Parents, Yuk Ketahui Cara Mengejar Vaksinasi Jika Terlambat Imunisasi

Parents khawatir si Kecil akan terserang penyakit jika terlambat imunisasi? Ketahui beberapa cara mengejar vaksinasi yang tertinggal.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Imunisasi dilakukan sebagai upaya agar anak dapat terhindar dari berbagai penyakit infeksi terhadap kematian dan kecacatan, atau penyebaran infeksi. Namun, bagaimana jika terlambat imunisasi?

Perlu diketahui, cakupan imunisasi dasar di Indonesia tahun 2021 mengalami penurunan, rata-rata sebesar 84.2%. Sebagai contohnya, wilayah Jakarta yang mengalami penurunan sejak tahun 2019, cakupan imunisasi dasar anak turun hingga 34.5% di tahun 2021. Angka yang sangat besar sekali di kota besar seperti DKI Jakarta. Sangat disayangkan karena imunisasi dasar lengkap merupakan program pemerintah untuk mencegah Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). 

Bukan tanpa sebab, imunisasi memiliki berbagai manfaat baik yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut dr. Linda Levina Dharmawan, Chief Medical Officer Imuni dalam kulgram bersama theAsianparent bertajuk “Cara Mengejar Vaksinasi Anak yang Tertinggal”, ada banyak manfaat dari imunisasi dan cara mengejar imunisasi yang tertinggal.

Pentingnya Imunisasi sehingga Tidak Boleh Terlambat

Imunisasi bertujuan untuk membentuk perlindungan atau antibodi tubuh terhadap virus ataupun bakteri spesifik yang terkandung dalam vaksin. Sehingga ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, tubuh sudah mengenali bentuk dan karakternya dan membuat perlindungan. Selain melindungi diri, tapi juga melindungi keluarga, dan orang-orang disekeliling hingga dapat mencapai herd immunity (kekebalan kelompok). 

“Imunisasi adalah cara yang mudah, aman dan efektif untuk mencegah penyakit infeksi. Sangat beruntung sekali dengan adanya imunisasi, angka kesakitan dan kematian penyakit infeksi sudah berangsur menurun menuju eradikasi,” ungkap dr. Linda.

Namun di Indonesia, angka kematian bayi (usia 29 hari hingga 11 bulan) akibat diare dan pneumonia atau radang paru masih banyak ditemukan. Persentase diare pada bayi berkisar 31.4%, sedangkan persentase pneumonia pada bayi berkisar 23.8%. Hal ini dapat disebabkan cakupan imunisasi di Indonesia belum mencapai target. Kesadaran akan imunisasi masih rendah. Juga, terlambat vaksinasi menjadi salah satu faktor cakupan imunisasi rendah. Imunisasi selain juga melindungi diri, tapi juga melindungi keluarga, dan orang-orang disekeliling hingga dapat mencapai herd immunity (kekebalan kelompok).

Penyebab Imunisasi Anak Sering Terlambat

Adapun beberapa penyebab jika anak terlambat imunisasi adalah:

Pandemi COVID-19

Salah satu penyebab utama imunisasi anak sering terlambat adalah adanya pandemi COVID-19. Tak dapat dipungkiri, pandemi COVID-19 mewajibkan seluruh individu untuk tidak kontak erat dengan individu lain terutama tenaga medis, sehingga membuat masyarakat menunda vaksinasi anak. Vaksinasi anak biasanya dilakukan di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, klinik atau rumah sakit. 

“Sudah 2 tahun terjadi pandemi COVID-19, dimana merupakan salah satu faktor penyebab cakupan imunisasi dasar anak di Indonesia semakin menurun,” ujarnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Anak Tidak dalam Kondisi Sehat

Selain itu, kondisi anak yang sedang tidak sehat, tidak dianjurkan mendapatkan vaksinasi karena antibodi atau kekebalan tubuh anak sedang memperbaiki sistem tubuh yang sedang sakit, sehingga dikhawatirkan vaksinasi kurang efektif ketika diberikan pada anak yang sedang sakit. 

Anak Mengalami Kondisi Medis Tertentu

Anak yang memiliki kondisi medis tertentu seperti penyakit jantung bawaan, diabetes melitus, atau kelainan syndrome, sehingga diwajibkan untuk memiliki kondisi tubuh yang stabil (tidak ada keluhan akut) ketika akan mendapatkan vaksinasi. 

