Gangguan pendengaran pada anak tidak bisa dianggap sepele dan dipandang sebelah mata lho, Parents.
Kondisi ini bisa sangat berbahaya, terutama pada anak-anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang yang pesat. Hal ini karena gangguan pendengaran dapat memengaruhi perkembangan bahasa, berbicara, hingga kemampuan kognitif anak.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 2021, lebih dari 5% populasi dunia mengidap gangguan pendengaran.
Secara total, ada 432 juta orang dewasa dan 34 juta anak-anak yang menderita gangguan pendengaran.
Ditaksir, pada tahun 2050 mendatang, hampir 2,5 miliar orang mengalami gangguan pendengaran pada tingkat tertentu dan setidaknya 700 juta akan memerlukan rehabilitasi pendengaran. Seram, ya!
Maka itu, sebagai orang tua, kita perlu tahu nih, apa saja sebenarnya penyebab gangguan pendengaran pada anak, gejala, serta upaya pencegahannya.
Artikel Terkait: Gangguan pendengaran pada anak, begini cara mendeteksinya sejak dini
Penyebab dan Faktor Risiko Gangguan Pendengaran pada Anak
Dokter Hably Warganegara, Sp. THT-KL, MARS, Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor risiko yang menyebabkan anak menderita gangguan pendengaran bawaan lahir (kongenital).
Beberapa di antaranya adalah:
Riwayat Kehamilan ibu
- Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran sejak masa anak-anak
- Riwayat infeksi TORCHS (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes, Sifilis) pada kehamilan
- Penggunaan obat ototoksik pada ibu hamil.
Riwayat Kelahiran
- Berat badan lahir rendah (kurang dari 1500 gram)
- Hiperbilirubinemia yang memerlukan transfusi tukar darah
- Asfiksia (kekurangan kadar oksigen) dengan nilai Apgar score 0-4 pada menit pertama atau 0-6 pada 5 menit.
- Penggunaan ventilasi mekanik selama 5 hari atau lebih
- Kelainan bentuk pada kepala dan wajah, termasuk kelainan pada daun dan liang telinga
- Terdapat kelainan lain yang merupakan sindrom tertentu yang diketahui melibatkan gangguan pendengaran sensorineural atau konduktif.
- Menderita meningitis bakterialis.
Efek Samping Pengobatan
Selain itu, efek samping dari penggunaan obat-obatan yang diberikan juga dapat menjadi penyebab gangguan pendengaran pada anak.
Ada beberapa obat yang dapat menjadi ototoksik atau berbahaya bagi pendengaran bayi.
Dikutip dari laman Healthy Hearing, setidaknya ada 200 obat ototoksik yang terkait dengan gangguan pendengaran dan tinnitus.
Salah satu contohnya adalah aminoglikosida, kelas antibiotik yang sering diberikan kepada bayi untuk komplikasi kelahiran atau infeksi seperti pneumonia.
Meskipun menyelamatkan nyawa bagi banyak bayi yang sakit atau prematur, diperkirakan sekitar 20 hingga 60 persen bayi yang menerima antibiotik ini menderita gangguan pendengaran sebagian atau seluruhnya.
Gejala Gangguan Pendengaran pada Anak
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tanda dan gejala gangguan pendengaran berbeda untuk setiap anak.
Namun umumnya, tanda dan gejala gangguan pendengaran bisa dilihat dari segi usia sang anak.
Tanda-Tanda pada Bayi
- Tidak kaget dengan suara keras
- Tidak menoleh ke sumber suara setelah usia 6 bulan
- Tidak mengucapkan sepatah kata pun, seperti “dada” atau “mama” pada usia 1 tahun.
- Berpaling ketika dia melihat wajah orang lain, tetapi tidak jika Anda hanya memanggil namanya. Hal ini terkadang disalahartikan karena tidak memerhatikan atau hanya mengabaikan, tetapi bisa jadi merupakan akibat dari kehilangan pendengaran sebagian atau seluruhnya.
- Tampaknya mendengar beberapa suara, tetapi tidak yang lain.
Tanda pada Anak-Anak
- Kemampuan bicara tertunda
- Ucapan tidak jelas
- Tidak mengikuti petunjuk. Hal ini terkadang disalahartikan karena tidak memerhatikan atau hanya mengabaikan, tetapi bisa jadi merupakan akibat dari kehilangan pendengaran sebagian atau seluruhnya.
- Sering berkata, “Hah?”
- Sering menonton TV dengan volume terlalu tinggi.
Bayi dan anak-anak harus mencapai tonggak (milestone) dalam cara mereka bermain, belajar, berkomunikasi, dan bertindak.
Keterlambatan dalam salah satu tonggak ini bisa menjadi tanda gangguan pendengaran pada anak atau masalah perkembangan lainnya.
Jika orangtua berpikir bahwa anak mungkin mengalami gangguan pendengaran, tanyakan kepada dokter anak untuk pemeriksaan pendengaran sesegera mungkin.
Bahkan, jika seorang anak telah melewati pemeriksaan pendengaran sebelumnya, penting untuk memerhatikan tanda-tanda tersebut.
Siapa Saja yang Berisiko Mengalami Gangguan Pendengaran?
Menurut laman Kids Health, anak-anak mungkin berisiko lebih tinggi mengalami gangguan pendengaran jika mereka:
- lahir lebih awal (prematur)
- tinggal di unit perawatan intensif neonatal (NICU)
- mendapat obat-obatan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran
- mengalami komplikasi saat lahir
- mendapatkan banyak infeksi telinga
- memiliki infeksi yang dapat merusak pendengaran, seperti meningitis atau cytomegalovirus.
Dokter akan memeriksa pendengaran anak pada pemeriksaan rutin. Tes pendengaran dimulai ketika anak-anak berusia 4 tahun.
