Saat mendengar kata temperamen pada anak, Parents mungkin langsung berpikir mengenai anak yang gampang marah dan sangat mudah tersinggung. Namun dalam dunia psikologi, temperamen tidak selalu seputar emosi, lho. Ada banyak jenis temperamen yang perlu Parents pahami, sehingga ke depannya Anda jadi bisa lebih tahu bagaimana cara yang tepat untuk menghadapi perilaku si kecil.

Jenis Temperamen pada anak dan bagaimana cara menghadapinya
Secara umum, temperamen bisa diartikan sebagai perbedaan perilaku dan emosi yang ditunjukkan oleh seseorang ketika ia merespon suatu hal. Temperamen bisa dibilang sebagai karakter diri seseorang yang terbentuk sejak lahir. Maka secara khusus, temperamen pada anak sendiri merupakan sebuah gambaran bagaimana ia memahami dan menyikapi berbagai hal yang ada di sekelilingnya.
Hal tersebut juga selaras dengan penjelasan Psikolog Anak, Saskhya Aulia Prima. Melalui akun Instagram pribadinya, ia menjelaskan bahwa temperamen juga kerap dianggap sebagai gaya personal atau “personal style” anak yang memengaruhi perilaku dan cara dia berinteraksi dalam keseharian.

Tidak dapat dipungkiri, temperamen pada anak bisa dipengaruhi oleh faktor internal (nature/genetik). Selain genetika, temperamen anak juga biasanya dipengaruhi atau berhubungan dengan beberapa hal eksternal (nurture/lingkungan), seperti:
- Depresi postpartum ibu
- Peran keluarga
- Gaya parenting atau pola asuh orangtua
- Mikrobakteri pada usus, mengingat komposisi mikrobakteri pada usus juga berhubungan dengan perkembangan saraf seseorang.
Saskhya juga menjelaskan, temperamen pada anak cenderung tidak akan terlalu banyak berubah dari lahir hingga ia dewasa. Namun, faktor eksternal atau lingkungan juga tidak menutup kemungkinan akan memodifikasi temperamen anak seiring ia beranjak dewasa.

Karakteristik dan jenis temperamen pada anak
Dilansir dari laman Pijar Psikologi, Ahli Psikologi Alexander Thomas mengungkap ada 9 karakteristik temperamen, yakni:
- Tingkat aktivitas meliputi aktivitas tubuh
- Keteraturan biologis seperti siklus tidur
- Kemampuan beradaptasi
- Tingkat sensitivitas
- Intensitas respon emosional
- Mudah atau tidaknya seseorang beradaptasi atau saat ia menerima stimulus yang tidak terduga
- Kualitas suasana hati, baik positif maupun negatif
- Bagaimana anak menghadapi kesulitan yang dihadapi
- Perhatian terhadap suatu aktivitas yang tengah dilakukan

Lebih lanjut, Thomas bersama Psikiater Anak Stella Chess juga mengklasifikasikan tiga tipe dasar temperamen pada anak, di antaranya:
- Easy Child: Termasuk anak yang memilki suasana hati yang positif. Ia cenderung mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Ia juga mampu menunjukkan dengan baik mengenai perasaannya.
- Difficult Child: Tipe anak yang kerap bereaksi secara negatif terhadap suatu hal. Ia terbilang lambat menerima perubahan dan amarahnya kerap meledak jika suasana hatinya sedang tidak baik.
- Slow to warm up child: Memiliki tingkat aktivitas yang rendah serta suasana hati yang negatif. Kerap disebut sebagai anak yang pemalu karena ia tidak nyaman dengan hal yang terbilang baru baginya. Ia cenderung lambat beradaptasi.
Setiap anak memiliki jenis temperamen masing-masing. Namun, klasifikasi tersebut tidak bisa menjadi tolak ukur mana anak yang memiliki perilaku lebih baik atau tidak. Misalnya, bukan berarti anak yang termasuk easy child bisa dinilai lebih baik dari yang memiliki tipe difficult child. Seperti yang dijelaskan Saskhya, setiap temperamen memiliki caranya sendiri untuk belajar dan beradaptasi.

Pentingnya memahami temperamen anak
Temperamen pada anak ini perlu dikenali sejak dini oleh orangtua. Pasalnya, seperti yang dipaparkan oleh Saskhya, mengenali temperamen pada anak juga dapat membantu orangtua dalam mengarahkan anak di masa mendatang. Dengan mengamati perilaku tersebut, orangtua juga secara tidak langsung bisa membantu anak untuk beradaptasi dan membuat ia lebih percaya diri.
“Jadi, tujuan utamanya bukan mengubah temperamen pada anak. Namun, justru agar kita bisa membantu anak memanfaatkan temperamen yang ia miliki,” ungkap perempuan yang juga merupakan co-founder Tiga Generasi tersebut.
Manfaat memahami temperamen pada anak
Lebih lanjut, Saskhya juga memaparkan beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari memahami temperamen yang dimiliki anak, yakni:
- Bisa paham bagaimana cara anak bereaksi terhadap suatu hal dan seperti apa cara dia memandang lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, Parents pun bisa memetakan keunggulan anak dan bagaimana memaksimalkan kelebihan yang ia punya.
- Paham perbedaan dan keunikan setiap anak.
- Menyesuaikan jenis pola asuh yang cocok atau sesuai dengan tipe temperamen pada anak.
- Membantu anak mengekspresikan diri, seperti keinginan dan perasaannya dengan baik.
- Dengan memahami temperamen yang dimiliki anak, Parents juga jadi tidak langsung menyalahkan diri sendiri atas perilakunya. Mengingat Anda jadi tahu apa yang perlu dilakukan untuk menghadapi perilaku tersebut.

Tips untuk Parents
Setelah memahami tipe temperamen pada anak, maka ke depannya Parents akan lebih paham bagaimana cara menghadapi perilakunya. Untuk mempermudah Anda, Saskhya juga membagikan tips menghadapi perilaku anak sebagai berikut ini:
- Terima anak apa adanya. Hindari membandingkan anak karena setiap anak memiliki karakter yang unik.
- Bekerja sama dengan orang lain. Untuk bisa lebih memahami dan menghadapi temperamen anak, jangan ragu untuk bekerja sama dengan anggota keluarga lain, guru, hingga pengasuh.
- Ubah cara pandang dalam melihat temperamen yang dimiliki anak. Bahwa setiap temperamen yang dimiliki anak punya keunikan dan cara tersendiri untuk beradaptasi.
- Refleksi diri. Parents juga bisa mulai dengan mamahami diri sendiri terlebih dahulu agar bisa membantu Anda paham dengan temperamen yang dimiliki anak.
Itulah yang bisa Parents terapkan untuk menghadapi temperamen pada anak. Selalu ingat bahwa setiap anak memiliki karakter yang unik. Yang perlu dilakukan orangtua adalah memahami karakter tersebut untuk kemudian membantu mereka dalam mengolah emosi maupun beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
“Kuncinya, pahami temperamen anak dan cari cara mengasuh yang sesuai. Maka, hal tersebut akan menghasilkan perkembangan anak yang maksimal,” tulis Saskhya.
***
Referensi: Pijar Psikologi, Instagram
Baca juga:
Pilih mainan anak tak perlu berdasarkan jenis kelamin, berikut penjelasan ahli!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.