Anak Bepergian

Pada keluarga yang membawa anak untuk bepergian atau travelling yang ternyata terbentur dengan jadwal vaksinasi juga menjadi penyebab vaksinasi tertunda atau tertinggal. 

Buku Vaksinasi Hilang

Kemudian, buku vaksinasi anak hilang. Hal ini cukup sering terjadi di masyarakat, karena terkadang beberapa fasilitas kesehatan tidak memberikan buku, melainkan kertas sehingga mudah sekali hilang. 

Lupa atau Tidak Diingatkan oleh Dokter

Jadwal vaksinasi juga terkadang membuat orang tua mudah lupa. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Reminder jadwal vaksinasi sangat penting dilakukan oleh tenaga medis agar vaksinasi tidak tertinggal,” ucapnya.

Manfaat Mengejar Imunisasi yang Tertinggal

Berbagai tujuan dan manfaat jika mengejar imunisasi yang terlambat sebenarnya sangat berguna bagi kesehatan anak, di antaranya yaitu:

  • Memberikan proteksi paling maksimal dari penyakit menular pada anak dalam tempo waktu yang singkat namun efektif. Ini yang selalu menjadi pengingat bahwa vaksinasi penting untuk melindungi anak dan juga diri sendiri. 
  • Membantu tumbuh kembang anak optimal. Pada anak, penting sekali memantau tumbuh kembang. Selain dari nutrisi, tumbuh kembang juga dipengaruhi oleh kelengkapan vaksinasi. Bukan artinya vaksin mengandung sejumlah nutrisi untuk kebutuhan pertumbuhan anak, namun, dengan memberikan vaksinasi lengkap sesuai usia, membuat kekebalan tubuh anak lebih optimal sehingga anak terhindar dari berbagai macam penyakit menular dan bisa menjalankan aktivitasnya sehari-hari sebagai anak yang sehat. 
  • Dengan tumbuh kembang yang optimal sesuai usianya, kualitas hidup anak akan meningkat.

Dampak Jika Imunisasi Anak Terlambat atau Tidak Lengkap

Imunisasi bertujuan untuk membentuk proteksi pada tubuh, sehingga jika, vaksinasi tidak lengkap, maka anak tidak terlindungi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Berikut adalah dampak jika terlambat imunisasi.

Kekebalan Tubuh Tidak Maksimal

Anak yang tertinggal atau tidak lengkap imunisasinya dapat mengalami kekebalan tubuh tidak maksimal dan mudah terinfeksi penyakit menular. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Risiko Tinggi Terinfeksi Penyakit Menular

Penyakit menular seperti Influenza, cacar air, campak, hepatitis A, tifoid, tidak bisa dianggap remeh. 

Risiko Tinggi Perawatan di Rumah Sakit

“Walaupun sudah tergolong penyakit ‘zaman dahulu’, angka kesakitannya masih tinggi di Indonesia. Kekebalan tubuh pada anak masih harus dibangun dengan prima. Sehingga, jika sudah terinfeksi penyakit menular, dimana anak tersebut belum mempunyai antibodi terhadap virus/bakteri tersebut, tingkat keparahan penyakit meningkat hingga perawatan di Rumah Sakit, dapat dikatakan, berakibat fatal jika dibiarkan,” kata dr. Linda. 

Risiko Tinggi Menularkan Penyakit kepada Anggota Keluarga Lain atau bahkan Mungkin Ikut Menyebabkan Wabah

Selain itu, karena vaksinasi mencegah penyakit infeksi menular, maka jika anak terinfeksi salah satu penyakit menular, tentu dapat menularkan ke anggota keluarga lain yang kontak erat dalam 1 rumah bahkan lingkungan sekitar rumah. Hal ini diakibatkan, beberapa penyakit menular ada yang tidak menimbulkan gejala namun sudah berstatus sebagai pembawa (carrier). 

Ketika anak tersebut kontak dengan anak lainnya yang belum lengkap vaksinasinya, sangat mudah terjadi penularan penyakit. 

“Dapat dibayangkan jika rantai penularan ini tidak diputus, maka dapat menyebabkan wabah,” ungkap dokter Linda.