Jika Parents memiliki kekhawatiran tentang pendengaran bayi, bicarakan dengan dokter.
Diagnosis dan Deteksi Dini
Semua bayi harus menjalani pemeriksaan pendengaran selambat-lambatnya pada usia 1 bulan. Sebagian besar bayi diperiksa pendengarannya saat masih di rumah sakit.
Jika bayi tidak lulus pemeriksaan pendengaran, sangat penting untuk mendapatkan tes pendengaran lengkap sesegera mungkin, tetapi tidak lebih dari usia 3 bulan.
Ada beberapa cara untuk mengetahui bayi memiliki gangguan pendengaran kongenital (bawaan lahir), yaitu dengan mengamati respon bayi terhadap suara.
Bayi 0-1 bulan yang pendengarannya normal akan melakukan beberapa hal ini jika mendengar suara:
- Refleks moro (bayi kaget)
- Grimacing (mengerutkan wajah)
- Berhenti menyusu atau mengisap lebih cepat
- Bernapas lebih cepat
- Ritme jantung lebih cepat
Jika bayi tidak menunjukan respon apapun saat mendengar suara, sebaiknya Parents langsung memeriksakannya ke dokter.
Sementara pada anak-anak, cara mendiagnosis terjadinya gangguan pendengaran adalah dengan menjalani tes pendengaran, sebelum mereka masuk sekolah atau setiap kali ada kekhawatiran tentang pendengaran anak tersebut.
Anak-anak yang tidak lulus pemeriksaan pendengaran perlu mendapatkan tes pendengaran lengkap sesegera mungkin.
Artikel Terkait: Deteksi Dini Gangguan Pendengaran pada Anak
Bayi Baru Lahir Sebaiknya Menjalani Tes OAE untuk Menilai Pendengarannya
Otoacoustic emissions (OAE) adalah alat untuk mengukur getaran suara dalam liang telinga yang dihasilkan dari getaran sel rambut pada telinga bagian dalam.
Sel rambut berfungsi sebagai amplifier (penguat) suara untuk dihantarkan ke saraf-saraf pendengaran sehingga terjadi proses pendengaran.
Prosedur pemeriksaan OAE ditujukan untuk bayi baru lahir guna mendeteksi pendengaran awal pada bayi.
Prosedur pemeriksaan OAE dilakukan menggunakan sebuah alat kecil seperti headset yang dimasukkan ke dalam liang telinga.
Alat kecil tersebut akan mengeluarkan bunyi halus yang direspon oleh sel rambut dan dipantulkan ke dalam liang telinga, kemudian ditangkap oleh mikrofon mini.
Tes ini biasanya berlangsung kurang dari 30 menit. Berikut keunggulan lain OAE:
- OAE mendeteksi kelainan awal pendengaran pada anak karena pemeriksaannya yang cukup mudah
- Tidak menyakitkan
- Anak tidak perlu ditidurkan
- Tidak memerlukan obat-obatan khusus
- Hasilnya tidak dipengaruhi oleh fungsi otak lain seperti kemampuan kognitif, perilaku anak, sikap dan motivasi anak.
- Pemeriksaan OAE juga dapat menilai fungsi telinga kiri dan kanan karena hasilnya tidak dipengaruhi oleh fungsi telinga lainnya.
Kapan Harus ke Dokter?
- Jika Parents berpikir bahwa anak mungkin mengalami gangguan pendengaran, tanyakan kepada dokter anak untuk pemeriksaan pendengaran sesegera mungkin. Jangan menunggu!
- Jika anak tidak lulus pemeriksaan pendengaran, mintalah dokter anak untuk melakukan tes pendengaran lengkap sesegera mungkin.
- Jika anak mengalami gangguan pendengaran, bicarakan dengan dokter anak tentang layanan pengobatan dan intervensi.
Pencegahan dan Pengobatan
CDC menyebutkan bahwa tidak ada pengobatan atau intervensi tunggal terkait gangguan pendengaran pada anak.
Rencana perawatan yang baik akan mencakup pemantauan ketat, tindak lanjut dan perubahan apa pun yang diperlukan di sepanjang jalan.
Ada berbagai jenis pilihan komunikasi untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran dan untuk keluarga mereka. Beberapa opsi ini meliputi:
- Mempelajari cara lain untuk berkomunikasi, seperti bahasa isyarat
- Teknologi untuk membantu komunikasi, seperti alat bantu dengar dan implan koklea
- Pengobatan dan pembedahan untuk memperbaiki beberapa jenis gangguan pendengaran
- Layanan dukungan keluarga
Terlepas dari itu, setiap orang tua pasti menginginkan untuk memiliki anak dengan kemampuan pendengaran yang baik.
Untuk itu, ada beberapa pencegahan gangguan pendengaran yang dapat dilakukan jauh sebelum terjadi gangguan pendengaran pada anak, yaitu:
- Melakukan perawatan kehamilan yang sehat.
- Parents juga harus memastikan anak mendapatkan semua vaksin anak atau imunisasi secara teratur.
- Jauhkan anak dari tingkat kebisingan yang tinggi, seperti dari mainan yang sangat keras.
- Sering melakukan stimulasi pendengaran sesuai usia anak.
Itulah beberapa informasi seputar gangguan pendengaran pada anak.
Semoga bermanfaat ya, Parents!
***
Artikel telah diupdate oleh: Nikita Yulia
Baca Juga:
Inilah 4 jenis gangguan pendengaran pada anak dan cara mengobatinya!
5 Cara Mudah dan Sederhana Menstimulasi Indera Pendengaran Anak
Waspada infeksi telinga pada bayi, kenali gejala dan cara penanganannya berikut ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.