Sudah pernah mendengar tentang sandwich generation atau generasi roti lapis? Istilah ini populer di kalangan generasi milenial. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan generasi sandwich?
Yang dimaksud generasi sandwich adalah generasi yang terjepit serta bertanggung jawab untuk membiayai 2 generasi yaitu:
- Generasi di bawahnya, anak yang harus dicukupkan kebutuhannya mulai dari makanan, pakaian, perlengkapan sampai dengan biaya pendidikan.
- Generasi orang tua yang sudah pensiun, tidak berpenghasilan dan tidak punya dana pensiun.
Ini sebenarnya bukan hal baru, terlebih lagi di Indonesia.
Di masyarakat, wajar kalau anak-anak yang sudah memasuki masa produktif ikut menanggung kebutuhan hidup orang tuanya juga.
Ditambah lagi adanya budaya semacam kewajiban bagi anak untuk berbakti dan membalas budi kepada orang tua, padahal mereka yang tergolong masuk ke usia produktif ini juga sudah berkeluarga.
Mereka harus membayar cicilan rumah, bayar biaya sekolah anak, dan sederet tanggung jawab yang lainnya.
Tidak ada salahnya memang membantu orang tua atau saudara jika kita memang mampu secara keuangan.
Namun, hal ini akan menjadi beban kalau Parents sendiri juga belum sehat secara keuangan.
Menurut Nadia Harsya dalam acara KulGram (Kuliah Telegram) di Grup TeMAn TheAsiaparent (ManTap), berikut penjelasan mengenai penyebab unculnya generasi sandwich dan cara memutus rantainya.
Kenapa Bisa Sampai Muncul Generasi Sandwich?
1. Generasi Ayah Ibu Kita Belum Memahami Finansial
Literasi finansial orang tua kita tidak sebagus generasi kita. Sekarang informasi sudah mudah didapatkan dan diakses.
Tips keuangan dan investasi banyak tersebar hanya dengan sekali klik.
Dengan kondisi generasi kita diharapkan bisa menyiapkan masa pensiun dengan lebih baik dibanding generasi sebelumnya.
Generasi kita bisa juga sudah memiliki uang pensiun yang cukup besar.
Namun karena literasinya kurang, maka ada saja yang terjebak investasi bodong, tanam uang di usaha yang sudah tidak jelas, dan masih banyak kisah miris lain yang membuat uang pensiun menjadi hilang.
2. Orang Tua Tidak Menyiapkan Dana Pensiun yang Cukup
Generasi di atas generasi kita sering berkata “jadi PNS saja, enak dapat uang pensiun.” Padahal, struktur gaji PNS itu jauh lebih besar tunjangan daripada gaji pokoknya.
Untuk gambaran misalnya gaji bersih 10 juta terbagi menjadi gaji pokok 2,5 juta, tunjangan 7,5 juta, ketika pensiun yang dibayarkan hanya gaji pokok. Itupun tidak penuh. Hanya 75-85%.
Pertanyaannya, apakah itu cukup untuk biaya hidup? Itu PNS yang “pasti” punya dana pensiun. Apa kabar yang bekerja di sektor swasta yang tidak menyiapkan pensiunan sama sekali?
3. Tidak Bisa Menurunkan Gaya Hidup
Ilustrasinya sama seperti berikut. PNS sebelum pensiun: 10 juta per bulan, setelah pensiun THP hanya 2,5 juta per bulan. Namun gaya hidup enggak bisa turun. Apakah ini tidak akan boncos?
Bagaimana Jika Kita Menjadi Generasi Sandwich?
1. Ikhlas Menjadi Generasi Sandwich
Ya, ikhlaskan dulu, karena sandwich generasi ini nasib, Parents tidak bisa memilih terlahir di keluarga kaya atau miskin.
Mungkin setelah berdamai dengan kenyataan, maka Parents bisa lebih ringan dalam mencari rezeki.
2. Keuangan Wajib Sehat
Keuangan yang sehat ini tidak bisa ditawar. Penuhi rasio keuangan sehat ini:
- Menabung min 10% dari penghasilan.
- Cicilan max 30% dari penghasilan.
- Punya dana darurat 6x pengeluaran bulanan.
Apakah Parents belum sampai di sini? Kejar dulu dan prioritaskan. Kenapa? Hidup sandwich generation lebih rapuh dan rentan ketemu dengan situasi darurat. Parents harus sehat dan kuat untuk menghindari utang.
3. Bangun Komunikasi Terbuka dengan Orangtua
Beritahu mereka kemampuan Parents berapa, karena kebanyakan masalah sandwich generation ini sebenarnya masalah uangnya tidak seberapa, tetapi masalah terberat ada di komunikasi dan ekspektasinya. Percayalah hidup sudah cukup berat dengan pemenuhan kebutuhan jadi tidak perlu ditambah drama.
