Ada pro dan kontra yang tak kunjung selesai mengenai gadget dan anak. Di satu sisi, orangtua tidak ingin ketinggalan dalam hal teknologi. Di sisi yang lain, ada banyak dampak negatif secara fisik dan mental untuk perkembangan anak.
Jangankan anak. Saat ini, orang dewasa pun menemui masalah yang sama. Hampir sulit menemukan orang dewasa yang tidak memegang gadget di tangannya.
Jika orang dewasa saja sulit untuk berpisah dari gadget, bagaimana dengan anak-anak? Bukankankah anak-anak hanya meniru perilaku orang dewasa? Artikel ini akan membedah serba-serbi gadget dan jalan tengahnya.
Kelompok Anti Gadget

Catherine Steiner-Adair mewawancarai sekitar 1000 anak serta 500 orangtua untuk proyek buku The Disconnect : Parentig Childhood and Family Relationship in the Digital Age. Dalam banyak wawancara, ia mengatakan bahwa era digital membuat anak berpikir tentang hipokrisi orangtua.
“Orangtua bilang, jangan pakai gadget di meja makan. Tapi dia sendiri menerima telepon. Mengapa anak kecil dan orang dewasa punya wewenang yang berbeda dalam hal ini? Bukankah itu penyalahgunaan wewenang?”
Kepada Time, Steiner-Adair juga mengatakan bahwa bibit hipokrisi orangtua juga berpengaruh kepada anak di masa depan karena anak bisa bepikir bahwa menjadi dewasa bisa berarti mereka tak perlu mengikuti aturan lagi.
Bagi balita, memainkan layar sentuh bisa berarti mencari koneksi dari orangtua. Karena balita juga menginginkan apa yang selama ini menjadi fokus perhatian orangtuanya.
Bahkan, praktisi kesehatan anak Aby League mengatakan bahwa teknologi malah akan merusak otak anak dan membuat anak menderita penyakit mental. Dalam artikelnya, ia menyalahkan gadget sebagai salah satu sebab keterlambatan bicara pada anak.
Riset dari Yayasan Keluarga Kaiser mengungkapkan bahwa rata-rata setiap anak menghabiskan waktu tujuh setengah jam di depan layar. Bandingkan dengan data dari konservasi alam yang memaparkan bahwa anak-anak pra-sekolah hanya menghabiskan waktu satu setengah jam untuk bermain di luar ruangan.
Biasanya, saat berumur 7 tahun, anak-anak sudah meninggalkan permainan tradisional sepenuhnya dan beralih ke gadget. Inilah yang menyebabkan orangtua khawatir anaknya memiliki postur bungkuk sejak dini karena sering menunduk saat main dengan layar sentuhnya.
Selain itu, permainan yang mengandung kekerasan mestinya tidak boleh berada di gadget anak di bawah 13 tahun. Demikian menurut American Academy of Pediatrics (AAP). Mereka merekomendasikan agar orangtua membuat aturan soal durasi bermain gadget yang sehat. Yaitu antara 1-2 jam perhari.
Saat seorang anak memilih untuk duduk tenang dengan layar sentuhnya, ia akan kehilangan kesempatan untuk bergerak aktif yang dapat berguna untuk perkembangan fisik dan mentalnya.
Kelompok Pro Gadget

Tak dapat dipungkiri, gadget dapat membuat anak jadi lebih pintar. Balita masa kini belajar bahasa, bentuk, lagu, hitungan, dan banyak hal lain dari aplikasi yang ada di gadget. Untuk anak sekolah pun, pilihan yang tersedia untuk sarana belajar anak lebih bervariasi.
Bahkan, beberapa sekolah telah memiliki aplikasinya masing-masing. Dalam hal ini, menjauhkan anak dari gadget hanya akan membuat mereka kesulitan dengan sistem sekolah yang sekarang ini serba komputerisasi.
Bahkan, tak sulit menemukan anak-anak yang pada akhirnya lebih jago dalam hal teknologi melebihi orangtuanya di usia muda. Rasanya, menciptakan orang-orang seperti Bill Gates-nya Windows, Steve Jobes-nya Apple, dan Linus Torvalds-nya Linux bukanlah hal yang mustahil.
Jalan tengah menyikapi gadget untuk anak
Karena Gadget adalah hal yang tidak dapat ditinggalkan sepenuhnya dan tidak selalu membawa pengaruh baik, maka perlu adanya pembatasan dalam penggunaanya.
Ini cara membatasi gadget utuk anak yang direkomendasikan AAP:
- Jauhkan televisi, gadget, dan internet dari kamar anak
- Awasi apa saja yang diakses oleh anak di gadgetnya
- Jangan pernah menggunakan gadget untuk menenangkan anak yang menangis maupun mengamuk
- Gunakan media televisi, video, maupun aplikasi untuk mendidkusikan nilai-nilai yang dianut oleh keluarga
- Gunakan alasan logis saat membatasi televisi, sosial media, dan internet.

Waspadai ciri-ciri anak yang kecanduan Gadget
- Menghabiskan waktu lebih dari 2 jam untuk gadget
- Melakukan protes atas segala pembatasan dan aturan soal gadget
- Tidak dapat melewatkan waktu seharipun tanpa gadget
Artikel terkait: 6 Tips Mengatasi Kecanduan Gadget Pada Anak
Pada akhirnya, perdebatan pro gagdget dan anti gadget akan membawa orangtua dalam pusaran yang tak selesai. Seperti halnya perdebatan tentang pandangan politik maupun agama. Tapi ingat, dalam setiap pro dan kontranya, selalu ada solusi.
Baca juga:
Kisah Nyata: Begini Dampak Gadget Pada Perkembangan Anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.