Awas, Marah dan Sedih saat Hamil Bisa Berdampak Buruk Bagi Janin
Emosi negatif ibu hamil dapat memengaruhi perkembangan janin di dalam kandungan.
Bunda pernah mendengar bahwa emosi ibu hamil bisa memengaruhi janin? Perkembangan seorang anak memang dipengaruhi sejak 1000 hari pertama kehidupannya, termasuk ketika mereka masih di dalam kandungan.
Bukan hanya tentang nutrisi, tetapi juga emosi sang ibu saat hamil juga bisa memengaruhi perkembangannya kelak. Tentu saja Bunda perlu mengetahui alasannya agar bisa mengelola emosi lebih baik lagi.
Daftar isi
Mengapa Emosi Ibu Hamil Memengaruhi Janin?
Menurut psikolog anak dan keluarga, Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi., momen emas seorang anak tidak terlepas dari kondisi psikologis sang ibu, baik saat mengandung hingga setelah melahirkan.
“Sangat wajar jika ibu hamil banyak merasakan kecemasan. Nah, kecemasan ini yang harus diatasi dengan baik supaya tidak berdampak pada buah hati di kemudian hari,” ungkap perempuan yang akrab disapa Bunda Romy itu.
Ia menambahkan, seorang ibu perlu mengelola perasaannya selama kehamilan, mengingat emosi ibu hamil memengaruhi janin.
“Marahnya si ibu, rasa tidak nyaman, terlalu banyak mengeluh, merasa sedih, itu semua bisa berdampak pada sifat dan perilaku si kecil saat ia sudah tumbuh besar nanti. Makanya kalau ada pasien, saya juga tanya ke orangtuanya, sewaktu hamilnya bagaimana? Apa ada masalah? Karena dari situ kita juga bisa menilai,” lanjutnya.
Artikel terkait: Ibu hamil jangan stres, pengaruhnya bisa buruk pada anak perempuan
Penyebab Emosi Ibu Hamil Naik Turun
Ada beberapa alasan mengapa Anda mengalami perubahan emosi selama kehamilan, di antaranya yaitu peningkatan hormon, kurang tidur, dan kecemasan. Namun, penyebab ini hanyalah puncak gunung es. Karena ada penjelasan fisik, fisiologis, dan mental yang yang mendasari perubahan emosi ini.
1. Perubahan Kadar Hormon
Meskipun ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perubahan suasana hati, penyebab terbesarnya adalah lonjakan hormon kehamilan yang tiba-tiba. Selama awal kehamilan, seorang ibu benar-benar mengalami banjir estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini dapat memengaruhi kondisi kesehatan mental seseorang.
Estrogen bekerja di seluruh tubuh Anda dan aktif di wilayah otak yang mengatur suasana hati. Jadi, tak heran jika hormon ini dikaitkan dengan kecemasan, cepat marah, dan depresi.
Progesteron, di sisi lain, adalah hormon yang membantu mengendurkan otot dan persendian Anda dan mencegah kontraksi dini. Akibatnya, dapat menyebabkan kelelahan, kelesuan, dan bahkan kesedihan.
Jadi, ya, lonjakan estrogen dan progesteron yang tiba-tiba adalah penyebab emosi ibu hamil naik turun.
2. Kelelahan dan Kurang Tidur
Kelelahan saat trimester pertama atau kurang tidur pada akhir kehamilan dapat membuat emosi Anda berubah-ubah sehingga apapun dapat membuat Anda cranky atau mood swing. Sulit untuk merasa positif dan optimis ketika Anda kelelahan dan kurang tidur.
Dalam 12 minggu pertama, “lelah” adalah kata yang tepat menggambarkan kondisi Anda. Tidak peduli berapa banyak tidur yang Anda dapatkan, Anda akan terus merasa terkuras. Ini dapat membebani tubuh dan pikiran, terutama jika Anda merawat si kecil, harus melakukan pekerjaan, dan, mencoba mengelola semua kewajiban sebagai ibu rumah tangga lainnya.
Demikian pula, akhir kehamilan bisa membuat Anda tetap terjaga di malam hari. Sulit untuk menemukan posisi yang nyaman di tempat tidur untuk memposisikan perut yang semakin besar. Kemungkinan besar Anda mengalami sakit dan nyeri atau kontraksi Braxton-Hicks. Inilah juga yang menyebabkan kegelisahan dan perubahan emosi pada ibu hamil.
3. Mual di Pagi Hari
Morning sickness tidak menyebabkan gejala fisik yang intens, tetapi juga dapat memengaruhi mental dan psikologis yang besar. Sulit untuk merasa positif dan fit ketika Anda terus-menerus dalam ketakutan jika mual akan terus dirasakan.
Begitu banyak hal yang membuat Bunda tidak nyaman selama masa ini dapat merusak suasana hati Anda seiring waktu. Perasaan waspada akan mual yang tiba-tiba datang, meningkatnya stres dan kesedihan.
