Apakah tekanan darah Bunda sedikit lebih tinggi dari biasanya? Wah, bagi ibu hamil, tekanan darah yang tinggi bisa menunjukkan risiko hipertensi gestasional.
Yuk, cari tahu berapa jumlah tekanan darah normal pada ibu hamil, penyebab serta cara menjaganya agar tetap di batas normal, Bunda.
Daftar isi
Apa Itu Hipertensi Gestasional?
Kunjungan perawatan prenatal itu sangat penting, Bunda. Ini adalah cara Anda mengetahui kondisi kesehatan Anda serta perkembangan dan pertumbuhan janin.
Hal pertama yang biasanya dilakukan saat kunjungan perawatan prenatal adalah pemeriksaan darah dan urine. Ini untuk mengecek seberapa normal tekanan darah, gula, protein dan lainnya dalam tubuh Anda.
Ketika dokter menemukan sesuatu yang tidak normal, ia akan segera melakukan perawatan atau pengobatan lanjutan kepada Anda. Dengan demikian, Bunda bisa mengurangi risiko kesehatan yang lebih serius selama kehamilan pada diri Anda dan juga bayi.
Memeriksa tekanan darah saat hamil sangatlah penting. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), melansir What to Expect, hipertensi gestasional –juga disebut hipertensi atau tekanan darah tinggi akibat kehamilan- sangat mungkin terjadi pada 1 dari setiap 12 hingga 17 kehamilan pada perempuan berusia antara 20 dan 44 tahun.
Malah disebutkan WebMD, tekanan darah tinggi selama kehamilan adalah hal yang biasa. Sekitar 8% ibu hamil di AS bahkan memiliki tekanan darah tinggi –umum terjadi pada kehamilan pertama.
Adapun yang dimaksud tekanan darah normal adalah tekanan darah yang berada pada angka 120/80 mm Hg atau kurang dari itu.
Angka pertama (120) merupakan angka “sistolik” atau angka atas yang menggambarkan tekanan terhadap arteri Anda ketika jantung mendorong darah keluar. Sementara angka kedua (80) adalah “diastolik” atau angka bawah, angka yang menunjukkan tekanan saat darah mengalir kembali ke jantung Anda.
Sedangkan hipertensi gestasional (gestational hypertension) adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan kehamilan di mana angka sistolik 140 dan angka diastolik 90 (140/90 mm Hg) atau lebih.
Sementara tekanan darah rendah tercatat 90/60. Kondisi ini disebut hipotensi dan dapat menyebabkan pusing dan pingsan.
Artikel terkait: Bisa turunkan tekanan darah tinggi, ini 7 manfaat belimbing untuk ibu hamil
Tanda dan Gejala Hipertensi Gestasional
Gejala dapat bervariasi dari orang ke orang dan juga pada setiap kehamilan. Namun, gejala utama tekanan darah tinggi saat hamil adalah pada hasil pemeriksaan tekanan darah di trimester kedua kehamilan, biasanya di usia kehamilan 20 minggu.
Hal yang menyulitkan adalah sering kali tekanan darah tinggi saat hamil tidak menunjukkan gejala. Beberapa ibu hamil merasa sehat dan biasa-biasa saja.
Gejala umumnya baru akan terasa dan terlihat setelah hipertensi gestasional sudah dalam tahap buruk atau serius, yaitu:
- Perut terasa kembung
- Bengkak pada pergelangan kaki, atau wajah atau tubuh bagian atas bengkak saat bangun tidur
- Sakit kepala
- Penglihatan kabur atau sangat sensitif terhadap cahaya
- Mengalami kejang atau sawan
- Sakit parah di bawah tulang rusuk, terutama di sisi kanan Anda
Penyebab Tekanan Darah Tinggi Saat Hamil
Tidak jelas apa yang menjadi penyebab dari tingginya tekanan darah selama kehamilan.
Penyebab lain dari pembacaan tekanan darah di atas normal mungkin kasus “hipertensi jas putih” – fenomena yang cukup umum (bahkan jika Anda tidak mengharapkan), di mana tekanan darah melonjak sementara karena Bunda gugup atau khawatir dalam pengaturan medis.
Akan tetapi, jika dokter melihat tekanan darah Bunda di atas 140/90 pada dua kunjungan terpisah, apakah Anda hanya cemas ketika manset dipasang di lengan Anda atau Anda memiliki salah satu faktor risiko yang disebutkan di atas, kemungkinan besar dokter akan mendiagnosis.
Dampak pada Ibu Hamil
Merujuk penjelasan di laman Mayo Clinic, tekanan darah tinggi selama kehamilan dapat menimbulkan berbagai risiko pada ibu hamil. Antara lain:
- Solusio plasenta. Preeklamsia meningkatkan risiko kondisi ini di mana plasenta terpisah dari dinding bagian dalam rahim Anda sebelum melahirkan. Solusio yang parah dapat menyebabkan perdarahan hebat, yang dapat mengancam jiwa Anda dan janin.
