Vagina Nyeri Setelah Berhubungan Badan? Kenali 9 Penyebabnya Berikut Ini!

Bun, salah satu penyebab Miss V nyeri saat berhubungan badan adalah dispareunia. Yuk, simak gejala dan cara mengatasinya berikut ini!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pernahkah Bunda merasakan nyeri setelah berhubungan badan? Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi tersebut bisa terjadi, salah satunya dispareunia. Dispareunia adalah nyeri pada area genital yang persisten atau berulang, biasa terjadi sebelum, selama, atau setelah melakukan hubungan seksual.

Selain di area vagina, rasa sakit pun bisa dirasakan pada area lainnya seperti kandung kemih, panggul, dan saluran lubang kencing. Nyeri yang dirasakan bisa seperti kram saat menstruasi, terasa tajam, dan panas.

Faktor Risiko

Dispareunia adalah kondisi nyeri di vagina setelah berhubungan seksual.

Kondisi dispareunia ini disebabkan oleh banyak faktor yang bisa berbeda pada setiap orang. Berbagai penyebabnya tersebut antara lain :

1. Kelainan bawaan

Pada beberapa perempuan, ada kondisi kelainan bawaan yang bisa membuat penetrasi terasa sangat menyakitkan. Masalah yang terjadi bisa karena vagina yang tidak terbentuk sempurna atau agenesis vagina.

Selain itu, adanya selaput imperforata atau membran yang menghalangi pembukaan vagina bisa menjadi kelainan bawaan lainnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Kondisi kesehatan area genital

Kondisi kesehatan area genital pun bisa memengaruhi rasa sakit yang dirasakan. Biasanya peradangan, infeksi, maupun masalah kulit lain seperti eksim jadi penyebab dispareunia ini.

Infeksi saluran kemih pun rupanya dikaitkan dengan rasa sakit ketika penetrasi. Saat mengalaminya sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke dokter.

Artikel terkait : 8 Penyebab pria mengalami nyeri saat berhubungan seks

3. Dispareunia adalah nyeri vagina, salah satu penyebabnya yakni masalah vaginismus

Keadaan lain yang bisa menyebabkan dispareunia ialah vaginismus. Kondisi ini terjadi saat otot-otot di dinding vagina mengejang. Hal inilah yang membuat penetrasi akan terasa menyakitkan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Vaginismus, Penyebab Bunda Kesakitan Saat Berhubungan Intim dengan Suami

4. Cedera dan trauma

Beberapa metode medis yang terkait pembedaan area genital bisa dikategorikan trauma dan berpotensi menyebabkan dispareunia. Penyebab dari cedera dan trauma ini bisa beragam.

Misalnya saja seseorang yang pernah mengalami kecelakaan, memiliki luka sayatan di saluran lahir, atau karena pembedahan panggul. Di samping itu, perempuan yang baru saja menjalani operasi panggul seperti histerektomi bisa membuat hubungan seksual terasa lebih nyeri.

5. Pelumasan yang tidak cukup

Hal yang seringkali menyebabkan kondisi ini ialah 'pemanasan' atau foreplay yang tidak cukup. Selain itu, kadar pelumas alami dalam vagina seorang perempuan bisa berubah karena berbagai faktor.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pengaruh hormon menjadi salah satu penyebab kuat. Penurunan kadar estrogen setelah menopause, pasca persalinan, dan selama masa menyusui menyebabkan lumas alami menjadi berkurang.

5. Dispareunia adalah kondisi yang dipengaruhi kesehatan organ reproduksi

Beberapa penyakit pada organ reproduksi yang parah bisa menyebabkan nyeri saat berhubungan seksual.

Penderita penyakit prolaps uterus, radang panggul, fibroid uterus, endometriosis, kista ovarium, adenomiosis, cystic, maupun sindrom iritasi usus sebaiknya mewaspadai kondisi dispareunia.

6. Konsumsi obat-obat tertentu

Beberapa jenis obat-obatan diketahui memiliki kaitan dengan penurunan gairah seksual. Hal ini biasanya akan memicu kurangnya lubrikasi alami, sehingga seks akan terasa lebih menyakitkan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jenis-jenis obat tersebut di antaranya obat hipertensi, obat penenang, antihistamin, pil KB, dan antidepresan.

7. Perawatan medis

Seseorang yang tengah menjalani perawatan medis secara intensif pun bisa berisiko mengalami kondisi ini. Misalnya saja pada penderita kanker yang melakukan radiasi dan kemoterapi akan lebih berisiko mengalaminya.

8. Masalah psikologis

Selain penyebab secara fisik, kondisi psikis seseorang pun turut menjadi salah satu penyebab dispareunia ini. Perasaan khawatir dan cemas akan penampilan fisik, bisa membuat gairah seksual yang rendah. Akhirnya, hubungan seksual pun akan terasa lebih menyakitkan.

Saat sedang mengalami stres pun, sakit bisa saja dirasakan. Hal ini karena saat stres, otot-otot dasar panggul cenderung mengencang sebagai bagian respon.

9. Riwayat pelecehan seksual

Pengalaman seksual yang tak menyenangkan pun bisa menjadi faktor lainnya. Ketika seorang perempuan pernah mengalami pelecehan seksual, secara tidak langsung akan membuat ia sulit untuk rileks saat berhubungan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Nyeri muncul ketika penis berada di dalam vagina

Jenis nyeri ini umum terjadi ketika penis telah berada di dalam vagina. Rasa nyeri dapat memburuk jika melakukan hubungan intim pada posisi tertentu. Penyebabnya antara lain:

  • Kista indung telur
  • Penyakit radang panggul
  • Endometriosis
  • Miom
  • Dampak pengobatan atau operasi, seperti radioterapi, operasi pada rahim, atau kemoterapi

Artikel terkait : Sering merasa sakit saat berhubungan intim, normalkah? Ini penjelasannya

Diagnosis

Bila mengalami berbagai gejala berikut ini sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.

