Bun, pernah nggak, sih, dapat nyinyiran dari orang tentang metode melahirkan, pola pengasuhan, bahkan cara kita memberi makan anak? Hal ini mungkin sudah jadi ‘makanan’ sehari-hari, ya. Tapi, sadarkah Bunda, seorang ibu yang hebat bukanlah mereka yang bisa mampu melakukan segalanya sesuai espektasi masyarakat. Namun perempuan yang mengerahkan kemampuan terbaiknya untuk membesarkan buah atinya dengan penuh cinta.
Mungkin, video berikut ini akan mewakili perasaan Bunda.
Video tentang ibu yang hebat persembahan dari theAsianparent Indonesia
Kadang, pusing ya Bun. Sejak proses kehamilan, sudah berjuang, ya mual, muntah, badannya menjadi lebih lemah.
Masih aja dinyiyirin soal metode persalinan. Padahal, mau normal, mau caesar, sama-sama bertaruh nyawa. Belum lagi, dikomentari soal menyusui.
Andai mereka tahu, kalau dibalik proses menyusui, ada tetes air mata yang tak terhitung. Luka dan lecet di payudara, serta hati yang berkali-kali remuk redam sebagai saksi perjuangan.
Mau normal atau caesar, ASI atau formula, bekerja di luar rumah atau jadi ibu rumah tangga, MPASI instan atau homemade, ingat ya, kita bukan ibu yang gagal.
Seorang ibu akan selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk anaknya.
Kita itu pejuang, kita sama-sama berjuang walau berbeda rintangannya. Nggak masalah kok kalau beda dari ibu-ibu yang lain, toh yang kita lakukan tujuannya sama. Berusaha sebaik-baiknya untuk anak tercinta.
Jadi nggak perlu berkompetisi, anak siapa yang lebih montok, lebih pintar, atau lebih gesit.
Nggak perlu lagi ngerasa takut sama ocehan tetangga, karena yang terpenting adalah semua usahamu ibu.
Apapun kekurangan kita sebagai orangtua, percayalah, di mata anak kita, kita adalah yang terbaik untuknya. Demi mereka kita menjadi pejuang yang lebih baik, lebih tangguh.
Semangat selalu ya Bunda, karena kalian semua hebat.
Apapun adanya dirimu, Bunda, kau tetaplah ibu yang hebat
Tak perlu afirmasi dari orang lain, bagi si kecil, Andalah ibu terbaik dan paling hebat untuknya.
Perjuangan menjadi ibu tidak saja harus melewati masa kehamilan dan proses persalinan, namun juga harus menyiapkan mental, stigma yang masih tertanam di benak masyarakat, belum lagi pandangan dan komentar negatif dari orang-orang.
Apapun pilihan kita, akan selalu ada yang berkomentar negatif tentangnya. Bila tidak mampu bersikap acuh, maka akan rawan mengalami stres dan rasa rendah diri. Padahal, kondisi mental ibu yang baru melahirkan masih belum stabil, rawan kena baby blues atau depresi jika stres berlebihan.
Sayangnya, seringkali nyinyiran tersebut datangnya dari orang terdekat. Bisa kerabat, tetangga dekat, teman bahkan mertua atau orangtua sendiri. Padahal, mereka merupakan lingkungan yang diharapkan menjadi support system utama dalam mendukung di masa peralihan dari seorang perempuan menjadi seorang ibu.
Dalam hal ini, dukungan suami dalam menghadapi situasi ini tentunya sangat diperlukan. Bunda harus tetap kuat, dan yakin atas apa yang dipilih.
Karena kita semua, sebagai seorang ibu, pastinya hanya memikirkan yang terbaik untuk anak.
Tak perlu terlalu mempedulikan komentar negatif dan nyinyiran dari orang yang hanya melihat sekilas kehidupan kita dan cara mengasuh kita, Anda yang paling tahu kebutuhan anak. Maka yakinlah pada diri Anda sendiri.
Bunda kuat, Bunda hebat.
Baca juga:
Perjuangan ibu hebat mengasuh ketiga anaknya yang berkebutuhan khusus
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.