Tumbuh Kembang Anak Tidak Optimal

“Kembali lagi kepada permasalahan tumbuh kembang, sudah jelas, jika vaksinasi tidak lengkap, maka tumbuh kembang anak juga tidak optimal,” tambahnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Batasan Perjalanan (Travelling) dan Sekolah

Kekebalan tubuh anak tidak maksimal sehingga rentan terinfeksi penyakit yang menurunkan kualitas hidup, seperti contohnya batasan sekolah dan travelling. Waktu menjadi tersita untuk pemulihan anak yang sedang sakit.

Jadwal Imunisasi Berdasarkan Usia

Saat ini, Jadwal Imunisasi Anak umur 0-18 tahun mengacu pada Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2020. Berikut jadwal imunisasi sesuai usia.

Usia 0 tahun (saat lahir)

  • Hepatitis B 1
  • Polio 0

Usia 1 bulan

  • BCG

Usia 2 bulan

  • DTP 1
  • Polio 1
  • Hepatitis B 2
  • Hib 1
  • PCV 1
  • Rotavirus 1

Usia 3 bulan

  • DTP 2
  • Polio 2
  • Hepatitis B 3
  • Hib 2

Usia 4 bulan

  • DTP 3
  • Polio 3
  • Hepatitis B 4
  • Hib 3
  • PCV 2
  • Rotavirus 2

Usia 6 bulan

  • PCV 3
  • Rotavirus 3
  • Influenza 1

Usia 7 bulan

  • Influenza 2

Usia 9 bulan

  • MR 1
  • Japanese Encephalitis 1

Usia 12 bulan

  • PCV 4
  • Varicella 1
  • Hepatitis A 1

Usia 14 bulan

  • Varicella 2

Usia 18 bulan

  • DTP 4
  • Polio 4
  • Hepatitis B 5
  • Hib 4
  • MMR 1
  • Hepatitis A 2

Usia 24 bulan

  • Japanese Encephalitis 2
  • Tifoid 1
  • Influenza

Usia 3-4 tahun

  • Influenza

Usia 5 tahun

  • DTP5
  • Polio 5
  • MMR 2
  • Influenza
  • Tifoid

Usia 6-8 tahun

  • Influenza 
  • Tifoid

Usia 9,5 tahun

  • HPV 2

Usia 10 tahun

  • DTP 6 (>7 tahun dalam bentuk Tdap)
  • Influenza

Usia 11-18 tahun

  • Influenza (ulangan tiap tahun)
  • Tifoid (ulangan tiap 3 tahun).

Cara Mengejar Jika Terlambat Imunisasi

Dokter Linda berpendapat, penting sekali agar orang tua dapat juga berdiskusi dengan tenaga medis yang seharusnya menjadwalkan imunisasi kejar (catch up) dengan benar dan efektif. Adapun cara jia mengejar imunisasi anak yang terlambat, yaitu:

1. Imunisasi Berdasarkan Kelompok Usia

Parents diharap dapat membaca jadwal imunisasi anak sehingga tidak terlewat atau tertinggal. Orang tua pun juga dapat mencoret apa saja vaksinasi yang sudah diberikan, sehingga dapat terlihat vaksinasi apa yang belum. Perlu diperhatikan beberapa vaksin yang pemberiannya harus diulang supaya tidak terlewat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Imunisasi Berdasarkan Jenis Vaksin 

Beralih ke Imunisasi berdasarkan jenis vaksin dibuat lebih merinci agar orang tua tahu batas minimal usia pemberian vaksinasi tersebut dan jumlah dosis yang seharusnya diberikan. Anak yang tertinggal vaksinasinya, jika sudah melewati batas minimal usia pemberian vaksin tersebut, boleh dikejar (catch up) sesegera mungkin agar proteksi maksimal. 

“Kesulitan yang sering dihadapi oleh orang tua adalah merek vaksin. Begitu banyak dan bervariasi merek vaksin yang beredar di Indonesia. Bila sudah menggunakan 1 merek diawal, diharapkan kedepannya, terutama untuk jenis vaksinasi yang pemberiannya harus diulang, menggunakan merek yang sama. Mengapa? Karena setiap merek vaksin memiliki komponen yang unik walaupun melindungi jenis penyakit yang sama.,” jelas dr. Linda.

