Beragam penyakit akan lebih mudah menyerang seseorang saat memasuki musim penghujan, salah satunya yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus RSV. Parahnya lagi, infeksi RSV pada bayi dan anak-anak lebih sering terjadi daripada orang dewasa, Parents.
Apabila tidak segera diatasi, si kecil yang terlanjur terkena infeksi ini bisa berisiko mengalami kondisi penyakit yang lebih berbahaya. Untuk itu, para petugas medis sangat mengimbau orang tua agar waspada terhadap bahaya RSV (Respiratory Syncytial Virus).
Artikel terkait: Cystic Fibrosis, Kelainan Bawaan yang Mengganggu Saluran Pernapasan Bayi
Daftar isi
Apa Itu RSV atau Respiratory Syncytial Virus?
Berdasarkan informasi yang dilansir dari situs WebMD, RSV atau Respiratory Syncytial Virus adalah sebuah virus yang sangat menular dan menginfeksi saluran pernapasan sebagian besar anak di bawah usia 2 tahun.
Infeksi RSV yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan beberapa penyakit serius, terkadang hingga mengancam jiwa, seperti pneumonia, bronkiolitis, dan peradangan saluran udara kecil paru-paru.
Sementara itu, CDC melaporkan jika setiap tahunnya ada sekitar 2,1 juta anak di bawah usia 5 tahun didiagnosis menderita RSV.
Jika terlanjur menderita, orang tua harus segera membawa sang anak ke pusat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan tindakan yang tepat.
“Kami harus memastikan bahwa bayi masih dapat bernapas, mereka dapat tetap terhidrasi dan tidak memiliki demam tinggi yang dapat membuat mereka dalam kesulitan,” kaya Dr. Edith Bracho-Sanchez, seorang dokter anak di Colombia University.
Penyebab dan Faktor Risiko Infeksi RSV pada Bayi
Infeksi ini disebabkan oleh virus RSV yang menyebar melalui udara, seperti setelah batuk dan bersin. Lalu, bisa juga melalui kontak fisik langsung dengan pembawa virus. Salah satunya adalah, bayi dicium oleh si pembawa virus saat sistem imunnya masih lemah.
Kemungkinan tertinggi bayi yang mengalami infeksi ini yaitu:
- Bayi lahir prematur
- Anak-anak di bawah usia 2 tahun yang dilahirkan dengan penyakit jantung maupun paru-paru
- Bayi dan anak kecil yang sistem kekebalan tubuhnya lemah karena penyakit atau perawatan medis
- Bayi di bawah usia 8 hingga 10 minggu
Kebanyakan orang yang terkena infeksi ini akan mengalami gejala ringan dan akan sembuh dalam waktu satu hingga dua minggu.
Meskipun begitu, beberapa bayi dengan faktor risiko tertentu bisa saja mengalami infeksi yang parah dan perlu dirawat di rumah sakit. Berikut adalah beberapa faktor risiko RSV yang perlu diwaspadai pada bayi dan balita.
Menderita penyakit kronis
Bayi dengan infeksi berat, termasuk bronkiolitis dan pneumonia dapat mengalami perburukan kondisi kesehatan.
Penderita asma dapat mengalami serangan asma akibat infeksi ini, kemudian penderita gagal jantung kongestif, dapat mengalami gejala lebih parah yang dipicu oleh RSV.
Bayi berusia di bawah 6 bulan
Selanjutnya, yang berisiko juga adalah bayi di bawah 6 bulan, anak-anak di bawah usia 2 tahun dengan penyakit paru-paru kronis atau penyakit jantung bawaan sejak lahir.
Serta, anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dan/atau gangguan neuromuskular (termasuk yang mengalami kesulitan menelan atau membersihkan sekresi lendir).
Gejala RSV pada Bayi
Bayi yang terinfeksi biasanya menunjukkan gejala dalam waktu 4 hingga 6 hari setelah terinfeksi. Gejala biasanya berlangsung selama 1 hingga 2 minggu.
RSV mungkin tidak parah saat di tahap awal, tetapi gejalanya bisa jadi semakin berat setelah beberapa hari kemudian. Gejala RSV pada anak biasanya meliputi:
- Pilek
- Nafsu makan yang menurun
- Batuk
- Bersin
- Demam
- Mengi.
