Semua orang pasti pernah mengalami stres, baik karena masalah pekerjaan, keluarga, sekolah dan masalah lainnya. Saking mengganggu pikiran, banyak orang terus mencari cara untuk menghilangkan stres.
Terkadang stres terlalu menyita pikiran kita sehingga sering tak fokus dan pekerjaan tidak maksimal. Menurut Kemkes.go.id, stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis) apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri.
Dilansir dari hellosehat.com, stres dibedakan menjadi dua. Stres positif (eustress) dan stres negatif (distress)
Stres yang Baik
(Sumber: pexels.com/yan-krukov)
Perlu diketahui, bahwa tidak semua stres dapat memberikan dampak negatif pada individu. Terdapat juga stres baik yang bermanfaat. Stres baik atau eustress adalah jenis stres yang dapat membuat manusia menjadi lebih bersemangat.
Karena stres bersumber dari sesuatu yang memaksa penyesuaian, stres karena penyesuaian ini justru memberikan pengaruh baik baik seseorang. Penyesuaian-penyesuaian yang memberikan semangat contohnya pernikahan, membeli rumah baru ataupun bekerja ditempat baru.
Eustress dapat ditandai dengan semakin termotivasi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, atau bersemangat bekerja untuk mencapai sesuatu.
Dilansir dari hellosehat.com, eustress biasanya berlangsung sebentar saja.
Stres yang Buruk
(Sumber: pexels.com/energepiccom)
Sementara itu stres negatif adalah reaksi negatif yang ditimbulkan karena suatu stimulan yang berujung seseorang tidak dapat mengatur pikirannya sehingga gelisah, cemas, atau bahkan jatuh sakit.
Menurut Tanya Fruehauf, seorang Penasihat Kesehatan Mental dari Klikdokter.com, stres baik bisa berubah jadi stres buruk ketika seseorang gagal untuk menyikapi tekanan itu, sehingga menyerah dan merasa apa yang dilalui diluar batas kemampuannya.
Baik stres baik maupun buruk, menyimpan perasaan tertekan berlarut-larut sangatlah tidak baik.
Perlu ada tindak lanjut sebelum stres berkepanjangan yang bisa menyebabkan gangguan mental seperti depresi, cemas maupun gangguan kesehatan seperti detak jantung tidak normal, tekanan darah tinggi bahkan serangan jantung.
Artikel terkait: Mengenal Tipe Coping Mechanism, Strategi Beradaptasi dengan Stres dan Trauma
Cara Menghilangkan Stres
Jangan terus disimpan, ini berbagai cara yang dapat dicoba untuk menghilangkan stres.
1. Berkeluh Kesah
(Sumber: pexels.com/christina-morillo)
Salah satu kebiasaan buruk yang sering dilakukan orang adalah menyimpan masalah sendiri. Tak jarang orang bungkam dan berpura-pura dalam keadaan baik-baik saja. Terkadang juga ada yang sungkan bercerita karena takut membebani orang lain.
Padahal, berkeluh kesah dan menceritakan seluruh perasaan ke teman ataupun sahabat memberikan efek yang baik. Selain memberikan kelegaan, bertukar pikiran dapat membantu seseorang untuk berpikiran jernih.
Jadi ketika Parents membutuhkan dukungan dan pertolongan, jangan malu untuk meminta tolong kepada teman, sahabat, maupun keluarga.
2. Ekspresikan Diri Lewat Hobi
(Sumber: pexels.com/olia-danilevich)
Salah satu cara mudah untuk meluapkan emosi yaitu mengekspresikannya melalui hobi. Dilansir dari Neurosciencenews.com, melibatkan diri dalam hobi yang diminati dapat merangsang hormon dopamine yang dapat membuat seseorang senang.
Parents dapat meluapkan seluruh emosi melalui menuliskan apa yang dirasa, atau menyanyikan lagu-lagu yang menceritakan suasana hati, ataupun melukis.
Berkebun juga tak kalah serunya bagi Parents yang menyukai keindahan tanaman.
3. Hindari Sumber Stres
(Sumber: pexels.com/magnus-mueller)
Berita kriminalitas ataupun informasi dari media sosial terkadang malah menambah stres. Jika Parents sedang mengalami stres baik dari pekerjaan atau hal lainnya. Alangkah baiknya jika Parents dapat mengeliminasi diri dari sumber-sumber stres lainnya yang malah menambah pikiran.