“Menurut literatur, tidak masalah menggunakan vaksin yang berbeda-beda merek pada vaksin yang harus diulang, karena lebih baik menggunakan merek yang berbeda daripada terlambat mendapatkan perlindungan dari vaksinasi. Biasanya terjadi ketika stok vaksin di salah satu fasilitas kesehatan sedang habis. Jadi, tidak masalah menggunakan merek vaksin yang berbeda, namun diusahakan merek yang sama ya,” tambahnya.

Adapun beberapa jenis vaksin untuk anak usia 0-18 tahun, yaitu:

Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B diberikan untuk mencegah infeksi Hepatitis B virus yang menular melalui cairan tubuh. Anak yang terinfeksi Hepatitis B memiliki kemungkinan 90% menjadi kronis. 

Pada dasarnya vaksin Hepatitis B diberikan 3 dosis yaitu 0,1,6 bulan. Di jadwal imunisasi IDAI, Hepatitis B diberikan hingga 5 dosis karena mengikuti pemberiannya bersama vaksin DTP Combo yang sudah mengandung vaksin Hepatitis B didalamnya. Jika anak sudah terhitung mendapatkan vaksin Hepatitis B sebanyak 3 dosis, sudah dapat memberikan proteksi terhadap Hepatitis B hingga belasan tahun kemudian. 

Naun, untuk imunisasi kejar, anak atau remaja yang belum pernah divaksinasi harus mendapat 3 dosis, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter anak terlebih dahulu

BCG

Vaksin BCG untuk mencegah infeksi Tuberculosis yang ditularkan melalui air liur (droplet) atau kontak erat dengan penderita TBC. Vaksin BCG diberikan cukup 1 dosis sudah memberikan proteksi seumur hidup. Jika anak terlambat mendapatkan vaksinasi BCG, diharuskan untuk tes mantoux atau uji tuberkulin untuk mendeteksi apakah anak sudah terinfeksi TBC atau belum. Jika sudah terinfeksi TBC, maka harus mendapatkan terapi TBC. Jika tidak, maka boleh mendapatkan vaksin BCG segera

DTP

Vaksin DTP untuk mencegah penyakit Difteri, Tetanus dan Pertusis yang juga menular kontak erat atau luka dalam yang kotor (tetanus). Sampai saat ini vaksin DTP tidak ada sediaan tunggal. Vaksin DTP digabung bersama vaksin Hib , Polio dan Hepatitis B yang disebut vaksin DTP Combo. 

“Sudah boleh diberikan mulai anak usia 6 minggu. Jadi, untuk anak yang terlambat, silakan vaksinasi segera. Pada anak yang sudah tertinggal jauh, jumlah dosis akan menyesuaikan dengan usia pemberian vaksin DTP combo terakhir,” ungkap dokter Linda.

Menurut rekomendasi IDAI, anak usia kurang dari 12 bulan, imunisasi kejar diberikan sesuai imunisasi dasar, baik dosis atau interval. Sementara anak usia lebih dari 7 tahun, imunisasi kejar DTP (Tdap) ke-1 dan 2 diberikan dengan jarak 1-2 bulan, dan Tdap ke-3 diberikan dengan jarak 6-12 bulan.

Hib

Vaksin Hib untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus influenzae tipe B. Bakteri ini berbeda dengan influenza. Influenza disebabkan oleh virus. Bakteri Hib dapat menyebabkan radang paru (pneumonia) hingga radang selaput otak (meningitis) yang sangat berbahaya pada anak. Vaksin Hib tidak ada sediaan tunggal, sehingga diberikan bersamaan dengan vaksin DTP Combo.

Polio

Vaksin polio untuk mencegah virus polio yang menyebabkan lumpuh layu dan kelemahan anggota gerak. Walaupun Polio sudah eradikasi, namun pencegahan tetap wajib dilakukan. Karena sampai saat ini masih ada polio virus liar di sekitar kita. 

Vaksin Polio dibagi menjadi oral dan injeksi (suntikan). Pada bayi baru lahir dapat diberikan vaksin Polio oral (tetes), selanjutnya diberikan vaksin Polio injeksi (suntikan). Menurut penelitian, vaksin Polio injeksi memberikan proteksi lebih maksimal dibandingkan vaksin Polio oral. 

