Sebelum sang istri, Citra Soeroso, meninggal dunia, Chico Hakim sempat mencari donor ASI untuk anak keduanya yang baru lahir. Kondisi tersebut turut menguak fakta donor ASI.
Semua ibu pasti akan melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan ASI bayinya. Namun, untuk ibu yang kesulitan menyusui, bisa meminta pertolongan donor ASI dari ibu lain yang kelebihan stok.
Meski begitu, masih banyak yang ragu dan belum paham tentang apa dan bagaimana praktik donor ASI itu.
6 Fakta Donor ASI
Berikut ini adalah fakta donor ASI yang perlu Anda ketahui yang dilansir dari berbagai sumber:
1. Alasan Medis Menggunakan Pengganti ASI
Berdasarkan organisasi kesehatan dunia WHO dan dana anak perserikatan bangsa-bangsa UNICEF, berikut ini adalah alasan medis menggunakan pengganti ASI:
Indikasi pada bayi yang mungkin memerlukan suplementasi:
- Bayi lahir dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu atau berat lahir sangat rendah, yaitu kurang dari 1,5 kilogram.
- Kondisi bayi yang kadar gula darahnya gagal merespons pemberian ASI atau lahir dengan risiko mengalami hipoglikemia karena gangguan adaptasi metabolis atau peningkatan kebutuhan glukosa akibat kecil masa kehamilan, lahir prematur, mengalami stres hipoksik/iskemik, bayi sakit, bayi dengan ibu yang menderita diabetes.
- Bayi dengan kondisi menyusui atau memerah ASI masih belum bisa mengimbangi kebutuhan carian atau bayi dengan kondisi kehilangan cairan akut, misalnya karena fototerapi untuk jaundice atau bayi kuning.
- Berat badan bayi turun antara 7% – 10% setelah hari ke-3 sampai hari ke-5 disebabkan laktogenesis II terlambat dilakukan.
- Pada hari ke-5 setelah persalinan, bayi masih mengalami BAB berupa mekonium.
Indikasi pada Ibu:
- Kondisi ibu mengalami kelainan payudara, ibu dengan riwayat operasi pada payudara, atau jaringan payudara tidak berkembang.
- Mengalami sakit berat seperti psikosis, sepsis, eklamsia, atau mengalami renjatan/shock, infeksi virus herpes simpleks tipe 1 dengan lesi di payudara, infeksi varicella zoster pada ibu dalam kurun waktu lima hari sebelum dan dua hari sesudah melahirkan.
- Ibu HIV+. Namun, pemberian minum ASI pada bayi dengan kondisi ibu HIV+ sebaiknya melalui proses konseling saat ibu hamil.
- Mendapat sitostatika, radioaktif tertentu, seperti Iodine 131, obat-obatan antitiroid selain Propylthiouracil.
- Ibu pengguna obat-obatan terlarang.
Artikel terkait: Istri meninggal, ayah ini berusaha mencari donor ASI untuk bayinya yang baru lahir
2. Fakta Donor ASI: Bukan Solusi Permanen
Meski mengalami kendala dan tantangan menyusui, sebaiknya ibu memberikan donor ASI bukan sebagai solusi yang permanen, tetapi hanya tindakan sementara.
Agar bisa sama-sama mencari jalan keluar terhadap tantangan menyusui, pemberian donor ASI ini harus dilakukan dengan pendampingan seorang konselor menyusui. Dengan begitu, ibu tidak membutuhkan lagi donor ASI karena dia bisa menyusui.
Selain itu, diutamakan juga untuk kondisi yang bersifat darurat, seperti bayi sakit, dirawat di UGD, ASI ibunya drop karena stres, ibu meninggal, ibu dirawat di rumah sakit, ibu yang dalam proses relaktasi atau ingin kembali menyusui setelah sebelumnya menghadapi kendala menyusui.
Sementara itu, donor ASI bukan untuk masalah ibu dengan kondisi puting payudara lecet, payudara bengkak. Jika kondisi tersebut yang dihadapi, maka ibu harus melakukan konseling dengan konselor menyusui.
3. Usia Bayi yang Bisa Mendapat Donor ASI
Meski bayi di atas usia 6 bulan masih bisa mendapat donor ASI, tapi yang diprioritaskan adalah bayi di bawah 6 bulan. Pasalnya, bayi di bawah usia 6 bulan masih dalam masa ASI eksklusif.
Sedangkan bayi di atas usia 6 bulan, sudah mendapat makanan tambahan. Bila merasa ASI-nya kurang atau tidak mencukupi, ibu bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dari makanan tambahan.
Artikel terkait: Bagaimana hukum donor ASI dalam agama Islam? Ini penjelasannya
4. Donor ASI Sebaiknya Tidak Memungut Biaya
Yang namanya donor harus dilakukan secara sukarela alias tidak ada biaya di dalamnya. Begitu pun dengan donor ASI, sebaiknya tidak ada pemungutan biaya dalam pelaksanaannya.
Kalaupun perlu biaya, hanya untuk mengganti botol atau kurir yang mengantar saja.
Bagi Anda yang membutuhkan donor ASI dapat mengisi formulir lewat komunitas ASI atau AIMI, termasuk kolom kriteria pendonor yang dicari.