- Pembatasan pertumbuhan intrauterin. Hipertensi dapat menyebabkan pertumbuhan bayi yang melambat atau menurun (pembatasan pertumbuhan intrauterin).
- Cedera pada organ Anda yang lain. Hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik dapat mengakibatkan cedera pada otak, jantung, paru-paru, ginjal, hati, dan organ utama lainnya. Dalam kasus yang parah bisa mengancam jiwa Anda.
- Penyakit kardiovaskular di masa depan. Memiliki preeklamsia dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) di masa depan (di usia tua). Risiko penyakit kardiovaskular di masa depan lebih tinggi jika Bunda pernah mengalami preeklamsia lebih dari sekali atau pernah melahirkan prematur karena memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan.
- Melahirkan lebih cepat. Dokter mungkin akan menyarankan menginduksi persalinan sebelum HPL (hari perkiraan lahir) untuk menghindari komplikasi. Waktu induksi pun berdasarkan pada seberapa terkontrol tekanan darah Anda, apakah Anda mengalami kerusakan organ stadium akhir, dan apakah bayi mengalami komplikasi (seperti pembatasan pertumbuhan intrauterin karena hipertensi Anda).
- Kejang, bila Anda memiliki preeklamsia dengan gejala yang parah.
Artikel terkait: 10 Tanda Terjadi Masalah Kehamilan yang Berdampak pada Bayi di Kandungan
Dampak pada Janin
Hipertensi gestasional tidak hanya bisa membahayakan kesehatan dan keselamatan jiwa ibu, tetapi juga janin. Inilah dampak risiko tekanan darah tinggi pada janin:
- Merusak ginjal dan organ lainnya.
- Penurunan aliran darah ke plasenta. Jika plasenta tidak mendapatkan cukup darah, kemungkinan bayi menerima lebih sedikit oksigen dan nutrisi. Ini akan menyebabkan lambatnya pertumbuhan (pembatasan pertumbuhan intrauterin), berat badan lahir rendah atau kelahiran prematur. Prematuritas dapat menyebabkan lain, yaitu masalah pernapasan, peningkatan risiko infeksi dan komplikasi lain untuk bayi.
- Bayi lahir terlalu kecil karena penurunan darah ke plasenta tadi. Sebagian besar bayi dapat mengejar pertumbuhan mereka beberapa bulan setelah lahir, tetapi akan lebih sehat jika mereka lahir dengan berat badan normal.
- Kelahiran prematur. Terkadang persalinan dini diperlukan untuk mencegah komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa ketika Anda memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan.
Faktor Risiko Penderita Hipertensi Gestasional
Umumnya hipertensi gestasional terjadi di trimester dua kehamilan. Beberapa faktor risiko yang memicu hal ini adalah:
- Kehamilan anak kembar. Hipertensi gestasional bisa lebih parah ketika Anda memiliki anak kembar, di mana Anda kemungkinan mengalami plasenta lepas.
- Kehamilan anak pertama.
- Riwayat tekanan darah tinggi dan atau penyakit ginjal kronis sejak sebelum hamil.
- Berkulit hitam (African-American).
- Memiliki banyak bayi.
- Menderita diabetes tipe 1 atau 2.
- Berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun.
- Berat badan berlebih atau obesitas sebelum hamil.
Kabar baiknya adalah, jika Anda mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan, kondisi Anda bisa segera kembali normal sekitar 6 minggu setelah Anda melahirkan.
Diagnosis
Dokter akan mendiagnosis Bunda mengalami hipertensi gestasional selama kehamilan merujuk hasil pemantauan tekanan darah Anda selama perawatan prenatal.
- Pertama, adanya peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah adalah tekanan sistolik berkisar antara 120 hingga 129 milimeter air raksa (mm Hg) dan tekanan diastolik di bawah 80 mm Hg. Peningkatan tekanan darah cenderung memburuk dari waktu ke waktu kecuali Anda melakukan langkah-langkah untuk mengontrol tekanan darah.
- Kedua, hipertensi stadium 1. Yaitu tekanan sistolik berkisar antara 130 hingga 139 mm Hg atau tekanan diastolik berkisar antara 80 hingga 89 mm Hg.
- Ketiga, hipertensi stadium 2. Yaitu hipertensi menjadi lebih parah dengan tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih tinggi atau tekanan diastolik 90 mm Hg atau lebih tinggi.
Bila setelah 20 minggu kehamilan tekanan darah Anda melebihi 140/90 mm Hg (pada dua atau lebih kesempatan pengukuran tekanan darah), Anda dianggap hipertensi gestasional.