Gejala-gejala ini biasanya muncul secara bertahap dan tidak sekaligus. Demam juga mungkin tidak selalu terjadi pada infeksi RSV.
Perlu diperhatikan bahwa bayi yang terinfeksi hampir selalu menunjukkan gejala, berbeda dengan orang dewasa yang bisa saja tidak menunjukkan gejala saat terkena infeksi RSV.
Pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, gejala yang terjadi berupa rewel, penurunan aktivitas, kesulitan bernapas, nafsu makan berkurang, dan terjadi apnea atau jeda saat bernapas.
Artikel terkait: Ketahui Napas Bayi Normal dan Tanda-Tanda Ada Gangguan Pernapasan pada Si Kecil
Cara Penularan RSV yang Perlu Diwaspadai
Virus RSV dapat bertahan selama berjam-jam di permukaan benda serta dapat hidup di permukaan lunak seperti tisu dan tangan untuk waktu yang lebih singkat.
Virus ini dapat menyebar ketika:
- Orang yang terinfeksi batuk atau bersin
- Terkena droplet dari orang yang terinfeksi di mata, hidung, atau mulut
- Menyentuh permukaan yang terdapat virus dan menyentuh wajah sebelum mencuci tangan
- Kontak langsung dengan virus, misalnya mencium wajah anak yang terinfeksi.
Mereka yang terinfeksi RSV biasanya akan menularkan penyakit tersebut selama 3 hingga 8 hari, tetapi pada beberapa bayi atau orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah dapat terus-menerus menyebarkan virus meskipun gejala sudah berhenti hingga 4 minggu lamanya.
Pencegahan RSV pada Bayi
Langkah-langkah yang dapat Bunda ambil untuk mencoba menghindari dan mencegah RSV pada bayi meliputi:
- Hindari mencium bayi jika Bunda atau orang lain memiliki gejala pilek.
- Jaga lingkungan sekitar tetap bersih.
- Jangan biarkan siapa pun merokok di sekitar bayi.
- Jika memungkinkan, jauhkan bayi dari siapa pun yang terserang gejala flu.
- Jauhkan bayi dari keramaian.
- Minta orang untuk mencuci tangan sebelum menyentuh bayi.
- Batasi waktu bayi berada di luar rumah, terutama saat musim hujan.
- Sering mencuci tangan, terutama setelah bersentuhan dengan siapa saja yang memiliki gejala flu.
Idealnya, mereka yang mengalami gejala penyakit pernapasan seperti pilek tidak boleh berinteraksi terlebih dahulu dengan mereka yang memiliki faktor risiko infeksi yang parah. Contohnya: bayi prematur, anak di bawah usia 2 tahun dengan kondisi paru-paru atau jantung kronis, dan anak-anak dengan sistem kekebalan yang lemah.
Untuk orang dewasa yang terkena virus ini, cegah penyebaran dengan cara-cara berikut ini:
- Tutupi batuk dan bersin dengan tisu, atau lengan baju bagian atas bukan telapak tangan.
- Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama minimal 20 detik.
- Hindari kontak dengan seperti berciuman, berjabat tangan, dan berbagi peralatan makan dengan orang lain.
- Bersihkan permukaan benda yang sering disentuh.
Artikel terkait: Penelitian: Bayi bisa ‘divaksinasi’ terhadap Asma dengan Probiotik
Cara Meringankan Gejala dan Kapan Harus Menghubungi Dokter
Sebagian besar infeksi ini hilang dengan sendirinya dalam satu atau dua minggu.
Pada dasarnya belum ada pengobatan khusus untuk infeksi RSV, meskipun para ahli dan peneliti sedang mengembangkan vaksin dan antivirus untuk penyakit tersebut.
Jika Parents melihat adanya gejala infeksi RSV pada anak, lakukan hal-hal seperti berikut untuk meringankan gejalanya:
- Atasi demam dan nyeri dengan obat pereda demam atau nyeri seperti ibuprofen dan asetaminofen.
- Pastikan anak mendapatkan cukup asupan cairan untuk mencegah dehidrasi.
- Konsultasi terlebih dahulu pada dokter sebelum memberi anak obat flu karena beberapa obat mengandung bahan yang kurang baik untuk anak-anak.
