Pernahkah Parents merasakan bahwa anak tidak mau berbagi mainan dengan temannya? Hanya mau bermain sendiri? Atau malah hanya mau main dengan 1 jenis mainan? Sebenarnya, itu adalah tanda awal bahwa ia butuh stimulasi lebih untuk dapat mengembangkan sosial-emosional anak.
Pentingnya mengembangkan kemampuan sosial-emosional anak ini akan berguna untuknya sampai dewasa nanti. Karena, di kemudian hari ia akan berkutat di kehidupan sosial dalam masyarakat, sekolah, tempat kerja, dan bahkan kehidupan pernikahan nantinya.
“Mengembangkan sosial-emosional anak bisa dilatih semenjak dini melalui beragam kegiatan, salah satunya adalah dengan bermain. Mainan tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, namun dapat membantu mengeksplor bakat dan minat anak,” urai Lina Paulina, Vice President Mothercare dan ELC pada Selasa (9/5/2017) lalu.
Waktu yang tepat dalam memberikan stimulasi ini adalah pada masa golden age, yaitu sejak anak berusia 0-3 tahun. Fokus stimulasi bisa mengarah pada perkembangan berbagai kemampuan penting seperti motorik, sensorik, kreativitas, serta kemampuan sosial-emosional anak.
Pada usia golden age, otak anak akan berkembang dengan pesat menyimpan semua hal yang diajarkan oleh orangtua dan pengasuhnya. Sedangkan, pada usia di atas 3 tahun, otak anak sudah membentuk habit atau kebiasaan sehingga akan lebih susah mengubahnya.
dr Markus M. Danusantoso (ELC Child Development Specialist) menerangkan bagaimana mengasah kemampuan sosial emosional anak dengan bermain.
Dokter Markus M. Danusantoso selaku ELC Child Development Specialist menjelaskan bahwa anak memiliki beberapa tahap perkembangan sosial-emosional sesuai dengan usianya.
- Usia 2 bulan: Bayi mulai mengenal senyum sosial
- Usia 10 bulan: Memiliki perasaan takut pada orang lain, mulai percaya diri
- Usia 18-20 bulan: Anak mulai punya rasa bangga atau malu. Bersedia bermain dengan temannya (cooperative play) dan dapat menenangkan diri sendiri. Mau main berdampingan dengan temannya (parallel play).
- Usia 2-2,5 tahun: Anak dapat memahami bahasa simbol, isyarat, maupun membaca raut wajah
- Usia 3-3,5 tahun: Tertarik dengan permainan temannya (Associative play). Anak juga mampu untuk bermain peran (pretend play).
Jika anak belum dapat menunjukkan kemampuan di atas sesuai dengan usianya, maka artinya ia mengalami kelambatan perkembangan sosial emosional.
“Jika anak menunjukkan tanda-tanda kurang baik dalam perkembangan sosialnya saat bermain, kita sebagai orangtua jangan permisif. ‘Ya namanya juga anak-anak dok. Kadang naik kadang turun.’ Nggak boleh. Ini tumbuh kembang anak. Harus terus maju. Bukan mundur,” ujar dr. Markus M. Danusantoso yang menyampaikan presentasinya di Palalada, West Mall 3rd floor Grand Indonesia Mall.
Maka dari itu, untuk dapat berkembang dengan optimal, peran orangtua dan pengasuh sangat krusial untuk anak. Berikut cara yang dapat digunakan untuk dapat mengembangkan sosial-emosional dari rumah:
- Orangtua atau pengasuh menunjukkan cinta kasih, dekat dengan anak, responsif, dan bisa membantu anak dalam kesulitan. Misalnya, dengan sering memeluk maupun menemani anak bermain.
- Menemani anak bernyanyi, membaca buku, dan memancing respon anak sesuai dengan usianya
- Memberikan penjelasan tentang hal yang ditanyakan oleh anak maupun bercerita dengan anak dengan nada yang gembira. Hal ini penting dilakukan agar anak ikut merasakan aliran emosi pendamping bermainnya
- Usahakan selalu menatap mata jika bicara dengan anak agar ia tahu bahwa dirinya adalah prioritas
Untuk dapat melakukan aktivitas tersebut, stimulasi mainan yang tepat sangat dibutuhkan oleh anak. Yang anak butuhkan adalah pendampingan maksimal untuknya, bukan mainan mahal yang ia mainkan sendiri sehingga kecerdasan sosial-emosionalnya dapat terhambat.
Salah satu stimulasi yang bisa didapatkan orangtua untuk anak adalah dengan menemani anak bermain mainan edukasi dari Early Learning Centre (ELC). Di ELC, Parents dapat mencarikan mainan untuk anak sejak ia umur 0 bulan hingga 8 tahun. ELC juga selalu mengedepankan keamanan dengan membuat mainan dari bahan yang aman dan memberikan panduan usia di setiap mainannya.
Misalnya, mainan yang mengandung unsur musik di dalamnya, buku bacaan, mainan pretend play dengan berbagai profesi, puzzle, dan sebagainya. Saat mendampingi anak bermain inilah orangtua maupun pengasuh dapat membantu anak mengembangkan sosial-emosional serta kemampuan lainnya sesuai dengan bakatnya.
Anak adalah harta paling berharga yang dimiliki orangtua. Meluangkan waktu untuk bermain demi mengembangkan sosial-emosional anak bukan sebuah kegiatan yang menghabiskan waktu kok, Parents.
Yuk, main sama anak.
Baca juga:
7 Tutorial Mainan DIY dari Barang Bekas Untuk Dikreasikan Bersama Anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.