5. Syarat Seseorang Boleh Mendonorkan ASI-nya
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi jika seseorang mendonorkan ASI-nya:
- Seseorang yang menerima donor darah atau produk darah lainnya dalam 1 tahun terakhir
- Mereka yang menerima transplantasi organ/jaringan dalam 1 tahun terakhir
- Pengguna rutin obat-obatan over the counter seperti aspirin, acetaminophen, dan sebagainya, pengobatan sistemik lainnya (pengguna kontrasepsi atau hormon pengganti tertentu masih dimungkinkan
- Pengguna vitamin megadosis atau obat-obatan herba
- Perokok
- Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
- Minum alkohol secara rutin sebanyak 2 ounces atau lebih dalam periode 24 jam
- Vegetarian total yang tidak memakai suplementasi vitamin B12
- Seseorang dengan riwayat hepatitis, gangguan sistemik lainnya atau infeksi kronis, misalnya: HIV, HTLV, sifilis, CMV – pada bayi prematur
- Jika terbukti negatif secara serologis terhadap HIV-1 dan HIV-2, HTLV-I dan HTLV-II, hepatitis B, hepatitis C, dan sifilis, disarankan untuk memeriksakan diri. Langkah ini juga harus dilakukan untuk setiap ibu hamil untuk mencegah penularan penyakit dari ibu kepada bayi
- Mereka yang menggunakan implan silikon payudara
- Seseorang dengan risiko HIV karena pasangan HIV positif, mempunyai tato ataupun memiliki body piercing
- Untuk diketahui, melakukan pemeriksaan dan kriteria donor harus terus diulangi setiap kehamilan atau menjalani persalinan baru.
Artikel terkait: 5 Kisah suka dua para artis yang pernah menjadi pendonor ASI
6. Hal yang Perlu Dipertimbangkan Orangtua untuk Bayi yang Butuh Donor ASI
Ibu bisa menjadi pendonor ASI jika memenuhi beberapa tes atau beberapa tahap penapisan.
Seperti dikutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia, berikut ini adalah beberapa tahap penapisan yang harus dilalui oleh calon pendonor ASI:
Penapisan I
- Ibu dengan seorang bayi berusia kurang dari 6 bulan
- Kondisi ibu sehat dan tidak memiliki kontra indikasi menyusui
- Lantaran produksi ASI miliknya sudah memenuhi kebutuhan buah hati, maka memutuskan mendonasikan ASI karena produksi berlebih
- Ibu dengan kondisi tidak menerima transfusi darah atau transplantasi organ/jaringan dalam 12 bulan terakhir
- Ibu tidak sedang mengonsumsi obat-obatan, termasuk insulin, hormon tiroid, dan produk yang bisa mempengaruhi bayi. Selain itu, jika mengonsumsi obat atau suplemen herbal harus dinilai kompatibilitasnya terhadap ASI
- Ibu juga tidak memiliki riwayat menderita penyakit menular, seperti hepatitis, HIV, atau HTLV2
- Tidak memiliki pasangan seksual yang berisiko menularkan penyakit HIV, HTLV2, hepatitis B/C, dan penderita hemofilia yang rutin menerima komponen darah, serta tidak menggunakan obat ilegal, perokok, atau minum beralkohol.
Penapisan II
- Ibu menjalani skrining tes kesehatan yang terdiri dari tes HIV, human T-lymphotropic virus (HTLV), sifilis, hepatitis B, hepatitis C, dan bila akan memberikan ASI pada bayi prematur maka harus menjalani tes CMV
- Jika merasa ragu terhadap status pendonor, maka ibu dapat menjalani tes setiap 3 bulan
- Setelah menjalani tahapan penapisan, maka ASI yang diberikan harus bebas dari virus atau bakteri. Langkah yang bisa dilakukan adalah melakukan pasteurisasi atau pemanasan.
Calon pendonor ASI harus mendapatkan pelatihan tentang kebersihan, cara memerah, dan menyimpan ASI. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kebersihan, cara penyimpanan, pemberian, dan pemerahan air susu ASI.
Pendonor harus cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, kemudian keringkan dengan handuk bersih sebelum memerah ASI.
Lalu, tempatkan air susu yang diperah di tempat bersih, dan gunakan pompa yang bagiannya mudah dibersihkan. Sekadar diketahui, pompa ASI tipe balon karet berisiko terkontaminasi. Karena itu, pilihlah yang modelnya tanpa karet
Air susu juga harus disimpan pada tempat tertutup, botol kaca, kontainer plastik dari bahan polypropylene atau polycarbonate, botol bayi gelas atau plastik standar (perhatikan tata cara penyimpanan ASI).
Itulah enam fakta donor ASI yang harus diketahui Parents bila kondisi tersebut harus dihadapi. Semoga informasinya bermanfaat ya!
Baca juga:
Hati-Hati! Ada Pria Cabul Minta Donor ASI Lalu Meminumnya Sendiri
Penerima Donor ASI Gagal Menikah, Setelah Tahu Calon Pasangan adalah Saudara Sepersusuan
Bayi-nya Meninggal di Kandungan, Ibu ini Donor ASI hingga 60 Liter
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.