Kehadiran buah hati menjadi sesuatu yang amat ditunggu pasangan yang sudah menikah. Segala daya upaya akan dilakukan, mulai dari cara alami hingga mengandalkan teknologi modern. Sayangnya, perencanaan kehamilan tidak selamanya berjalan mulus. Keguguran menjadi salah satu momok yang bisa saja mengintai semua ibu, kendati kondisi ini tidak diinginkan. Begitu banyak kisah ibu keguguran dengan berbagai penyebab, seprti cerita ibu berikut yang menggugah pembacanya.
Kisah ibu keguguran: “Janinku hanya menetap 11 minggu”
Dalam forum diskusi theAsianparent Indonesia, seorang ibu membagikan kisahnya pada Parents lainnya. Berawal dari kebahagiaan yang membuncah karena ia lekas dikaruniai buah hati tak lama setelah menikah.
“Tanggal 25 desember tepat seminggu aku telat haid, dengan rasa penasaran aku minta suami belikan tespeck. Jam 6 pagi aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk testpack…
Alhamdulillah, Allah kabulkan doa2ku dan doa suami, tepat 8 bulan pernikahan kami Allah kasih kado terindah. Allah tiupkan buah hati ke dalam rahimku, rasa syukur kami panjatkan”, demikian Tami memulai kisahnya.
Saking senangnya, ia dan sang suami langsung memeriksakan kandungan ke bidan. Ternyata, usia kandungannya telah menginjak usia 6 minggu. Bunda Tami sangat senang dan menikmati masa kehamilannya bersama suaminya.
“Rasa syukur itu ternyata hanya bertahan dalam waktu singkat”
Sebulan berlalu saat usia kehamilan memasuki 11 minggu, saat itu Bunda Tami sudah mengatur waktu untuk pemeriksaan kandungan rutin. Sore harinya, ia merasakan keluar flek. Namun, ia memutuskan untuk menunggu sang suami pulang bekerja untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan.
Esoknya, Bunda Tami langsung bergegas ke dokter kandungan dengan hasil yang sudah berbeda dari sebelumnya.
“Esoknya langsung aku cek kandungan ke bidan, dan flek sudah menjadi pendarahan ringan. Bidan menyuruhku cek kandungan langsung ke RS,” lanjutnya.
Tak ingin gegabah, Bunda Tami dan suami memutuskan untuk pulang ke rumah lebih dahulu. Tujuannya untuk menanyakan referensi rumah sakit yang berkualitas untuk pemeriksaan kandungan.
Setelah dapat, suami berinisiatif untuk mendaftar dan meminta nomor antrian via telepon.
“Dapatlah sekitar habis maghrib. Saat itu, aku hanya berbaring saja di kasur untuk istirahat dan berhenti melakukan aktivitas apapun. Aku belum merasakan sakit, aku dan suami berpikir positif. Insha Allah semuanya akan baik-baik saja,” ungkap Tami.
Jelang akan berangkat ke rumah sakit, Tami merasakan sakit teramat sangat di perut bagian bawah. Saat itulah Tami merasa amat cemas. Tami terus berdoa agar Tuhan senantiasa melindungi janinnya di dalam kandungan.
“Janinku keluar masih terbungkus ari-ari”
“Selang berapa menit, perutku membaik dan tiba-tiba darah mengalir begitu deras. Aku merasakan ada gumpalan darah yang keluar,” ujarnya.
Sesaat, begitu banyak gumpalan darah yang keluar hingga akhirnya ada sesuatu yang besar turut keluar dari tubuhnya. Namun, saat itu Tami tidak merasakan sakit. Selanjutnya, apa yang ia lihat seolah menjadi mimpi buruk bagi semua calon ibu.
“Setelah kuliat betapa kaget dan terkejutnya, Takjub akan kuasamu ya Allah.. Janinku, ku ambil, aku bersihkan, janinku anakku masih terbungkus plasenta dan di temani ari-ari. Tak terasa aair mata menetes di tubuhmu nak,” tulisnya penuh kesedihan.
Seketika Tami merasakan ragam kesedihan berkecamuk dalam benaknya. Ia harus menghadapi kenyataan kehilangan calon bayinya selama-lamanya.
Terima kasih sudah menemani ayah dan ibu selama 11 minggu, Nak…
Di akhir tulisan, ia memanjatkan doa dan penyesalan karena merasa belum menjadi orangtua yang baik.