Segera bawa si kecil ke dokter jika mengalami kondisi seperti ini:
- Muncul suara mengi saat ia bernapas
- Tubuhnya lemas
- Batuk dengan lendir berwarna kuning, hijau, atau abu-abu
- Sulit bernapas atau bahkan berhenti bernapas
- Bayi menolak menyusu
- Timbul tanda-tanda dehidrasi, seperti kurang air mata saat menangis, produksi air seni yang sedikit atau tidak sama sekali buang air kecil selama 6 jam, dan kulit yang kering
- Jika tubuh bayi terasa sangat lemah, bernapas cepat, atau timbul warna biru di bibir atau di kuku mereka, segera bawa ke UGD untuk mendapat penanganan yang tepat.
Komplikasi RSV
RSV dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi yang lebih parah, misalnya bronkiolitis, radang saluran udara kecil di paru-paru, pneumonia, dan infeksi paru-paru.
RSV adalah penyebab paling umum dari penyakit bronkiolitis dan pneumonia pada anak-anak di bawah usia 1 tahun.
Laman Mayo Clinic menulis, komplikasi virus RSV bisa menyebabkan beberapa penyakit atau kondisi meliputi:
- Radang paru-paru. RSV adalah penyebab paling umum radang paru-paru (pneumonia) atau saluran udara paru-paru (bronchiolitis) pada bayi. Komplikasi ini dapat terjadi ketika virus menyebar ke saluran pernapasan bagian bawah. Peradangan paru-paru bisa sangat serius pada bayi, anak kecil, orang dewasa yang lebih tua, individu dengan gangguan kekebalan, atau orang dengan penyakit jantung atau paru kronis.
- Infeksi telinga tengah. Jika kuman masuk ke ruang belakang gendang telinga, Anda bisa terkena infeksi telinga tengah (otitis media). Ini paling sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
- Asma. Mungkin ada hubungan antara RSV parah pada anak-anak dan meningkatkan risiko anak mengalami asma di kemudian hari.
- Infeksi berulang. Setelah anak mengalaminya, ia bisa terinfeksi lagi. Bahkan mungkin terjadi selama musim RSV yang sama. Namun, gejala biasanya tidak separah umumnya dalam bentuk flu biasa. Tapi, kondisi ini bisa menjadi serius pada orang dewasa yang lebih tua atau pada orang dengan penyakit jantung atau paru-paru kronis.
- Rawat inap. Infeksi yang parah mungkin memerlukan rawat inap di rumah sakit sehingga dokter dapat memantau dan menangani masalah pernapasan dan memberikan cairan intravena (IV) atau infus.
Cara Membedakan RSV dengan COVID-19
Karena RSV dan penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) keduanya merupakan jenis virus pernapasan, beberapa gejala RSV dan COVID-19 bisa serupa.
Pada anak-anak, COVID-19 seringkali menimbulkan gejala ringan seperti demam, pilek, dan batuk. Untuk orang dewasa dengan COVID-19, gejalanya mungkin lebih parah dan mungkin termasuk kesulitan bernapas.
Memiliki kondisi ini dapat menurunkan kekebalan dan meningkatkan risiko terkena COVID-19 — untuk anak-anak dan orang dewasa.
Serta, infeksi ini dapat terjadi bersamaan, yang dapat memperburuk keparahan penyakit COVID-19, demikian sebagaimana dijelaskan laman kesehatan Mayo Clinic.
Jika Anda memiliki gejala penyakit pernapasan, dokter Anda mungkin merekomendasikan pengujian COVID-19. Jadi untuk benar-benar tahu apakah yang Parents atau si kecil derita RSV atau Covid-19 Anda harus melakukan tes.
Diagnosis RSV
Lantas, bagaimana Respiratory Syncytial Virus (RSV) didiagnosis? Sebagaimana dikutip laman Kids Health, dokter biasanya mendiagnosis virus pernapasan dengan meneliti riwayat medis dan melakukan pemeriksaan.
Pada banyak anak, dokter biasanya tidak perlu membedakan RSV dari flu biasa.
Namun, jika seorang anak memiliki kondisi kesehatan lain atau gejala yang lebih serius, dokter mungkin akan membuat diagnosis yang spesifik.
Dalam hal ini, virus diidentifikasi dengan menguji cairan hidung. Sampel dikumpulkan baik dengan kapas atau dengan alat hisap melalui jarum suntik.