4. Perubahan Fisik
Perubahan fisik selama kehamilan bisa membuat Anda menangis bahagia atau menangis sedih. Beberapa ibu hamil suka melihat perut mereka membesar, tapi yang lain merasa kecewa melihat tubuh mereka tidak seperti dulu dan berubah dalam hitungan minggu.
Fakta bahwa seorang perempuan bisa mengandung buah hatinya memang luar biasa, tetapi siapa pun yang pernah berjuang dengan masalah insecurity, tahu bahwa perubahan tubuh dapat memengaruhi emosi selama dan setelah kehamilan.
5. Kecemasan dan Stres
Kecemasan akan menjadi orangtua, atau saat menyambut anak kedua. Anda juga bisa merasa stres, cemas, dan gelisah bila memikirkan penyesuaian hidup dan keuangan setelah melahirkan nanti.
Selain itu, ibu hamil bisa merasa kecemasan dan stres ketika membayangkan akan seperti apa proses persalinan nanti. Ketakutan tentang proses persalinan itu nyata dan rasional, tetapi bisa meningkat dan sangat mengganggu.
Kecemasan dan stres ini semakin meningkat saat Anda memasuki trimester 3 kehamilan. Sebab pada masa ini Anda mulai merasakan kontraksi sehingga pikiran tentang persalinan semakin terasa. Ada potensi komplikasi yang tak ada habisnya untuk dikhawatirkan, dan itu bisa menakutkan bagi ibu baru yang belum punya pengalaman melahirkan.
Selain itu, jika Anda pernah mengalami komplikasi atau keguguran di masa lalu, kecemasan bisa melelahkan secara emosional. Berbicara dengan dokter kandungan Anda saat kekhawatiran muncul akan membantu meringankan beberapa saraf yang mengganggu ini.
Cara Mengatasi Emosi Ibu Hamil yang Naik Turun
Perubahan suasana hati adalah efek samping normal dari pertumbuhan manusia mini di dalam tubuh Anda (dan harga yang harus dibayar murah), tetapi jika perubahan itu mengganggu kehidupan Anda sehari-hari di rumah, di tempat kerja, dan di mana pun di antaranya, ada beberapa strategi yang dapat Anda ambil untuk membantu Anda mengelolanya dengan lebih baik.
1. Makan Makanan Bergizi
Seperti yang kita tahu, perut yang lapar dapat menyebabkan ledakan emosional yang tidak diinginkan. Tenangkan kemarahan Anda dan kembalikan nafsu makan Anda dengan makanan sehat dan bergizi serta camilan yang mengisi bahan bakar tubuh dan memberi energi pada otak. Energi yang cukup akan membantu Anda tetap tenang.
2. Berolahraga Ringan
Olahraga adalah pereda stres dan penambah suasana hati yang baik. Jika Anda tiba-tiba merasa galau atau marah, pertimbangkan untuk melakukan kardio ringan yang aman dilakukan, seperti berjalan atau berenang. Selain itu, Anda bisa olahraga di luar ruangan, di mana udara segar akan menyegarkan dan menenangkan Anda. Pelepasan endorfin saat berolahraga akan mendorong perasaan positif dan bahagia.
Yoga dan meditasi juga sangat membantu. Jangan khawatir jika Anda tidak yakin harus mulai dari mana, karena ada aplikasi untuk itu. Anda dapat belajar untuk meregangkan, bergerak, atau hanya bernapas melalui momen-momen intensitas.
3. Prioritaskan Waktu Tidur
Sangat penting untuk mendapatkan tidur yang berkualitas saat hamil. Anda dapat mencoba memaksimalkan waktu tidur dengan terus melakukan rutinitas sebelum tidur, mempertahankan jadwal pagi, dan tidur siang sesuai kebutuhan.
Saat persalinan semakin dekat, lakukan apapun untuk membuat tubuh tetap rileks, meskipun perut yang semakin membesar membuat Anda sulit tidur. Lakukan beberapa latihan pernapasan sebelum tidur, dan gunakan bantal untuk membuat tubuh lebih nyaman (ingat bahwa tidur menyamping adalah yang terbaik selama trimester ketiga).
Terakhir, ingatlah bahwa jika ada alasan yang sah untuk tidur siang, sekaranglah saatnya.
Artikel Terkait: 6 Bantal Ibu Hamil Pilihan, Tidur Lebih Nyaman dan Nyenyak
4. Meminta Bantuan dan Dukungan Orang yang Anda Cintai
Pastikan pasangan, teman dan anggota keluarga memahami apa yang Anda rasakan dan apa yang Anda butuhkan. Jelaskan kepada mereka bahwa Anda bisa tiba-tiba marah atau bereaksi dengan cara yang mengejutkan.
Membicarakan hal ini dapat membuat komunikasi lebih lancar jika ada masalah. Selain itu, sharing dengan sesama ibu hamil juga dapat membantu mood lebih baik. Karena Anda akan merasa lebih dimengerti dan lebih siap menghadapi tantangan kehamilan.
Yang terpenting adalah mendapat dukungan dan support dari orang terdekat dapat meningkatkan suasana hati Anda.