“Bukan berarti vaksin Polio oral tidak perlu ya. Tetap harus diberikan terutama untuk mencegah polio liar. Saat ini vaksin Polio injeksi sudah tersedia sediaan tunggal maupun kombinasi dengan vaksin DTP Combo,” kata dokter Linda.

MR

Vaksin MR mencegah measles (campak) dan rubella (campak Jerman). Pada jadwal imunisasi IDAI tahun 2017 lalu, usia 9 bulan masih menggunakan vaksin campak dosis tunggal saja. Saat ini, beralih ke vaksin MR untuk anak usia 9 bulan. 

Banyak anak yang sering terlewat vaksin MR. Jika sudah >1 tahun, lebih baik mendapatkan vaksin MMR untuk mencegah mumps (gondongan), measles (campak) dan rubella (campak Jerman). Imunisasi kejar juga dapat dilakukan pada usia sekolah dan remaja, berikan 2 kali dengan jarak pemberian 4 minggu.

Influenza

Vaksin Influenza untuk mencegah virus Influenza yang menyerang saluran pernapasan. Jangan lupa, jika anak usia 6 bulan hingga 8 tahun baru mendapatkan dosis pertama vaksin Influenza, harus diberikan 2 dosis dengan jarak minimal 4 minggu. Kemudian rutin diulang setiap tahun.

MMR

Vaksin MMR mencegah mumps (gondongan), measles (campak) dan rubella (campak Jerman). 

“Sering menjadi pertanyaan adalah jika sudah mendapatkan vaksin MR kenapa harus mendapatkan vaksin MMR lagi? Perlu, karena anak yang  mendapatkan vaksin MR saja, tidak memiliki proteksi terhadap Mumps (gondongan). Proteksi terhadap gondongan sangat penting, mengingat gondongan justru sering terjadi pada anak dibawah usia 5 tahun,” ungkap dr. Linda.

Hepatitis A

Vaksin Hepatitis A untuk mencegah virus Hepatitis A yang ditularkan melalui makanan tidak higienis bekas penderita Hepatitis A. Kebanyakan anak tidak menunjukan gejala Hepatitis A dan sudah menimbulkan peradangan pada hati. Gejala Hepatitis A adalah kulit berwarna kuning, BAK gelap, BAB warna dempul, hingga penurunan nafsu makan. Vaksin Hepatitis A sudah boleh diberikan minimal usia 12 bulan. 

Varicella

Vaksin Varisela untuk mencegah infeksi cacar air yang sangat mudah menular. Bagi anak yang sudah pernah terinfeksi cacar air, tidak perlu mendapatkan vaksin Varisela lagi karena sudah memiliki antibodi varisela. Namun perlu dipastikan apakah benar-benar terinfeksi cacar air. Kalau tidak pasti, lebih baik mendapatkan vaksinasi. Tidak perlu khawatir, memberikan vaksinasi varisela terhadap anak yang sudah pernah menderita varisela. Tidak akan menimbulkan efek samping tertentu.

Untuk imunisasi kejar, pada usia 1-12 tahun diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu sampai 3 bulan. Sementara, usia 13 tahun atau lebih diberikan dengan interval 4 sampai 6 minggu.

Japanese Encephalitis (JE)

Vaksin JE diberikan untuk mencegah infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk Cullex dan dapat merusak sistem saraf pusat hingga membuat kecacatan pada anak. Indonesia termasuk wilayah endemis JE karena termasuk yang memiliki iklim tropis. Pada anak yang sering bepergian, sangat direkomendasikan mendapatkan vaksinasi JE segera.

Vaksinasi ini dapat diberikan kapan saja dengan usia minimal 9 bulan. Untuk perlindungan jangka panjang, dapat diberikan booster 1-2 tahun berikutnya setelah pemberian imunisasi dosis terakhir.

Tifoid

Vaksin Tifoid mencegah infeksi bakteri Salmonella typhii yang ditularkan melalui makanan yang tidak higienis. Sering terlupakan adalah vaksin Tifoid diberikan rutin setiap 3 tahun. Biasanya anak sering terlewat, sudah lebih dari 3 tahun namun belum mendapatkan vaksinasi Tifoid ulangan. Vaksin Tifoid perlu diulang setiap 3 tahun, karena termasuk vaksin polisakarida dimana proteksi imun akan menurun setelah 3 tahun dan harus di “boost” kembali. 

