Perbedaan pola asuh anak berdasarkan gender menjadi satu hal universal, misalnya di Amerika Serikat. Parents pasti menyadari seperti apa bedanya mengasuh anak laki-laki dan anak perempuan. Bahkan, gen orang tua juga menentukan apakah diwariskan kepada anak lelaki atau perempuan.
Di Indonesia sendiri, pola asuh anak berakar kuat pada kebiasaan dan norma agama. Namun, tak ada salahnya, ya, Anda mempelajari dari sudut pandang lain demi menjadi orang tua yang lebih baik.
Mengutip laman Fatherly, ternyata ada beberapa genetik orang tua yang kuat diwarisi kepada anak laki-laki. Apa saja?
Gen Orang Tua pada Anak Laki-Laki
1. Anak Lelaki Lebih Banyak Mendengarkan Bahasa Spasial
Pertama yaitu kemungkinan bahwa anak laki-laki lebih banyak mendengar bahasa spasial dibandingkan anak perempuan sepanjang pengasuhannya.
Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang dipublikasikan dalam Psychological Science pada 2017 oleh Dr. Shannon Pruden dan Dr. Susan Levine. Setelah mengamati sampel beragam dari 58 keluarga di rumah mereka, para peneliti menemukan bahwa orang tua menggunakan lebih banyak istilah spasial.
Istilah bahasa spasial yang dimaksud mencakup kata sifat dimensional, istilah bentuk, dan kata-kata yang menggambarkan fitur dan properti spasial. Sebagai contoh, orang tua akan menggambarkan bola sebagai benda berbentuk lingkaran dengan tepian melengkung kepada anak laki-laki.
Analisis menunjukkan bahwa pembicaraan semacam ini penting, secara perkembangan. Perbedaan gender dalam pembicaraan spasial balita terkait dengan penggunaan bahasa spasial orang tua mereka sebelumnya ketika mereka berusia 14 hingga 26 bulan.
“Anak-anak yang berbicara lebih banyak tentang dunia spasial memiliki keterampilan spasial yang lebih baik—keterampilan yang terkait dengan pencapaian dalam disiplin ilmu, teknologi, teknik, dan matematika (STEM),” demikian papar penulis dalam penelitian tersebut.
Artikel terkait: 7 Weton Anak Cerdas, Anak Parents Termasuk di Dalamnya?
2. Orang Tua Lebih Mungkin Bersikap Keras
Pada tahun 2017, sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Dr. Jennifer Mascaro menerbitkan temuan mereka tentang perilaku ayah terkait respons otak pada anak laki-laki dan perempuan.
Sebagai bagian dari studi yang lebih ekstensif tentang pengasuhan ayah, sebanyak 69 orang ayah bermain dengan anaknya yang masih berusia batita lalu diteliti. Hasilnya, penelitian yang kemudian diterbitkan dalam jurnal Behavioral Neuroscience menemukan bahwa orang tua lebih mungkin untuk terlibat dalam roughhousing atau permainan kasar dan tumbang (RTP) dengan anak laki-laki mereka dibandingkan anak perempuan.
Hal ini didasari dengan pertimbangan bahwa ‘bermain kasar’ dengan anak lelaki akan mendorong kecerdasan emosional mereka. “RTP melibatkan perilaku dinamis dan kuat, seperti menggelitik, ‘menusuk’, dan jatuh, yang dianggap dapat melatih regulasi emosi dan empati pada anak,” simpul peneliti.
Permainan fisik seperti ini umumnya juga lebih banyak datang dari ayah dibandingkan ibu. Ayah percaya bahwa jenis permainan ini bisa berhasil mengembangkan emosi fleksibel dan keterampilan mengatur emosi saat anak dewasa.
Artikel terkait: Mengenal Feromon dan Kaitannya dengan Ketertarikan Seksual
3. Jenis Mainan yang Berbeda
Selain cara bermain, jenis mainan juga ditengarai berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Kendati era sudah semakin berkembang, boneka untuk anak perempuan dan mobil-mobilan untuk anak laki-laki tidak selamanya menjadi tolak ukur baku.
Akan tetapi, tak bisa memungkiri ibarat mendarah daging kala orang tua memberikan mainan kepada anak berdasarkan jenis kelamin. Pada tahun 2018, Dr. David MacPhee membuat katalog mainan yang tersedia di 75 kamar anak-anak prasekolah AS.
Riset menarik ini diterbitkan dalam jurnal Sex Roles edisi Juni 2019. Hasilnya ditemukan perbedaan gender yang signifikan dalam mainan yang disediakan orang tua untuk anak laki-laki dan perempuan.
MacPhee menemukan bahwa kamar anak laki-laki cenderung dipenuhi figur aksi 15 kali lebih banyak daripada kamar anak perempuan. Anak laki-laki juga memenuhi kamarnya dengan alat peraga luar angkasa, permainan dramatis yang melibatkan senjata dan mesin berat.
Selama hampir lima dekade antara studi, peralatan olahraga adalah salah satu dari sedikit kategori mainan di mana kesenjangan antara apa yang ada di kamar tidur anak-anak menyempit secara signifikan.
Menariknya, MacPhee mengemukakan bahwa seiring bertambahnya usia anak-anak, mereka membuat permintaan mainan berjenis kelamin berdasarkan pengalaman di luar rumah. Dan dia juga menunjukkan bahwa pendapatan keluarga juga bisa berperan.
“Kami berspekulasi bahwa orang tua berpenghasilan rendah pada akhirnya mungkin lebih peduli tentang apakah anak-anak mereka memiliki mainan untuk dimainkan dan kurang fokus pada apakah mainan anak-anak mereka sesuai dengan gender,” tulisnya.
Hal ini nampaknya masuk akal mengingat anak-anak cenderung memainkan mainan lain yang tidak terduga dan jauh dari kata mahal. Remot televisi, kantong plastik, dan buka tutup kulkas cenderung lebih menarik menjadi mainan anak dibandingkan setumpuk mainan canggih dan mahal yang sudah orangtua belikan.
Apakah Parents turut melakukan hal yang serupa terhadap gen orang tua ini?
Baca juga:
13 Urutan Zodiak yang paling Cerdas Secara Emosional, Cek Zodiakmu Yuk!
id.theasianparent.com/sigma-male
Mengenal Pola Asuh Tiger Mom, Mendidik Buah Hati Minim Kompromi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.