Kisah Bayi Terinfeksi RSV
Setidaknya, apa yang dialami bayi berusia 3 bulan, yang berasal dari Smithfield, Virginia, bisa dijadikan pelajaran penting dan mengingatkan kita semua agar tidak menyepelekan virus ini.
Adalah Cameron, bayi 3 bulan ini dinyatakan positif menderita RSV pada 23 Desember 2019. Kemudian dua hari setelah itu, Cameron langsung dirawat di rumah sakit.
Leann Tate, ibu Cameron menyatakan jika anaknya dirawat selama 6 hari menggunakan tabung oksigen untuk membantunya bernapas.
“Saat itu Cameron sangat dehidrasi bahkan sempat tidak sadar. Hal ini membuat Cameron harus mendapatkan perawatan darurat,” kenang Leann, mengutip dari situs Good Morning America.
Sang ibu mengatakan jika gejala kondisi ini sama dengan penyakit commoncold, yaitu berupa pilek dan batuk.
Leann Tate bukan satu-satunya orang tua yang anaknya menderita RSV. Pada bulan Agustus 2019, Ariana DiGrigorio, ibu 4 orang anak dari New Jersey ini pun berbagi foto putranya bernama Antonio (8 bulan) yang tubuhnya terhubung ke mesin, dengan harapan untuk mengingatkan orang lain agar tidak mendekati bayinya yang sedang sakit.
“Itu menakutkan. Sebelum dia dipindahkan ke ICU, dia berada di kamar biasa dan dia mengalami gangguan pernapasan,” ungkap DiGriorio.
Pertanyaan Populer Terkait RSV pada Bayi
RSV menyebabkan penyakit apa?
Virus RSV bisa menyebabkan infeksi di saluran napas dan paru-paru, baik pada anak atau orang dewasa. Gejala infeksi RSV mirip dengan gejala pilek atau flu dan biasanya cenderung ringan.
Virus ini biasanya menginfeksi anak-anak yang berusia dua tahun ke atas, tetapi juga bisa menyerang orang dewasa.
Apa itu RSV pada bayi?
RSV pada bayi adalah sebuah virus yang sangat menular dan menginfeksi saluran pernapasan sebagian besar anak di bawah usia 2 tahun.
Infeksi ini dapat menyebabkan masalah serius, terkadang hingga mengancam jiwa, seperti pneumonia atau bronchiolitis, peradangan saluran udara kecil paru-paru.
Bagaimana cara mencegah penyakit respiratory syncytial virus RSV pada bayi dan anak-anak?
Karena RSV dapat menyebar dengan mudah dengan menyentuh orang atau permukaan yang terinfeksi, cuci tangan dengan baik dan sering dapat membantu menghentikannya.
Cuci tangan setelah berada di sekitar seseorang yang memiliki gejala flu. Anak usia sekolah yang terkena flu sebaiknya menjauhi adiknya – terutama bayi – sampai gejalanya hilang.
Untuk mencegah penyakit pernapasan terkait kondisi yang serius, bayi berisiko tinggi bisa mendapatkan suntikan obat bulanan dengan antibodi RSV selama puncak musim RSV (biasanya musim gugur hingga musim semi di AS), demikian sebagaimana dikutip laman Kids Health.
Itulah penjelasan soal infeksi RSV pada bayi. Bunda harus hati-hati ya, dengan kondisi ini.
***
Artikel diupdate oleh: Annisa Pertiwi & Kalamula Sachi
Mom urges parents, ‘go with your gut’ after 3-month-old contracts RSV: What you need to know
www.goodmorningamerica.com/wellness/story/mom-urges-parents-gut-month-contracts-rsv-68000062
Respiratory Syncytial Virus (RSV)
www.webmd.com/lung/rsv-in-babies#1
Respiratory Syncytial Virus Infection (RSV)
www.cdc.gov/rsv/about/symptoms.html
Respiratory Syncytial Virus Infection (RSV)
www.cdc.gov/rsv/high-risk/infants-young-children.html
Respiratory Syncytial Virus (RSV)
kidshealth.org/en/parents/rsv.html
Respiratory syncytial virus (RSV)
www.mayoclinic.org/diseases-conditions/respiratory-syncytial-virus/symptoms-causes/syc-20353098
Baca juga:
"Bayiku mengalami gagal napas di usia 3 minggu," curhat seorang Bunda
Gangguan pernafasan pada bayi baru lahir, kenali penyebab dan gejalanya