“Tidak masalah juga pada anak yang sudah pernah terinfeksi Tifoid, tentu saja masih boleh mendapatkan vaksinasi Tifoid karena vaksin juga akan selalu di-update sesuai mutasi bakteri saat itu,” ungkap dr. Linda.

Imunisasi kejar Tifoid dapat diberikan kapan saja dengan usia minimal 24 bulan, diulang tiap 3 tahun.

PCV

Vaksin PCV untuk mencegah radang paru yang sangat berbahaya pada anak. Pneumonia sering terjadi pada anak dibawah usia 1 tahun. Anak yang terinfeksi Pneumonia terutama bayi memerlukan perawatan intensif dan tentu dapat mempengaruhi tumbuh kembang dimana sangat esensial pada bayi. Dewasa dan lansia pun perlu mendapatkan vaksin Pneumonia ini. Disarankan pada setiap individu untuk mendapatkan vaksinasi Pneumonia yang proteksinya paling maksimal dari jumlah strain yang terkandung.

Vaksin PCV diberikan pada usia 2,4, dan 6 bulan dengan booster pada usia 12-15 bulan. Jika belum diberikan pada usia 7-12 bulan, berikan PCV 2 kali dengan jarak minimal 1 bulan dan booster setelah usia 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya. Jika belum diberikan pada usia 1-2 tahun berikan PCV 2 kali dengan jarak minimal 2 bulan. Jika belum diberikan pada 2-5 tahun, PCV10 diberikan 2 kali dengan jarak 2 bulan, sedangkan PCV13 diberikan 1 kali.

Rotavirus 

Vaksin Rotavirus untuk mencegah diare yang disebabkan oleh Rotavirus. Diare akibat Rotavirus sering menyebabkan bayi dehidrasi dan meninggal. Karena bayi memerlukan cairan yang cukup sedangkan asupan nutrisi yang bisa didapat adalah dari susu atau ASI. Maka penting sekali diberikan vaksinasi Rotavirus. 

Vaksin Rotavirus ini sedikit spesial karena memiliki aturan maksimal usia pemberian dosis pertamanya. Jika bayi sudah melewati usia maksimal dosis pertama, maka bayi tersebut sudah tidak bisa lagi diberikan vaksin Rotavirus karena akan meningkatkan risiko intususepsi usus yang memerlukan pembedahan segera. Pun juga dengan usia maksimal dosis terakhir. Jika terlambat pemberian dosis terakhir, sebaiknya vaksin Rotavirus tidak lagi diberikan. Alasan yang sama, dikarenakan meningkatkan risiko intususepsi usus. 

“Jadi dicatat dengan baik ya, jadwal pemberian vaksinasi Rotavirus ini. Anak yang sudah terlambat mendapatkan vaksin Rotavirus, dapat melakukan pencegahan lain dengan menjaga higienitas asupan nutrisi agar tidak terinfeksi diare akibat Rotavirus,” ungkap dokter Linda.

3. Prinsip Umum

Terdapat beberapa poin penting yang menjadi prinsip umum jika mengejar imunisasi anak yang terlambat. 