Parents dapat menyetel program yang menghibur seperti acara sitkom, talent show, ataupun program-program santai seperti acara memasak, membuat kue, juga siaran tentang keindahan alam dan makhluk hidup. Gunakan media sosial secukupnya saja.
4. Olahraga
(Sumber: pexels.com/jonathan-borba)
Dilansir dari hellosehat.com, salah satu aktivitas yang tidak boleh dipandang sebelah mata adalah berolahraga.
Faktanya adalah ketika seseorang mengalami stres, tubuhnya terus memproduksi hormon kortisol dan epineprin. Sebagai reaksi karena banyaknya kedua hormon ini, tubuh kita menaikkan gula darah dan menghentikan kerja insulin.
Jika berkepanjangan, orang yang mengalami stres berisiko terkena diabetes dan penurunan sistem kekebalan tubuh. Aktivitas berolahraga terbukti menurunkan hormon kortisol dan epineprin serta meningkatkan hormon norepinefrin yang berfungsi sebagai antidepresan.
5. Kurangi Kafein
(Sumber: pexels.com/cottonbro)
Ketika seseorang mengalami stres, alangkah baiknya untuk mengurangi konsumsi kafein. Kafein dan stres sama-sama meningkatkan produksi hormon kortisol.
Menurut Roberta Lee, MD, Ketua Departemen Integrative Medicine di Mount Sinai Beth Israel, efek kopi justru membuat seseorang semakin gelisah dan tidak tenang.
Artikel terkait: 10 Alasan Sebaiknya Bekerja Sesuai Passion, Salah Satunya Terhindar dari Stress!
6. Tidur Cukup
(Sumber: pexels.com/andrea-piacquadio)
Ketika seseorang stres, maka produksi hormon kortisol dalam tubuhnya meningkat. Dengan mendapatkan tidur cukup, seseorang dapat menyeimbangkan kadar hormon ini dalam tubuhnya.
Untuk dapat mengelola dengan baik stres yang Parents alami, Parents dapat memulainya dengan mengatur jam tidur. Pastikan setiap malamnya Parents mendapatkan tidur yang cukup, yaitu sekitar 7 hingga 9 jam per harinya.
7. Jangan Menunda Pekerjaan
(Sumber: pexels.com/ketut-subiyanto)
Kebiasaan menunda-nunda sering kali menjadi biang kerok stres karena dikejar deadline. Tentunya tidak ada yang suka bekerja sambil dikejar-kejar waktu. Parents dapat menghindari stres dengan tidak menunda pekerjaan.
Untuk lebih membantu, alokasikan waktu dalam time table. Parents juga dapat menentukan prioritas pekerjaan dan membagi waktu yang dipunya untuk menyelesaikan segala kewajiban sebelum tenggat waktu mendekat.
8. Belajar Menolak
(Sumber: pexels.com/polina-tankilevitch)
Sulit menolak orang lain juga bisa menyebabkan stres loh, Parents. Sering kali seseorang kewalahan karena menyanggupi permintaan orang lain walaupun kondisinya sudah memiliki banyak pekerjaan.
Alangkah baiknya jika sesekali Parents mulai menolak hal-hal yang sekiranya belum bisa dilakukan karena sudah memiliki pekerjaan.
Mulailah untuk belajar membatasi diri supaya Parents tidak terlalu stres.
9. Tingkatkan Mood dengan Merawat Diri
(Sumber: pexels.com/cottonbro)
Dilansir dari headline.com, merawat diri terbukti membantu meringankan stres. Dengan merawat diri, seseorang dapat meningkatkan mood dan suasana hatinya menjadi lebih baik.
Aktivitas-aktivitas seperti mandi, berolah raga, makan makanan sehat, membaca buku, atau bermeditasi dapat memberikan kepuasan tersendiri, sehingga seseorang cenderung akan merasa lebih senang.
10. Batasi Jam Kerja
(Sumber: pexels.com/cottonbro)
Salah satu penyebab stres yang paling umum adalah pekerjaan. Jangan menyimpan kebiasaan buruk dengan bekerja tanpa memperhatikan waktu dan kondisi kesehatan.
