Saat anak sakit, hati setiap orangtua wajar merasakan sedih dan khawatir, terlebih bila sakit yang dialami tergolong parah. Rasa sedih inilah yang dirasakan oleh seorang Bunda karena sang bayi gagal napas setelah lahir dalam kondisi prematur.
Kondisi si kecil sempat mengalami kritis, bahkan dokter sudah mengatakan agar dirinya lebih baik mengikhlaskan buah hatinya itu. Wakau demikian, dirinya percaya bahwa si kecil bisa sembuh dan berkumpul kembali bersama keluarga kecilnya.
Kisahnya ini ia ceritakan di forum diskusi TheAsianparent Indonesia. Simak kisah selengkapnya di bawah ini.
Kisah bayi gagal napas setelah lahir secara prematur
“Anakku, dia lahir belum waktunya. Di usia kandungan yang baru 8 bulan aku harus melahirkannya. Saat itu ketubanku mengalir seperti air kencing, pikirku itu bukan air ketuban. Karenanya, pagi itu aku tetap santai, hanya mengganti celanaku saja.
Akhirnya aku sadar, itu bukan pipis yang gak disengaja, tapi air ketuban yang pecah sebelum waktunya. Akhirnya aku pergi bersama mamah dan suamiku ke bidan tempat aku biasa periksa.
Di sana bidan tidak berani menangani, akhirnya bidan menyuruh ke puskesmas terdekat. Sampai puskesmas, alhasil sama saja, aku harus di rujuk ke rumah sakit kota, waktu itu pukul 10 pagi.
Di sana aku langsung ditangani, air ketuban terus saja mengalir sedikit demi sedikit, tapi tidak ada kontraksi. Aku hanya bersama mamahku, suamiku harus berangkat kerja. Mamah sibuk mengurus surat-surat di rumah sakit.
Singkat cerita, aku baru diberi obat kontraksi jam 12 malam, karena menunggu suamiku menandatangani surat yang bertanggung jawab atas aku. Jam 01.55, anakku akhirnya lahir secara normal.
Beratnya prematur, hanya 2200 gram dan panjangnya 44 cm, kondisi bayi sehat. Tiga minggu sudah dibawa ke rumah.
Artikel Terkait : Bayi 6 bulan mengalami Bronkuspneumonia akibat asap rokok, sang ibu beri peringatan
“Bayiku mengalami gejala yang tidak normal, tubuh membiru dan nafasnya sempat terhenti”
Tapi pada suatu malam saat aku sedang menyusui anakku sambil duduk, tiba-tiba dia tersedak, hingga membiru seluruh tubuhnya. Lemas, tidak mau nyusu lagi, aku lihat nafasnya sempat berhenti, dadanya tidak kembang kempis, aku menangis sejadi jadinya.
Aku minta suami membawanya ke rumah sakit. Jam 03.00 pagi aku bawa ke RS, dan RS tersebut bilang anakku nggak apa-apa, akhirnya aku bawa pulang lagi.
Pagi hari sempat aku jemur di luar, aku lihat jemari kakinya masih membiru, jemari tangannya masih membiru,dan wajahnya pun sama masih membiru, seperti sudah tidak ada lagi harapan hidup.
Suamiku sudah pasrah, ketika anakku mengeluarkan busa dari hidungnya. Tapi aku tetap memaksa membawanya ke rumah sakit.
Akhirnya kita membawa anakku ke rumah sakit ibu dan anak. Di sana kita diomeli oleh dokter di IGD. Kenapa baru dibawa sore ini, saya menjelaskan bahwa rumah sakit sebelumnya bilang kalau anak kita gapapa.
Oksigen dan selang infus pun dengan cepat mereka pasang. Entah kabel apa saja yang sudah menempel di badan anakku yang masih berusia 3 minggu.
“Ternyata bayiku sudah kritis…”
Dokter pun bilang kalau anakku sudah hilang kesadaran, dia gagal nafas, dan harus di rujuk ke rumah sakit lain. Malam hari, seluruh badannya kembali merah, sudah berangsur membaik, tapi detak jantung dan nafasnya belum normal.
Tengah malam mereka membawanya menggunakan ambulance, masuk ruang NICU. Sedih rasanya aku tak bisa lagi menyentuhnya, hanya bisa melihatnya di balik kaca di dalam inkubator.
Menginap 5 hari di NICU
Menyusuinya pun hanya melalui pumping asi, menengoknya hanya bisa pada saat jam besuk saja. Selama 5 hari dia di ruang NICU, alhamdulillah dia kuat.
Dia bisa bertahan hidup, walaupun semua orang sudah pasrah. Dokter pun bilang kalau dia tidak bertahan aku harus ikhlas.
Tapi, saat itu aku sendiri yang yakin bahwa dia bisa sembuh. Terima kasih anakku, engkau bisa bertahan hidup hingga sekarang, sehat terus yah nak, mamah sayang kamu.” Ujar sang Bunda menceritakan.
Artikel Terkait : “Janinku hanya bertahan 11 minggu, aku merasa gagal,” curahan hati ibu keguguran
Apa penyebab bayi gagal napas?
Dilansir dari Alodokter, gagal napas merupakan kondisi gawat medis yang terjadi karena adanya masalah serius pada sistem pernapasan. Kondisi ini membuat tubuh seseorang bisa kekurangan oksigen.
Gagal napas bisa terjadi saat sistem pernapasan tidak bisa berfungsi secara benar untuk menyalurkan oksigen ke dalam darah dan organ tubuh. Sistem pengeluaran karbon dioksida dari dalam darah pun terganggu. Akibatnya, karbon dioksida yang menumpuk ini bisa menjadi racun dalam tubuh.
Beberapa penyebabnya antara lain :
- Gangguan pada otak atau saraf yang mengatur fungsi pernapasan
- Penyakit paru-paru seperti serangan asma berat, penyakit paru kronik, pneumonia, dan lain sebagainya
- Penyakit atau kondisi tertentu seperti sepsis, perdarahan, dan sebagainya
- Cedera paru-paru akut akibat menghirup zat kimia berbahaya
- Efek samping obat-obatan seperti golongan opioid dan obat penenang
Tentu, bila mengalami kondisi ini, seseorang perlu penanganan medis segera. Bila tak diatasi dengan baik, kerusakan organ bahkan kematian bisa terjadi. Karena itulah, Parents perlu mewaspadai gejala bayi gagal napas seperti yang dialami kisah Bunda di atas.
Bila bayi tidak mau menyusu, badannya membiru dan napasnya terlihat terhenti, segera bawa dia ke dokter anak terdekat.
Baca Juga :
Sedang hamil, 2 petugas kesehatan terinfeksi corona, apa pengaruhnya bagi janin?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.