Merasa sensitif dengan apa yang terjadi di sekitar merupakan emosi yang wajar dan alami. Namun, jika perasaan yang muncul sangat peka bahkan berlebihan, bisa jadi hal tersebut menjadi tanda emotional sponge.
Hal tersebut bisa saja menguntungkan karena bisa membuat seseorang menjadi perseptif. Namun, itu juga merupakan faktor yang dapat membuat mereka menjadi sangat emosional.
Lebih lanjut perasaan-perasaan tersebut bisa membuat mereka kewalahan karena menyerap emosi yang negatif. Kadangkala kepribadian ini membuatnya merasa bertanggung jawab dan harus menyelesaikan masalah orang lain.
Apa Itu Emotional Sponge?
Dalam keadaan tertentu, seseorang bisa sangat peka dan sensitif dengan emosi di sekitarnya. Mengutip Exploring Your Mind, kondisi itu disebut dengan emotional sponge, yakni kepribadian yang membuat seseorang dengan mudah menyerap emosi yang mengelilingi mereka.
Layaknya sebuah spons, apa saja yang disekitarnya bisa diserap dengan mudah termasuk emosi negatif. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuatnya menjadi sangat emosional. Tidak jarang mereka merasakan ketegangan dan stres terus menerus yang sulit dihilangkan.
Jika yang diserap berupa emosi positif, maka tubuh akan mengasimilasinya dan mengembangkan emosi yang baik. Sebaliknya, bila mereka menerima emosi negatif, hal tersebut sering kali terasa menyerang dan melelahkan. Dalam hal hubungan, kepekaan empati bisa sangat berdampak, banyak yang tetap melajang karena mereka belum belajar untuk menegosiasikan kebutuhan hidup bersama khusus mereka dengan pasangan.
Artikel terkait : Emotional Baby Kini Sudah Balita dan Menjadi Emotional Toddler
Tanda Seseorang Memiliki Emotional Sponge
Terkadang ada orang yang dicap terlalu terlalu emosional atau terlalu sensitif ketika mudah terluka dan cenderung bereaksi berlebihan ketika harus mengatasi stres emosional. Ada beberapa tanda yang menunjukkan seseorang mengalami emotional sponge. Berikut tanda-tandannya seperti dikutip dari Concellor Who Cares.
1. Memiliki Empati Tinggi Jadi Salah Satu Tanda Emotional Sponge
Empati merupakan kemampuan untuk dapat memahami apa yang orang lain rasakan di luar perspektif pribadi. Sifat ini memungkinkan seseorang untuk dapat memahami tingkat rasa sakit seperti apa yang dialami orang lain bahkan jika dirinya belum pernah mengalami yang mereka alami. Berempati memang hal baik bila sesuai porsinya, tetapi bila terlalu sering, bisa menyebabkan beban mental.
2. Sulit Menangani Emosi Sendiri
Untuk seseorang yang mungkin merasa sulit untuk menangani emosi mereka sendiri, mungkin melihat diri mereka berusaha sekuat tenaga untuk menghindari konfrontasi apa pun.
Tiba-tiba mereka menjadi sangat marah pada hal-hal kecil karena terlalu memendam emosi sendiri. Dirinya mungkin juga cenderung tidak merasa seperti diri biasanya. Ketika seseorang sering ada untuk orang lain lebih dari dirinya sendiri, ini adalah saat yang sangat sulit untuk dapat menjaga emosinya sendiri.
Artikel terkait : 5 Cara mengembangkan kecerdasan emosional anak, ini yang perlu Parents
3. Memiliki Intuisi yang Baik
Intuisi yang kuat memang sangat baik dalam menghadapi beberapa situasi. Seseorang yang memiliki intuisi yang baik ia cenderung memiliki firasat sebelum terjadi sesuatu. Sifat ini membuat mereka selalu waspada untuk melindungi orang-orang yang mereka sayangi dan jika menemukan sesuatu yang tampak salah.
4. Tidak Sanggup Menghadapi Tempat Ramai
Seseorang dengan emosi seperti spons seringkali dapat menyerap energi positif dan negatif. Hal ini bisa terjadi hanya dengan kehadiran orang lain. Jika mereka berada di suatu tempat yang dianggap ramai dan cukup sibuk, mereka menjadi sensitif dan sangat cemas. Karena itu, mereka mungkin merasa lebih baik sendirian atau ditemani beberapa orang sekaligus.
5. Bertindak Sebagai Pendengar yang Baik
Orang yang dianggap sebagai ‘spons emosional’ atau empati, cenderung bertindak sebagai menjadi pendengar yang baik. Banyak orang menjadikannya tempat curhat dan berbagi masalah. Hingga akhirnya menciptakan timbunan emosi yang menyiksa diri sendiri.
Sebaliknya, cobalah untuk peduli dengan emosi diri sendiri. Bukannya tidak berempati, cobalah batasi diri untuk berempati demi kesehatan mental.
Artikel terkait : Mengenal Emotional Eating yang Dialami Marshanda, Lampiaskan Segala Perasaan pada Makanan
Strategi untuk Mengatasinya
Seseorang yang menyerap emosi memiliki empati yang berlebihan. Hal ini seringkali membuat seseorang menjadi terluka karena kepekaan, empati, dan solidaritas mereka yang berlebihan. Oleh karena itu, cobalah beberapa strategi berikut untuk mengurangi rasa empati yang berlebihan.
- Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah emosi tersebut milik sendiri atau orang lain”
- Menjauhlah dari apa pun yang mengganggu misal dari emosi-emosi negatif. Jika merasa terbebani katakanlah ‘tidak’.
- Jika merasa tidak nyaman dengan seseorang, batasilah kontak fisik dengannya dan kirimilah empati dari kejauhan
- Tetapkan batasan, bagaimana pun emosi-emosi yang diserap bisa sangat melelahkan. Kontrol berapa banyak waktu yang habiskan untuk memerhatikan orang lain.
- Cobalah peduli dengan diri sendiri sebelum mengurusi kehidupan orang lain.
Itulah penjelasan tentang emotional sponge. Meski kepribadian ini terkesan baik dan banyak disukai orang, kadangkala bisa merugikan diri sendiri. Bukan tidak berempati, cobalah untuk lebih peduli pada diri sendiri.
Emotional Sponges: People with an Emotional Overload
https://exploringyourmind.com/emotional-sponges-people-with-an-emotional-overload
5 signs you might be an ’emotional sponge’
https://www.counsellorwhocares.co.uk/5-signs-you-might-be-an-emotional-sponge/
9 Self-Protection Strategies for Empaths
https://quietrev.com/9-self-protection-strategies-for-empaths/
***
Baca juga :
5 tanda anak memiliki kecerdasan emosional, si kecil sudah punya belum, Bun?
Pentingnya Stimulasi Tepat untuk Mengembangkan Sosial-Emosional Anak