Ajak orangtua ngobrol mengenai anggaran bulanan, dengan demikian Parents dan orangtua pun bisa bersepakat.
Misalnya; “Yuk ngobrol papa-mama, yangti-yangkung, kita hitung sama sama, yuk, bulanan berapa enaknya. Biar aku juga bisa menabung untuk anak dan keluarga kecilku.”
4. Disiplin dengan Budget yang Disepakati
Parents sebisa mungkin set boundary untuk kebutuhan yang sifatnya tidak esensial apalagi pamer. Sebab, masalah sandwich gen terbagi menjadi 2 yaitu finansial dan nonfinansial.
Masalah Nonfinansial
- Pasti sangat sulit membicarakan uang secara terbuka. Pepatah menagtakan “Money is more taboo than sex”. Aneh banget harus ngomongin uang dengan orangtua. Pendapatan pengeluaran, uang dari mana, rencana uang buat apa, intinya aneh saja. Masalah ini akan terus-terusan ada jika memang dari awal kedua belah pihak, Anda dengan orangtua tidak mau terbuka.
- Kembali ke masalah komunikasi. Jangan sampai masalah ini hanya saling mengira-ngira saja antar saudara. Ajak bicara saudara kandung. Beritahu mereka tentang kebutuhan orangtua yang harus ditanggung setiap bulan. Berdiskusi dengan baik dan bagi sesuai dengan kemampuan.
- Selanjutnya, ini menjadi PR setiap orang. Tidak hanya si sandwich generation, semoga kita punya hubungan yang sehat dengan uang, paham kalau uang adalah alat bayar bukan tujuan, belajar kata cukup dan tidak terus-terusan mengejar keinginan dan cukup dengan kebutuhan. Karena batasan keinginan itu hanya langit.
Masalah Finansial
- Buat list siapa saja yang ditanggung biayanya. Menanggung 2 rumah tentu berbeda biayanya dengan menanggung 3 rumah. Inilah kenapa harus dihitung secara jelas. Karena kalau hanya ada di dalam kepala, Parents tidak akan tahu secara pasti berapa yang Parents keluarkan. Lantas, bingung kenapa: “Aduh uangku lari ke mana, ya?” “Aduh, kok, tabungan aku enggak nambah-nambah” atau “Aduh, kok, enggak punya dana darurat” Karena tidak pernah ada pencatatan yang jelas.
- Cara paling gampang adalah dengan melakukan budgeting.
- Dana darurat penting karena hidup itu ada-ada saja. Apalagi jika Parents menanggung orangtua yang punya kecenderungan kesehatannya semakin menurun di usia senja, dana darurat adalah wajib, akan lebih baik jika punya dana darurat khusus untuk orangtua.
Metode Alokasi Pendapatan
Gabar di atas adalah metode alokasi pendapatan secara sederhana. Yang kiri adalah alokasi untuk Parents yang tidak menjadi sandwich gen. Alokasi dana senang-senang lebih besar.
Untuk sandwich gen, alih alih mengorbankan tabungan, sebaiknya mengurangi jatah dana bersenang-senang. Penting dana untuk bersenang-senang tetap ada dan jangan dihilangkan. Masa sudah capek kerja tidak boleh bersenang-senang?
Kalau alokasi cashflow setiap bulan sudah aman, sudah ada sisa yang ditabung setiap bulan, yuk, boleh naik kelas untuk menyiapkan dana yang disesuaikan dengan tujuan. Adapun 3 tujuan keuangan yang harus diprioritaskan; Dana darurat, Dana Pendidikan Anak, dan Dana Pensiun.
Nah, jika tujuan kita adalah memotong rantai sandwich generation, kita akan lebih intensif bahas dana pensiun. Kenapa, sih, penting untuk menyiapkan dana pensiun?
Karena setelah usia 55 tahun usia kebanyakan orang pensiun, ada kemungkinan 20 tahun kita hidup tanpa penghasilan atau kalaupun punya penghasilan tidak sebesar masa ketika masih aktif dinas dan bekerja.
Kalau tidak bisa turunin gaya hidup, apakah tega jadi beban anak? Masa iya mau mengulang pedihnya terhimpit sandwich generation ke anak kita? Jangan ya. Kita bisa sama-sama siapkan pensiun dari sekarang
Berikut ini contoh alokasi untuk dana pensiun yang bisa Anda terapkan:
Parents, demikian penjelasan soal generasi sandwich. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda.
***
Baca Juga:
id.theasianparent.com/tipe-pengaturan-keuangan
4 kesalahan pengelolaan keuangan keluarga Indonesia yang rentan picu perceraian, begini cara mengatasinya!
7 Tips Mengatur Keuangan Keluarga di Tengah Resesi, Jangan Panik!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.