badan yang sulit naik. Terlebih saat usianya 1 bulan, si kecil sempat dirawat di NICU karena mengalami pneumonia.
“Kira-kira ada yang pernah anaknya terkena laringomalasia tidak? Sampai dadanya masuk ke dalam. BB lahir 2.5 sekarang 4 bulan BB-nya 4,1 kg susah naik beratnya,” ujarnya kembali.
Artikel terkait: Kisah Parents, “Saya pikir hanya demam biasa, ternyata anak saya kena bronkopneumonia”
Apa Itu Laringomalasia?
Parents, waspadai berbagai gejala laringomalasia pada bayi
Mengutip dari Cleveland Clinic, laringomalasia adalah salah satu jenis kelainan kotak suara yang ada pada bayi baru lahir. Kondisi ini merupakan bawaan, artinya sudah ada sejak lahir.
Laringomalasia terjadi ketika jaringan yang terletak di atas kotak suara terkulai dan jatuh kembali di atas jalan napas. Laringomalasia adalah penyebab paling umum dari pernapasan yang bising pada bayi.
Kondisi ini juga kadang disebut sebagai Laryngeal Stridor. Stridor adalah bunyi nada tinggi yang terdengar ketika bernapas. Bunyi nada tinggi ini terjadi karena lemahnya jaringan di atas pita suara (Laring supraglottic).
Laringomalasia kebanyakan terjadi pada bayi. Laringomalasia pada orang dewasa sangat jarang, tetapi dapat terjadi.
Parents, kondisi ini rupanya merupakan kelainan bawaan yang menyebabkan terganggu atau terlambatnya pertumbuhan jaringan laring. Hal ini bisa berakibat pada jaringan-jaringan sekitar menjadi lemah dan menutup sebagian jalan napas.
Keparahan kondisi ini pada bayi bisa beragam. Pada kebanyakan kasus, ini bukanlah hal yang serius karena biasanya ada kemungkinan laring akan tumbuh seiring berjalannya waktu.
Menurut dr. Delvira Parinding, kurang lebih 90% kasus penyakit ini bisa mengalami perbaikan saat si kecil berusia 20-24 bulan.
Akan tetapi, pada kondisi lainnya, laringomalasia bisa menyebabkan bayi mengalami kesulitan makan, bernapas, hingga akhirnya menyebabkan si kecil sulit untuk menaikkan berat badan. Seperti pada kasus bayi Bunda M, penanganan yang baik harus segera dilakukan.
Gejala
Bila si kecil mengalami kondisi ini saat ia lahir, gejalanya bisa terlihat lebih jelas dalam beberapa minggu pertama. Di sisi lain, sebagian besar anak akan mengalami kondisi ini saat usianya 18-20 bulan.
Beberapa gejala yang bisa diamati, antara lain:
- Suara napasnya terdengar dan berisik seperti bunyi ‘grok-grok’
- Bayi mengalami mengi saat menarik napas
- Suara napas menjadi lebih buruk ketika bayi gelisah, menangis, saat menyusui, maupun ketika tidur telentang
- Mengalami sleep apnea
- Sering menarik leher dan dada setiap kali bernapas
- Kulit membiru atau kondisi sianosis
- Mengalami kesulitan makan
- Sering kali tersedak saat makan
- Penambahan berat badan yang parah
- Mengalami Gastroesophageal reflux seperti mudah muntah
Artikel terkait: Parents perlu tahu! Ini perbedaan batuk biasa dan pneumonia pada bayi
Penyebab Laringomalasia
Penyebab pasti laringomalasia hingga kini masih belum diketahui. Relaksasi atau kurangnya tonus otot di saluran napas bagian atas mungkin menjadi faktor yang berpengaruh.
Dokter tidak tahu apa yang menyebabkan laringomalasia secara pasti, tetapi mungkin ada hubungannya dengan bagaimana kotak suara terbentuk sebelum bayi lahir.
Otot-otot yang menopang kotak suara mungkin terbentuk lemah atau tidak terkoordinasi dengan baik dengan pernapasan.
Malformasi kotak suara ini biasanya dapat didiagnosis segera saat lahir atau muncul dalam bulan pertama kehidupan.
Gastroesophageal reflux (GE reflux) dapat berkontribusi pada keparahan gejala laringomalasia anak. Saat bayi telentang atau menangis, bunyi pernapasan yang bising dapat menjadi lebih buruk.
Kondisi ini sangat umum terjadi pada bayi. Lebih dari setengah dari semua bayi yang baru lahir memiliki laringomalasia selama minggu pertama kehidupannya, dan bahkan lebih berkembang lagi ketika mereka berusia dua hingga empat minggu.
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang berperan dalam terjadi laringomalasia adalah sebagai berikut:
- GERD
- Abnormalitas neurologis
- Abnormalitas anatomi laryngeal
- Bayi yang berjenis kelamin laki-laki
Diagnosis
Jika anak lahir dengan laringomalasia, gejalanya mungkin akan muncul segera saat lahir dan bisa menjadi lebih jelas dalam beberapa minggu pertama kehidupannya.
Laringomalasia dapat didiagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik berdasarkan gejala bayi.
Dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan atau melakukan asesmen tentang masalah kesehatan bayi dan mungkin merekomendasikan tes yang disebut nasofaringo laringoskopi (NPL) untuk mengevaluasi lebih lanjut kondisi bayi.
Tes ini dilakukan dengan menggunakan kamera kecil yang terlihat seperti untaian spageti dengan lampu di ujungnya yang dilewatkan melalui lubang hidung bayi dan masuk ke bagian bawah tenggorokan di mana laring berada. Kamera kecil ini memungkinkan dokter untuk melihat kondisi kotak suara bayi.
Jika laringomalasia didiagnosis, dokter mungkin akan melakukan tes diagnostik lain untuk mengevaluasi sejauh mana masalah anak dan untuk melihat apakah saluran napas bagian bawah terpengaruh. Tes ini mungkin termasuk:
- Rontgen leher
- Fluoroskopi saluran napas
- Mikrolaringoskopi dan bronkoskopi (MLB)
- Esophagogastroduodenoscopy (EGD) dan pemeriksaan pH
- Evaluasi endoskopi fungsional menelan (FEES)
Kemungkinan Komplikasi Laringomalasia
Dalam kebanyakan kasus, laringomalasia adalah kondisi tidak berbahaya yang dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Biasanya kondisi ini akan membaik pada saat anak mencapai usia 18 bulan.
Tidak ada komplikasi jangka panjang, tetapi dalam beberapa kasus yang jarang anak dapat mengalami masalah pernapasan parah yang mungkin memerlukan pembedahan atau perawatan medis lainnya.
Kapan Parents Perlu Khawatir?
Sebaiknya segera hubungi dokter bila mengalami kondisi yang mirip dialami buah hati Bunda “M”.
Selain itu, beberapa gejala lain yang patut mendapatkan pertolongan medis segera adalah:
- Bibir berubah menjadi biru dan napasnya terdengar berisik
- Si kecil berhenti bernapas selama lebih dari 10 detik
- Leher atau dada nampak tertarik setelah dibangunkan
Pengobatan dan Perawatan
Merawat Bayi dengan Laringomalasia
Pada kondisi laringomalasia yang normal, biasanya operasi tidak sampai dilakukan. dr. Delvira mengungkapkan bahwa memang kasus dan pola pertumbuhan anak bisa berbeda-beda sehingga perlu dievaluasi per orangnya.
Akan tetapi, ia menuturkan bahwa bayi yang mengalami kondisi ini hendaknya diperhatikan kebutuhan dan cara pemberian ASI. Beberapa upaya yang bisa dilakukan, antara lain:
- Posisikanlah si kecil tegak saat jeda minum ASI, hal ini dilakukan agar penapasannya bisa lebih sesuai.
- Setelah si kecil merasa kenyang, sebaiknya jangan langsung membaringkannya agar tidak terjadi refluks ASI.
- Sebaiknya, tunggu si kecil sampai sendawa atau mengeluarkan gumoh.
Bila sudah mempraktikkan beberapa hal di atas, ditambah si kecil menunjukkan gejala berbahaya, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.
Saat evaluasi dilakukan dan hasil menunjukkan bahwa kondisinya ini memengaruhi tumbuh kembang, dokter biasanya akan mempertimbangkan untuk melakukan operasi supraglottoplasty.
Untuk mendiagnosis kondisi ini biasanya dokter akan melakukan rontgen leher, fluoroskopi jalan napas, Microlaryngoscopy and bronchoscopy (MLB), Esophagogastroduodenoscopy (EGD) and pH probe, serta Functional endoscopic evaluation of the swallow (FEES)
Operasi Supraglottoplasty
Menurut dr. Delvira, mekanisme operasi ini ialah dengan melakukan pemotongan sebagian jaringan yang menutup jalan napas.
Namun, operasi ini sebetulnya tidak akan menghilangkan sepenuhnya napas bising.
Beberapa kondisi akan dapat terbantu, seperti:
- Meningkatkan kemampuan menelan pada si kecil
- Mengurangi kemungkinan apnea atau pernapasan yang terhenti
- Membantu menambah berat badan anak
- Mengurangi keparahan gejala lainnya
Pencegahan Laringomalasia
Lantaran laringomalasia adalah kondisi bawaan genetik, saat ini tidak ada cara yang diketahui untuk mencegahnya terjadi secara pasti.
Dalam kebanyakan kasus, laringomalasia akan hilang dengan sendirinya pada saat bayi berusia satu tahun.
***
Nah, Parents, dari kasus yang dialami Bunda M sebaiknya kita waspada dan cepat tanggap. Bila si kecil mengalami berbagai gejala laringomalasia seperti di atas sebaiknya segera periksakan ke dokter, ya. Semoga informasi ini bermanfaat!
Artikel diupdate oleh: Annisa Pertiwi
Baca Juga:
Benarkah bayi pneumonia karena tidur di bawah kipas angin? Simak penjelasan dokter
Parents perlu tahu! Ini perbedaan batuk biasa dan pneumonia pada bayi
Pneumonia pada Bayi: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Cara Mencegah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.