Mengatasi Hipertensi Gestasional
Pengobatan untuk mengatasi hipertensi gestasional sangatlah penting karena tekanan darah tinggi bisa menempatkan Anda pada risiko seperti serangan jantung, stroke, dan komplikasi utama lainnya yang dapat membahayakan bayi Anda.
Dokter tentunya akan meresepkan sejumlah obat untuk mengatasi gejala yang dikibatkan tekanan darah tinggi. Minumlah sesuai dosis yang diberikan dan jangan menambahkan obat dari luar.
Pastikan juga tenaga medis yang bakal menangani persalinan Anda mengetahui kondisi Anda ini untuk mengantisipasi segala kemungkinan terburuk yang bakal terjadi.
Artikel terkait: Hati-hati! Ini Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati Hipertensi
Mencegah Hipertensi Gestasional
Ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko komplikasi hipertensi gestasional, di antaranya:
- Merawat diri sebaik mungkin adalah cara terbaik untuk merawat bayi Anda juga.
- Rutin melakukan kunjungan prenatal setiap bulan selama kehamilan.
- Minum obat tekanan darah yang diresep dokter kandungan Anda.
- Tetap aktif dengan melakukan kegiatan Anda seperti biasanya.
- Makan makanan yang sehat. Kalau bisa, minta saran dari ahli gizi mengenai apa yang seharusnya Anda makan dan minum selama kehamilan.
- Hindari semua yang dilarang seperti asap rokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang. Konsultasikan dengan dokter mengenai obat yang Bunda beli secara bebas.
Para ahli dan peneliti kesehatan hingga kini terus mempelajari cara-cara untuk mencegah preeklamsia. Namun sejauh ini, belum ada perkembangan yang muncul.
4 Jenis Masalah Tekanan Darah Tinggi Saat Hamil
Tekanan darah tinggi erat kaitannya dengan kehamilan. Selain hipertensi gestasional, masih ada jenis tekanan darah tinggi yang berkembang selama kehamilan.
- Hipertensi gestasional. Ibu hamil dengan hipertensi gestasional memiliki tekanan darah tinggi yang berkembang setelah usia kehamilan 20 minggu. Beberapa ibu dengan hipertensi gestasional akhirnya mengalami preeklamsia.
- Hipertensi kronis (chronic hypertension). Hipertensi kronis adalah tekanan darah tinggi yang terjadi sebelum kehamilan atau yang terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu. Namun, karena tekanan darah tinggi biasanya tidak memiliki gejala, mungkin sulit untuk menentukan masalah dimulai.
- Hipertensi kronis dengan superimposed preeklamsia (chronic hypertension with superimposed preeclampsia). Ini adalah kondisi hipertensi kronis sebelum kehamilan yang semakin memburuk selama kehamilan –dipengaruhi oleh tingkat protein yang tinggi dalam urine atau komplikasi yang terkait tekanan darah lainnya.
- Preeklamsia (preeclampsia). Terjadi ketika hipertensi berkembang setelah usia kehamilan 20 minggu, dan dikaitkan dengan tanda-tanda kerusakan sistem organ lain, termasuk ginjal, hati, darah atau otak. Preeklamsia yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius bagi ibu dan bayi, termasuk perkembangan kejang (eklampsia). Sebelumnya, preeklamsia didiagnosis hanya jika seorang ibu hamil memiliki tekanan darah tinggi dan protein dalam urinnya. Namun sekarang, preeklamsia mungkin saja terjadi tanpa protein dalam urine.
***
Lakukanlah segala hal yang disarankan dokter Anda untuk mengurangi masalah dari hipertensi gestasional atau tekanan darah tinggi selama kehamilan, Bunda.
High Blood Pressure During Pregnancy (Gestational Hypertension)
www.whattoexpect.com/pregnancy/high-blood-pressure/#:~:text=with%20gestational%20hypertension.-,Are%20there%20any%20symptoms%20of%20high%20blood%20pressure%20in%20pregnancy,gestation%2C%20usually%20around%20week%2020.
Potential Complication: Gestational Hypertension
www.webmd.com/baby/potential-complication-gestational-hypertension
High blood pressure and pregnancy: Know the facts
www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/in-depth/pregnancy/art-20046098
Snacks Pregnant Diabetics
www.lazada.sg/tag/snacks-pregnant-diabetics/
Baca juga:
PEB Kehamilan, Kondisi Preeklamsia Berat yang Harus Diwaspadai Ibu Hamil
Preeklampsia dan Melahirkan Bayi Prematur hingga Dua Kali, Ibu Ini Bagikan Kisahnya
Kaki Bengkak Saat Hamil, Normal atau Berbahaya? Perhatikan Tanda-Tanda Ini, Parents