X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Artikel Premium
  • Breastfeeding Week 2023
  • Ruam Popok Expert
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Kulit Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Awards
    • TAP x Tokopedia Awards 2023

Deteksi Dini Gangguan Pendengaran pada Anak

3 Jan, 2015

Deteksi dini gangguan pendengaran pada anak bisa diketahui sejak bayi baru lahir. Apa saja langkahnya?

Deteksi dini gangguan pendengaran anak

Deteksi dini gangguan pendengaran anak

Gangguan pendengaran pada anak merupakan kelainan yang paling sering ditemui pada bayi baru lahir. Menurut sebuah penelitian, 3 dari 1000 anak yang lahir terdeteksi menderita tunarungu.

Ada beberapa faktor penyebab gangguan pendengaran pada bayi. Sebaiknya deteksi dilakukan sejak dini sehingga langkah penanganannya pun dapat dilakukan sejak usia dini pula.

1. Mengenali faktor risiko

1. Mengenali faktor risiko

Deteksi dini gangguan pendengaran idealnya dilakukan pada setiap bayi baru lahir oleh tim medis yang membantu persalinan.

Tes ini sangat penting terutama bagi bayi yang lahir dengan beberapa faktor risiko, seperti:

bila ada yang bisu dan/atau tuli di dalam keluarga pernah terjadi infeksi di masa kehamilanriwayat eklampsia pada masa kehamilan persalinan patologis persalinan dengan bantuan alat seperti vacuum bayi lahir tidak segera menangis dan gangguan lainnya.
2. Pemeriksaan OAE

2. Pemeriksaan OAE

Pemeriksaan gangguan pendengaran bisa dilakukan dengan penggunaan peralatan medis, dan tahap pertamanya adalah pemeriksaan OAE (Oto Acoustic Emissions).

Pemeriksaan ini merupakan teknik pemeriksaan rumah siput (kohlea) berdasarkan prinsip elektrofisiologik.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan sehat tidaknya rumah siput yang berperan sebagai sensor bunyi dari luar. Biasanya pemeriksaan OAE dilakukan pada saat bayi baru lahir. Tingkat sensitivitas metode pemeriksaan OAE mencapai 100%.

3. Screening

3. Screening

Screening merupakan cara deteksi gangguan pendengaran secara sederhana melalui pengamatan terhadap respon bayi yang berusia di bawah 1 bulan. Respon yang diamati misalnya reflek mengerjapkan mata (reflek auropelpebral), ritme detak jantung, reflek saat menyusu (cessation reflek), ekspresi wajah (grimacing) dan reflek ekstrim lain yang bisa ditengarai dari perubahan bayi saat diberikan suara agak keras.

Pengamatan masih tetap diperlukan hingga tahap perkembangan bayi sampai usia 3 bulan, sebab secara umum pada usia tersebut, mereka telah menunjukkan kemampuan seperti mengoceh, tertawa, dan memperlihatkan reaksi saat mendengar suara keras.

4. Pemeriksaan AABR

4. Pemeriksaan AABR

Pemeriksaan lanjutan gangguan pendengaran dilakukan dengan metode AABR (Automatic Auditory Brain Response). Metode ini menggunakan stimulus bunyi melalui tranduser ke dalam liang telinga yang secara otomatis diinterpretasi oleh komputer.

Pemeriksaan ini seringkali menjadi tahap lanjutan dari pemeriksaan OAE dan dilakukan saat bayi berusia 1-3 bulan.

5. Pemeriksaan BERA

5. Pemeriksaan BERA

Pemeriksaan BERA (Branstem, Evoked, Response, Audimetry) umumnya dilakukan pada bayi yang dicurigai mengalami gangguan pendengaran setelah melakukan pemeriksaan awal ataupun memiliki tanda-tanda seperti terlambat bicara, anak dengan gangguan sifat dan tingkah laku (autisme), dan bayi/ anak dengan cacat ganda (sindroma).

Bila dari tes BERA diketahui adanya kelainan, bayi disarankan mengikuti tes pendengaran yang lebih detail. Usia bayi tidak lebih dari 3 bulan ketika dia melakukan tes lanjutan. Evaluasi ini dapat menentukan jenis dan penyebab gangguan pendengaran, sehingga bisa ditentukan penanganan yang tepat.

6. Pemeriksaan Timpanometri

6. Pemeriksaan Timpanometri

Tahapan selanjutnya berupa pemeriksaan Timpanometri. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati kemampuan telinga tengah dan fungsi tuba Eustachius. Pada pemeriksaan yang dilakukan pada bayi di bawah 6 bulan digunakan metode timpanometri frekuensi tinggi.
7. Pemeriksaan AASR

7. Pemeriksaan AASR

Tahapan terakhir untuk pemeriksaan gangguan pendengaran adalah ASSR (Auditory Steady State Response). Pemeriksaan ini untuk mengetahui informasi ambang pendengaran anak pada frekuensi tertentu.

Dari pemeriksaan ini dapat dirumuskan analisa audiometri yang dijadikan dasar untuk fitting alat bantu dengar serta mengetahui prosentase pendengaran yang masih ada sebagai pertimbangan untuk implant kohlea.

8. Habilitasi

8. Habilitasi

Jika dari rangkaian pemeriksaan gangguan pendengaran di atas, bayi kita dikatakan positif menderita gangguan pendengaran, maka langkah selanjutnya adalah melakukan habilitasi. Habilitasi ini bisa berupa pemasangan alat bantu dengar ataupun dilakukan implant kohlea.

Mengenai habilitasi yang tepat, tentunya akan dilakukan oleh pihak medis setelah mempelajari hasil analisa dari rangkaian pemeriksaan sebelumnya.

Parents, semoga ulasan di atas bermanfaat.

Selanjutnya
img

Penulis

Tyas

  • Halaman Depan
  • /
  • Kesehatan
  • /
  • Deteksi Dini Gangguan Pendengaran pada Anak
Bagikan:
  • Terserang rasa depresi saat menstruasi hingga ingin bunuh diri, normalkah?

    Terserang rasa depresi saat menstruasi hingga ingin bunuh diri, normalkah?

  • Anak Suka Ngompol, Kenali Penyebabnya dan Cara Mengatasinya

    Anak Suka Ngompol, Kenali Penyebabnya dan Cara Mengatasinya

  • 20 Rekomendasi Film Semi Thailand, Romantis dan Sensual

    20 Rekomendasi Film Semi Thailand, Romantis dan Sensual

  • Terserang rasa depresi saat menstruasi hingga ingin bunuh diri, normalkah?

    Terserang rasa depresi saat menstruasi hingga ingin bunuh diri, normalkah?

  • Anak Suka Ngompol, Kenali Penyebabnya dan Cara Mengatasinya

    Anak Suka Ngompol, Kenali Penyebabnya dan Cara Mengatasinya

  • 20 Rekomendasi Film Semi Thailand, Romantis dan Sensual

    20 Rekomendasi Film Semi Thailand, Romantis dan Sensual

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2023. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.