Sebagai orangtua, Anda mungkin sangat memerhatikan keterampilan akademis anak. Menginginkan anak bisa mendapatkan nilai dengan hasil maksimal di sekolah. Namun, bagaimana dengan kecerdasaan emosionalnya? Sudahkah si kecil menguasainya? Jika tidak dilatih sejak dini ada banyak dampak emosi yang akan muncul di kemudian hari.
Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ menjelaskan, kecerdasan emosional anak memang tidak diukur dari IQ, tetapi hal itu sangat penting agar ia bisa mengatasi suatu permasalahan dengan baik.
Kecerdasan emosional pun dapat membantu si kecil untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar, di mana hal tersebut menjadi faktor yang sangat penting dipelajari agar ia bisa menjalin relasi baik dengan baik saat ia masuk ke dunia kerja.
Jika tidak dilatih, maka dampak emosi tentu saja akan muncul. Mulai dari sulitnya meredakan rasa amarah, hingga sulit untuk menghadapi dan mengatasi konflik dengan orang lain.
Dampak emosi yang tidak bisa dikendalikan
Tahukah Anda bahwa ada banyak dampak emosi yang akan jika seseorang tidak bisa mengendalikannya dengan baik? Dampak emosi ini tidak hanya terkait dengan sulitnya mengendalikan rasa amarah, namun terkait juga dengan risiko timbulnya penyakit bahkan kematian.
Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Psychosomatic Research ini bisa memperlihatkan dampak emosi jika tidak bisa dikendalikan dengan baik. Penelitian tersebut menemukan bahwa memendam emosi dapat meningkatkan risiko kematian karena penyakit jantung dan juga kanker (Chapman, et al., 2013). Penelitian ini juga turut membuktikan penelitian sebelumnya yang menghubungkan antara emosi negatif, seperti marah, cemas, dan depresi, dengan pengembangan dari penyakit jantung (Kubzansky dan Kawachi, 2000).
Hal ini dikarenakan orang yang terbiasa memendam emosinya akan membawa pikiran negatif dalam tubuh yang dapat mengganggu keseimbangan hormon yang berisiko dengan meningkatnya risiko penyakit yang berhubungan dengan kerusakan sel, seperti kanker.
Oleh karena itulah, kecerdasan emosional perlu dilatih sejak dini untuk menghindari timbulnya dampak emosi yang bisa muncul dan memengaruhi kesehatan tubuh.
Kecerdasan emosional anak: Tolak ukur dan cara mengembangkannya
Tolak Ukur
Goelman juga memaparkan, seseorang yang sudah memiliki kecerdasan sosial yang baik akan ditandai dengan beberapa hal berikut ini:
- Punya kesadaran diri, dia tahu apa yang dirasakan dan mengerti bagaimana emosi tersebut dapat juga memengaruhi orang lain
- Bisa mengatur perasaan, ia bisa mengendalikan bagaimana ia harus merespon emosi tersebut
- Motivasi, ia masih bisa mencapai tujuan meski sedang dilanda masalah atau emosinya sedang tidak baik
- Empati, dia bisa mengerti perasaan orang lain
- Punya keterampilan sosial, paham bagaimana cara berinteraksi yang baik dengan orang lain.
Artikel terkait: 5 tanda anak memiliki kecerdasan emosional, si kecil sudah punya belum, Bun?
Mengembangkan kecerdasaan emosional
Lalu, bagaimana cara melatih anak untuk mengembangkan kecerdasan emosionalnya?
Psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjodjo, dalam talkshow “Mengasah kecerdasan emosional anak” di acara Wonderfest 2019, memaparkan bahwa ada 5 langkah untuk melatih kecerdasaan emosional tersebut.
Langkah-langkah tersebut di antaranya:
1. Pahami perasaan anak
Memahami adalah hal yang paling penting untuk melatih kecerdasan emosional anak. Oleh karena itu, jangan lupa untuk mencari tahu mengapa anak Anda menangis, rewel, mogok makan, dan sebagainya.
Setelah Anda paham atas apa yang dirasakan mereka, dorong mereka untuk mengatasi emosi tersebut dengan baik.
Misalnya, “Mama ngerti kamu sedih karena mainan kamu hilang. Tapi jangan sampai mogok makan gitu, ya. Ada mainan bagus lain yang masih mau main sama kamu, kok.”
2. Cari celah untuk mengajarkan hal baru
“Aku nggak mau makan sayur!”
Pastinya setiap orangtua pernah mengalami kejadian itu. Tahukah Parents kalau cara Anda menanggapi ucapan tersebut akan ikut memengaruhi kecerdasan emosionalnya?
Ketika anak bertutur seperti itu, ada baiknya Anda menjawab, “Kamu enggak suka, ya? Kalau kamu enggak mau makan sebenarnya tidak apa-apa. Mama juga dulu enggak suka, tapi sayur itu bikin kita sehat, lama-lama juga bakal terasa enak kalau kamu sudah terbiasa memakannya.”
Jawaban tersebut memberikan kesempatan anak untuk berpikir apa yang seharusnya ia lakukan dan menentukan pilihannya sendiri. Perkataan Parents tersebut juga akan memberikan ia pemahaman mengenai mengapa ia harus makan sayur.
Jadi, tidak sekadar menuntut, melainkan ada alasan di balik tindakan tersebut.
3. Bantu anak mengungkapkan emosinya
Jika Parents sudah melihat tanda-tanda anak sedang bersedih, hal yang sebaiknya dilakukan adalah mendorong anak untuk mengungkapkan emosinya.
“Kalau kamu sedih, nggak apa-apa nangis, kok.”
“Bilang sama Bunda kalau adek bosan, ya.”
Kata-kata seperti itu dapat mendorong anak untuk mengeluarkan apa yang ia rasakan. Hal ini juga dilakukan agar anak tidak memendam emosinya secara terus-menerus sehingga membludak di akhir. Dari sini dapat digaris bawahi sejak dini, anak perlu dilatih untuk mengenal emosinya sendiri.
4. Buat batasan dan cara penyelesaian
Kalau anak mengeluarkan emosi negatifnya secara berlebihan, maka ini saatnya Anda untuk membatasi sikapnya. Tak hanya membatasi, dalam hal ini juga kita harus memberinya solusi agar ia bisa mengatur emosi.
Poin ini hampir sama dengan poin memahami perasaan anak, tetapi dalam hal ini Anda harus bersikap tegas agar anak tidak tantrum berlebih.
Contohnya, “Kalau mau main mobil-mobilan kan adek tinggal bilang sama kakak, biar kalian mainnya berengan. Kalian itu harus berbagi, jadi jangan rewel, ya.”
5. Latih rasa simpati dan empatinya
Selain bisa mengatasi emosi diri sendiri, cerdas emosi juga ditandai dengan memahami perasaan orang lain. Maka, doronglah si kecil agar bisa peduli dan peka terhadap lingkungan sekitar.
Ajarkan ia bagaimana cara berbagi. Misalnya berbagi makanan, minuman, atau bahkan mainan kesukaannya. Hal-hal sederhana seperti itu bisa membuatnya lebih peka.
Nah, kelima langkah tersebut akan efektif mengembangkan kecerdasan emosional anak. Perlu Parents catat, lakukan langkah-langkah tersebut secara perlahan dan jangan terburu-buru, ya, agar kecerdasan emosionalnya bisa berkembang dengan baik.
***
Baca juga:
Inilah 6 cara membangun ikatan emosional orang tua dan anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.