Bersikaplah disiplin terhadap tubuh sendiri. Terus menerus lembur dan bekerja tanpa memperhatikan waktu bukan hanya berdampak buruk bagi kesehatan, tetapi juga bisa mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal antara Anda dan keluarga ataupun teman.
11. Ibadah
(Sumber: pexels.com/arina-krasnikova)
Ketika Parents merasakan tekanan yang tak terbendung, Parents dapat mencoba untuk berdoa dan memasrahkan segala usaha yang telah dilakukan kepada yang maha kuasa.
Dilansir dari Psychcentral.com, Dr. Roberta Lee mengungkapkan bahwa orang-orang yang aktif secara spiritual terbukti lebih kuat menghadapi stres, lebih cepat sembuh dari penyakit dan mereka mengalami peningkatan baik dari segi kesehatan fisik maupun mental.
Melalui berdoa dan menjalin hubungan spiritual dengan Yang Maha Kuasa, seseorang akan berhenti mengatur semuanya dengan kekuatannya. Mereka pun memiliki pemahaman bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup tidak semuanya salah mereka.
12. Atasi Stres Mulai Buat Jurnal Harian
(Sumber: pexels.com/lisa-fotios)
Jurnal membantu seseorang untuk mengetahui dan mencatat perubahan mood harian. Gunakan jurnal untuk mengungkapkan keluh kesah, kemarahan, dan perasaan yang mungkin dirasa tidak dapat diceritakan ke orang lain.
Parents dapat membuat jurnal sebagai safe space bagi Parents untuk meluapkan semua emosi yang dirasakan.
13. Mengikhlaskan Masa Lalu dan Tidak Mengkhawatirkan Masa Depan
(Sumber: pexels.com/julia-avamotive)
Banyak orang yang tidak bisa merelakan apa yang terjadi dimasa lalu, dan tak kunjung berdamai dengan apa yang sudah terjadi. Begitu juga banyak yang terlalu mengkhawatirkan masa depan, sehingga tidak memanfaatkan waktu sekarang dengan maksimal.
Parents, cobalah untuk mengikhlaskan apa yang sudah terjadi. Hilangkan sedikit beban yang ada di pundak dengan menyudahi apa yang sudah terjadi. Tidak ada hal yang dapat dilakukan untuk merubah apa yang sudah terjadi.
Maksimalkan waktu yang Parents punya sekarang dengan maksimal, hiduplah sepenuhnya. Kurangilah stres dengan tidak berlarut memikirkan apa yang belum terjadi.
14. Luangkan Waktu untuk Diri Sendiri
(Sumber: pexels.com/rahul-shah)
Jangan lupa untuk mengapresiasi diri sendiri. Luangkan waktu bagi diri sendiri untuk menikmati hal yang menyenangkan diri. Beberapa hal dapat dilakukan seperti menonton, berwisata kuliner, olahraga, bertemu dengan teman ataupun membaca buku.
Disaat me-time, Parents dapat mempertimbangkan untuk mengurangi penggunaan gadget yang mungkin dapat merusak hari Anda, karena tak jarang ada rekan kantor yang membahas pekerjaan yang tidak mendadak meski bukan di jam kerja.
Artikel terkait: 8 Manfaat Olahraga Sepeda, Kurangi Stress sampai Tingkatkan Kinerja Pernapasan
15. Berkonsultasi ke Ahli
(Sumber: pexels.com/shvets-production)
Adakalanya stres yang dirasakan seseorang tidak bisa dikontrol. Seseorang mungkin akan merasakan selalu dipenuhi rasa khawatir, cemas, sehingga sulit untuk beraktivitas.
Jangan malu untuk meminta bantuan dari seorang yang profesional dalam bidangnya. Parents dapat berkonsultasi dan meminta pertolongan dari seorang psikolog ataupun psikiater.
Baca Juga:
Darah Kotor 3 Tahun Terkumpul di Rahim setelah Jalani KB Suntik, Simak Kisah Ibu Ini
Mengenal Emotional Eating yang Dialami Marshanda, Lampiaskan Segala Perasaan pada Makanan
Kebiasan dan Pola Hidup Sehat yang Sebaiknya Dilakukan Setelah Bulan Ramadan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.