“Maafkan ibu dan ayah belum bisa menjagamu dengan baik. Maafkan ayah ibu jika sedari kmu dalam kandungan belum bisa kasih yang terbaik.
Anugrah terindah bisa mengandungmu, nak. Terima kasih sudah menemani ayah ibu selamat 11 minggu. Terima kasih sudah tinggal di rahim ibu nak..,” pungkas Tami.
Tami bahkan memperlihatkan hasil USG terakhirnya, di mana terlihat hanya ari-ari bayinya yang tersisa.
Kisah ibu keguguran berdampak hebat terhadap kehidupan ibu, apa yang seharusnya suami lakukan?
Kendati tidak diinginkan siapa pun, keguguran bisa menyerang siapa saja. Tak hanya kesehatan fisik, kondisi ini sudah pasti memengaruhi efek yang luar biasa hebat pada mental istri. Kesedihan mendalam akan dirasakan istri, bahkan tak jarang menyalahkan diri sendiri dan merasa gagal menjadi orangtua yang baik.
Kendati pastinya merasakan kehilangan yang sama, suami sejatinya harus mampu menjadi support system utama yang berperan mengembalikan kepercayaan diri istri seperti semula.
Memang bukanlah hal yang mudah menghadapi kehilangan. Namun, menyesali keadaan tidak akan mengubah segala sesuatu yang sudah terjadi.
Berikut ini langkah yang bisa suami lakukan jika tengah mengalami kisah ibu keguguran saat ini:
-
Berikan istri seluruh fasilitas medis terbaik
Pasca keguguran, ada prosedur yang harus dilakukan untuk mengembalikan fisik Bunda pulih seperti semula. Ada yang dapat dilakukan dengan cara alami, tak sedikit juga yang memerlukan tindakan medis lebih serius untuk mencegah komplikasi.
Keingintahuan suami dibutuhkan untuk memahami dan menggali informasi yang dibutuhkan.
Diskusikan langkah yang terbaik dengan pasangan agar istri merasa nyaman akan segala tindakan medis yang nantinya dijalankan. Jangan sungkan berkonsultasi dengan dokter akan solusi terbaik ya, Parents!
Kehilangan calon buah hati sudah pasti akan menimbulkan duka mendalam, dan setiap orang memiliki cara tersendiri menyikapi kesedihan. Boleh saja menghibur, tetapi pastikan Anda tidak mengatakan sesuatu yang justeru memperkeruh keadaan.
Alih-alih menyalahkan, yakinkan istri bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih baik di masa mendatang. Jangan ragu memberikan kontak fisik seperti sentuhan, pelukan, genggaman tangan, atau kecupan hangat di dahi agar istri merasa lebih tenang.
Hal ini akan membuat istri perlahan membaik dan yakin Ayah akan selalu ada untuknya.
Kendati sedih, kontrol perasaan di hadapan istri untuk menekan kesedihan dan penyesalan yang ada karena merasa tidak mampu menjaga kandungan serta perasaan lainnya.
Jonathan Bartlett, MA, MFT, seorang psychotherapy hubungan merekomendasikan kehadiran suami selalu di saat menghadapi situasi kritis seperti keguguran. Jika memungkinkan, ajukanlah cuti minimal 1 hingga 2 hari untuk menemani istri di rumah.
Tak ada salahnya mengajak istri ke restoran favoritnya atau menonton film di bioskop. Selain menghibur, cara ini ampuh untuk mengganti waktu berkualitas yang mungkin tersita karena sibuk bekerja.
-
Berikan waktu istri menyendiri
Tak bisa ditampik, setiap orang memiliki siasat sendiri kala berdamai dengan kesedihan. Biarkan istri tenggelam dalam kesedihannya hingga benar-benar luruh sepenuhnya, jika hal ini memang diperlukan.
Sediakan waktu untuk istri melakukan waktu untuk melakukan aktivitas kesukaannya seperti berbelanja, merawat diri di salon, atau berkumpul bersama sahabat dekat agar semangatnya bangkit kembali.
Kondisi fisik dan mental sudah membaik, Parents mungkin terpikir untuk memiliki anak kembali. Tak ada salahnya membuat perencanaan kehamilan, namun jangan memaksakan. Diskusikan dengan matang terkait kesiapan pasangan. Jika memang sudah siap, terapkan pola hidup sehat agar kejadian serupa bisa dicegah.
Semoga informasi di atas bermanfaat!
Baca juga :
"Selamat jalan anakku," kisah pilu ibu melahirkan bayi meninggal
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.