Begitupun kenyamanan seorang ibu saat hamil bisa berdampak baik bagi bayi. Hal ini juga harus didukung oleh orang terdekat Bunda, terutama sang suami.
“Suami juga harus ikut mendukung dengan cara membuat si ibu nyaman. Caranya bagaimana? Komunikasikanlah apa yang Bunda inginkan. Intinya buat suami berempati supaya mereka mengerti kesulitan kita, tapi bukan mencari simpati suami dengan keluhan kita. Dukungan ini bukan cuma dari suami saja, tapi juga dari anggota keluarga lainnya,” kata Bunda Romy.
5. Tetap Bersyukur
Kehamilan itu sulit, apalagi ketika Bunda merasa lebih sensitif. Namun ingat, jangan menyalahkan diri sendiri jika Anda bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi, marah karena sesuatu yang sepele, atau sedang mengalami momen melodramatis.
Sebaliknya, tunjukkan pada diri sendiri rasa syukur dan kebaikan, dan ketahuilah bahwa gejolak emosi ini bersifat sementara. Dan setiap orang membutuhkan pelepasan emosional.
6. Bicaralah dengan Terapis
Jika merasa seperti emosi dan kecemasan Anda menghambat kemampuan Anda untuk beraktivitas atau berhubungan dengan orang lain, dan / atau jika Anda terus-menerus tertekan, Anda harus mencari bantuan.
Bicaralah dengan dokter kandungan atau psikolog Anda. Depresi dan kecemasan sebelum melahirkan adalah hal yang umum, dan tidak perlu malu ketika mengalaminya. Namun jangan biarkan perasaan ini tidak diatasi atau dikendalikan, jadi ambillah langkah untuk merasa lebih bahagia seperti sebelumnya.
7. Luangkan Waktu Me Time
Meluangkan waktu untuk memanjakan diri juga sangat disarankan untuk merecharge energi Anda. Lakukan hal yang menyenangkan seperti spa, pergi ke salon, mendengarkan musik, atau lakukan hobi apapun yang membuat Anda senang.
Ketka sering melakukan hal yang membuat perasaan bahagia, hormon endorfin juga akan meningkat sehingga emosi Anda bisa lebih stabil.
Penelitian tentang Emosi Ibu Hamil Memengaruhi Janin
Sebuah studi dari Harvard ternyata juga sempat membahas tentang emosi ibu hamil mempengaruhi janin ini. Dalam studi disebutkan bahwa hormon stres atau kortisol sang ibu yang dihasilkan ketika ia marah saat hamil dapat diteruskan ke bayi melalui ASI.
Namun masing-masing bayi memberikan pengaruh yang berbeda, tergantung dari jenis kelaminnya.
Bayi perempuan yang diberi ASI mengandung kadar kortisol yang tinggi menunjukkan perubahan perilaku yang negatif, termasuk penakut, mudah marah, dan cepat kesal. Sedangkan pada bayi laki-laki, dampak ini tidak terlihat.
Rupanya, ‘hormon ibu’ saat hamil tersebut bisa terserap ke dalam saluran pencernaan bayi, yang kemudian mengikat diri pada reseptor stres sang anak.
Jadi bisa dikatakan, kortisol ibu saat hamil yang terserap dalam tubuh bayi berperan untuk membentuk sumbu stres saat ia dewasa kelak. Itulah alasan mengapa dikatakan emosi ibu hamil memengaruhi janin.
Ciptakan Rasa Nyaman selama Hamil
Dalam kondisi hamil, Bunda Romy menyarankan agar seorang ibu tetap menjaga emosinya. Salah satu caranya yaitu dengan menikmati kehamilan.
“Kehamilan memang melelahkan dan banyak yang kita rasakan. Namun, kehamilan juga jangan dijadikan beban. Ibu hamil harus menikmati masa kehamilannya ini. Jadi, semua keluhan seperti rasa mual, muntah, sakit pinggang, dan ketidaknyamanan lainnya bisa terasa lebih ringan,” ungkapnya.
Anda harus menganggap kehamilan itu adalah anugerah agar selalu terasa nyaman. Maka, kenyamanan itu juga akan dirasakan bayi dan membawa dampak positif.
Artikel Terkait: 10 Kebutuhan Ibu Hamil Trimester 1 Rekomendasi, Sudah Ceklis yang Mana?
***
Artikel telah diupdate oleh: Fadhila Afifah
Pregnancy Mood Swings: Why You’re Feeling Them and What to Do
www.healthline.com/health/pregnancy/pregnancy-mood-swings
Mood swings & mommy brain: The emotional challenges of pregnancy
www.livescience.com/51043-pregnancy-emotions.html
Pregnancy’s Emotional Roller Coaster
www.webmd.com/baby/features/pregnancy-emotional-roller-coaster
Baca juga:
Waspada! Anak bisa menerima dampak negatif dari depresi orangtua
Teman Tapi Menikah 2: Pentingnya suami memahami emosi istri saat hamil