  • Jika sudah melewati batas minimal usia vaksinasi, boleh dikejar kapan saja. Dahulukan vaksinasi yang melindungi dari saluran pernapasan terutama di masa pandemi ini. Misalnya: Anak A saat ini berusia 12 bulan, namun belum pernah mendapatkan vaksin JE. Terlampir pada jadwal IDAI 2020, vaksin JE sudah boleh diberikan mulai usia 9 bulan. Maka di usia 12 bulan ini, segera berikan vaksin JE. Di masa pandemi ini, memilih vaksinasi yang tertinggal dengan tepat menjadi penting. Dahulukan vaksinasi yang melindungi saluran pernapasan terlebih dahulu, seperti Pneumonia, Influenza dan DTP combo.
  • Tidak perlu mengulang dari dosis pertama. Segera lanjutkan dosis berikutnya. Konsultasikan dengan dokter, berapa dosis yang perlu didapat jika sudah telat. Setiap vaksin memiliki aturan masing-masing untuk mengejar keterlambatan vaksin.
  • Saat mengejar vaksinasi, tidak boleh mendahului interval minimal. Rata-rata interval vaksinasi adalah minimal 4 minggu. Tidak boleh diberikan lebih awal dari 4 minggu. Vaksin memiliki waktu paruh untuk membangun antibodi hingga sempurna, biasanya di minggu ke-4.
  • Jika catatan vaksinasi sebelumnya hilang, lebih baik diulang dari dosis awal. Catatan vaksinasi sangat penting untuk dokter melihat record vaksinasi sebelumnya, terutama ketika anak tiba-tiba sakit, dokter akan mengecek vaksin apa saja yang sudah didapat. Sehingga dokter dapat menyingkirkan penyakit yang sudah dicegah dengan imunisasi dengan penyakit lain. Bila benar-benar hilang, daripada menebak-nebak vaksin apa yang sudah diberikan, lebih baik diulang dari dosis awal. Tentu saja diskusikan dengan dokter untuk menentukan vaksin apa saja yang perlu diulang dari dosis pertama.
  • Jumlah dosis akan mengikuti sesuai usia dosis terakhir diberikan. Beberapa vaksin memiliki aturan masing-masing dalam pemberian dosis untuk mengejar keterlambatan (catch up). 
  • Vaksinasi secara simultan atau bersamaan agar dapat segera melengkapi vaksinasi yang tertinggal. Pemberian vaksinasi simultan memiliki keuntungan, jadwal vaksinasi cepat selesai sesuai yang direkomendasikan dan jumlah kunjungan dokter menjadi lebih sedikit.

“Tidak perlu khawatir mengenai efek samping. Efek samping pasca vaksinasi tidak terjadi pada semua anak. Tergantung respon imun masing-masing anak. Bukan berarti juga anak yang tidak muncul efek samping maka vaksin tidak bekerja. Efek samping pasca vaksinasi mudah diatasi, cepat menghilang dan tidak berbahaya,” terang dokter Linda.

Tips Agar Tidak Lupa atau Terlambat Vaksin

Tak jarang jika Parents sering terlambat melakukan imunisasi anak karena lupa. Untuk itu, ada beberapa tips yang dapat dilakukan para orang tua agar anak tidak lagi terlambat imunisasi.

1. Ingat Tanggal Lahir Anak

Tanggal lahir anak penting sekali untuk diingat. Beberapa penyedia layanan kesehatan mungkin akan menanyakan tanggal lahir anak untuk merekomendasikan imunisasi apa yang akan diberikan dan imunisasi selanjutnya. 

2. Catat di Buku Imunisasi

Setiap Parents harus memiliki buku imunisasi anak. Setidaknya, buku kesehatan ibu dan anak (KIA) untuk mencatat kondisi kesehatan hingga jadwal imunisasi anak. Dalam buku tersebut, orangtua dapat mengetahui jenis imunisasi apa saja yang sudah dan belum dilakukan, kapan jadwal imunisasi berikutnya, dan catatan-catatan terkait lainnya. 

3. Catat di Ponsel

Jika buku imunisasi atau buku KIA terkadang sering terselip dan lupa meletakkan di mana, Parents dapat mencatatnya di ponsel. Saat ini, ada aplikasi milik Kemenkes RI dan IDAI di smartphone untuk mencatat data imunisasi anak.

4. Pasang Alarm Pengingat

Jika semua catatan masih sering terlupakan, Parents diharap mengatur kalender di ponsel kapan imunisasi selanjutnya. Dengan demikian, tidak ada lagi keterlambatan untuk imunisasi.

Terlepas dari kondisi bagaimana jika terlambat imunisasi, saat ini pemerintah dan Kementerian Kesehatan RI mencanangkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) untuk mengupayakan agar anak-anak Indonesia mendapat imunisasi dasar lengkap dan imunisasi tambahan.

Semoga informasi di atas dapat bermanfaat ya, Parents! Jika ada imunisasi anak yang terlambat, segera hubungi tempat pelayanan kesehatan untuk melengkapinya. 

***

Baca Juga:

Jenis dan Jadwal Imunisasi untuk Balita, Jangan Sampai Terlewat!

Bolehkah Bayi Diberi Imunisasi Lebih Cepat dari Jadwal? Ini Penjelasan Dokter

Parents Perlu Tahu! Ini 8 Serba Serbi Pekan Bulan Imunisasi Anak Nasional 2022