Penelitian terbaru menjelaskan, gejala Long Covid seperti kelelahan dan sesak napas bisa dialami seseorang dan bertahan selama setahun. Penjelasan ini ditunjukkan dalam sebuah penelitian di China yang melakukan studi mengenai Long Covid atau efek samping jangka panjang pasien COVID-19 yang sudah dinyatakan negatif.
Artikel terkait: Memahami Terapi Plasma Konvalesen pada COVID-19, Ini Manfaat dan Efek Samping
Studi Tentang Gejala Long Covid yang Bisa Bertahan hingga Setahun
Dalam studi tersebut, seperti yang dikutip dari laman jurnal medis The Lancet, sekitar setengah pasien yang keluar dari rumah sakit akibat COVID-19 masih merasakan setidaknya satu gejala persisten. Gejala yang paling banyak dirasakan, di antaranya adalah kelelahan dan lemah otot yang bisa bertahan hingga 12 bulan atau satu tahun lamanya.
Penelitian mengenai Long Covid tersebut juga memaparkan, bahwa satu dari tiga pasien pun masih mengalami sesak napas selama setahun setelah mereka didiagnosis COVID-19. Angka ini dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan data pasien yang terkena efek penyakit berat lainnya.
“Pemulihan akibat COVID-19 ini bisa memakan waktu, paling tidak selama satu tahun. Jika tidak dilakukan perawatan atau pun mengikuti panduan rehabilitas, maka Long Covid ini bisa saja memengaruhi produktivitas dan keseharian para pasien nantinya,” tulis Tim Editorial penelitian dalam jurnal yang dipublikasikan di laman The Lancet.
Adapun studi ini dilakukan pada hampir 1.300 orang yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 dalam rentang waktu hingga Mei 2020 di Wuhan, China.
Pasien yang diamati, seperti dalam penjelasan studi, diketahui mengalami satu gejala Long Covid yang membaik sekitar 68 persen setelah 6 bulan. Gejala juga kembali membaik sekitar 49 persen ketika sudah melewati setahun atau 12 bulan lamanya.
Sementara, pasien yang mengalami masalah pernapasan meningkat sekitar 30 persen setelah setahun.
Perempuan Rentan Mengalami Gejala Persisten
Studi juga menyebut bahwa perempuan dinilai 43 persen lebih rentan mengalami gejala persisten seperti kelelahan dan kelemahan otot dibandingkan laki-laki. Selain itu, dalam studi pun dijelaskan, perempuan pun dinilai lebih berisiko mengalami kecemasan atau depresi setelah mengalami COVID-19.
Meski efeknya terbilang persisten, tetapi penelitian juga menyebutkan bahwa 88 persen pasien bisa kembali bekerja atau beraktivitas normal setelah menjalankan pemulihan selama setahun.
Maka itu, karena Long Covid bisa bertahan hingga setahun, para peneliti menekankan bahwa pemerintah di setiap negara perlu memberikan dukungan atau sarana pemulihan penuh bagi pasien COVID-19 maupun petugas kesehatan yang terinfeksi.
“Long Covid merupakan tantangan medis modern tingkat pertama yang perlu kita perhatikan,” pungkas editorial penelitian.
Artikel terkait: Vaksin COVID-19 untuk Anak Terus Diuji Coba, Bagaimana Hasilnya?
Faktor Risiko Long Covid
Hingga saat ini, penyebab adanya gejala persisten atau Long Covid masih belum diketahui. Namun, beberapa pakar menyebutkan, ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang mengalami Long Covid, di antaranya adalah:
- Mengalami gejala COVID-19 yang sedang hingga berat
- Usia pasien, seperti lebih rentan pada pasien lansia
- Memiliki obesitas atau komorbid tertentu
- Ketika mengalami COVID-19, pasien memerlukan bantuan oksigen untuk bernapas
- Memiliki lebih dari lima gejala COVID-19 dalam rentang waktu satu minggu atau di minggu pertama terinfeksi
Perawatan Gejala Long Covid
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) gejala Long Covid biasanya meliputi kelelahan, lemah otot, sakit kepala, sesak napas, jantung berdebar, batuk, demam, hingga gangguan kecemasan dan depresi.
Untuk mengatasi atau langkah perawatannya, pasien perlu menerapkan pola hidup sehat seperti mengonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, serta menghindari kebiasaan tidak sehat seperti merokok. Hal ini akan mengurangi tingkat keparahan dari Long Covid yang dialami.
Meski memang belum ada perawatan pasti terkait Long Covid, tetapi menjalani pola hidup sehat seperti yang telah disebutkan bisa membantu. Selain itu, mendapatkan vaksin COVID-19 bagi pasien yang belum menerima sebelumnya pun bisa menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan.
Artikel terkait: Penelitian Tunjukkan Anak Rentan Alami Long COVID-19, Ini Gejalanya
Hal ini pun dijelaskan oleh Direktur Medis Pengendalian Infeksi Universitas Wisconsin, Dr Nasia Safdar. Mengutip laman Medical News Today, ia menyebut bahwa sejumlah kasus tercatat bahwa pasien Long Covid bisa membaik setelah mendapat vaksinasi. Meski mekanismenya belum jelas, tetapi vaksinasi bisa menjadi salah satu upaya untuk meringankan gejala.
Selain menerapkan pola hidup sehat dan melakukan vaksinasi, beberapa hal yang dapat membantu meringankan gejala Long Covid, di antaranya adalah:
- Tidak memaksakan diri untuk langsung beraktivitas normal setelah dinyatakan sembuh dari COVID-19
- Melakukan aktivitas secara berangsur dan sesuai kemampuan
- Membangun rutinitas harian dan menjalin komunikasi dengan orang-orang terdekat untuk menjaga kesehatan mental pasca COVID-19
- Olahraga rutin, dengan intensitas olahraga yang disesuaikan dengan kemampuan
- Cukupi istirahat dan konsumsi makanan bergizi seimbang
Parents, itulah penelitian terbaru seputar gejala Long Covid. Tetap jaga kesehatan Anda selama pandemi ini dengan menerapkan protokol kesehatan dan menerapkan pola hidup sehat, ya. Semoga bermanfaat!
***
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca juga:
Vaksin Pfizer Akan Dibagi Gratis, Bagaimana Efikasi dan Efek Sampingnya?
Benarkah Penderita Thalassemia Sudah Bisa Menerima Vaksin Pfizer?
Memahami Terapi Plasma Konvalesen pada COVID-19, Ini Manfaat dan Efek Samping
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.