  • Nyeri hanya saat penetrasi secara seksual
  • Nyeri seperti terbakar, sangat sakit, atau terbakar
  • Vagina terasa berdenyut dan berlangsung setelah berhubungan intim
  • Mengalami nyeri yang berulang
  • Nyeri pada awal penetrasi
  • Terasa nyeri pada vagina, kandung kemih, atau saluran kencing
  • Muncul rasa nyeri saat menggunakan tampon
  • Rasa sakit yang menusuk, mirip dengan kram menstruasi
  • Nyeri di area dalam panggul selama berhubungan intim.
  • Kram otot sekitar panggul.

Diagnosis dispareunia akan diawali dengan menelusuri apa saja gejala yang dialami, beserta riwayat kesehatan penderitanya. Selama prosedur ini, dokter akan memeriksa area panggul eksternal dan internal untuk mendeteksi apabila ditemukan peradangan atau luka.

Pemeriksaan internal umumnya menggunakan bantuan spekulum atau cocor bebek. Dokter juga dapat memeriksa dengan cara menekan otot di kelamin dan panggul secara perlahan, sehingga lokasi timbulnya rasa sakit dapat diketahui oleh dokter.

Selain itu, pemeriksaan bisa melakukan USG apabila diperlukan, atau mengambil sampel cairan vagina dan urin untuk menguji tanda-tanda infeksi seperti:

  • Kering
  • Infeksi atau peradangan
  • Luka
  • Kutil kelamin
  • Endometriosis
  • Jaringan parut

Tes lain yang dapat digunakan dalam proses diagnosis dispareunia antara lain:

  • Pemeriksaan dubur
  • Pindai CT scan atau Rontgen
  • Tes alergi
  • Pap smear
  • Konseling dengan psikiater apabila faktor emosional diduga penyebabnya

Perawatan

Perawatan dispareunia dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya, metodenya bisa menggunakan obat, terapi, hingga operasi. Penderitanya juga diperbolehkan melakukan perawatan sendiri dengan petunjuk dari dokter.

Obat-obatan

Beberapa obat-obatan untuk perawatan dispareunia misalnya:

  • Antibiotik
  • Obat antijamur
  • Suntik kortikosteroid lokal, obat untuk mengatasi peradangan

Apabila pengobatan jangka panjang menyebabkan area vagina mengering, kemungkinan dokter akan mengganti resep obat. Mencoba obat alternatif dapat mengembalikan pelumas alami dan mengurangi rasa sakit.

Tingkat estrogen rendah juga dapat menyebabkan dispareunia pada sebagian perempuan. Resep obat yang diberikan bisa berupa tablet, krim, atau cincin fleksibel yang mampu memberikan dosis ekstrogen kecil secara teratur ke vagina.

Perawatan mandiri

Berikut ini beberapa perawatan sendiri yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala dispareunia:

  • Gunakan pelumas berbahan dasar air
  • Berhubungan badan ketika Anda dan pasangan sama-sama relaks
  • Komunikasikan mengenai rasa sakit yang dialami
  • Mandi air hangat sebelum berhubungan badan
  • Konsumsi obat pereda rasa sakit sebelum hubungan seksual

Terapi

Selain mengandalkan bantuan obat-obatan sebagai pereda rasa nyeri, dokter juga dapat menyarankan pasien untuk menjalani beberapa jenis terapi, misalnya:

  • Konseling seks, pasien akan dilatih mengatasi emosi negatif pemicu dispareunia, membangun keintiman, dan membangun komunikasi yang baik dengan pasangannya.
  • Terapi perilaku kognitif, di sini pasien diterapi untuk mengubah pola perilaku dan pemikiran negatif yang memicu dispareunia.
  • Terapi desentisasi, terapi pereda nyeri ketika berhubungan badan melalui teknik relaksasi vagina (contohnya senam Kegel) untuk mengurangi rasa sakit.

Pencegahan

Tidak ada cara pencegahan spesifik untuk dispareunia. Namun, Parents dapat melakukan beberapa hal di bawah ini untuk mengurangi risiko munculnya rasa sakit ketika berhubungan badan:

  • Setidaknya menunggu kurang lebih enam bulan sebelum mulai berhubungan intim kembali setelah melahirkan.
  • Selalu menjaga kebersihan area kelamin.
  • Ketika vagina terasa kering, gunakan pelumas berbahan dasar air.
  • Hindari produk pemicu iritasi atau alergi di sekitar kelamin.
  • Lakukan hubungan seks yang aman agar terhindar dari penyakit infeksi menular seksual, misalnya menggunakan kondom.
  • Rangsang pelumas alami dengan waktu yang cukup untuk stimulasi dan foreplay.

Pertanyaan Populer Terkait Dispareunia

  1. Apakah dispareunia berbahaya?

Dispareunia yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan sederet komplikasi seperti, pendarahan, nyeri seksual makin parah, keputihan, luka di area vagina, gangguan siklus mentruasi, sulit hamil, hubungan menjadi tidak harmonis, hingga depresi.

  1. Apa obat sakit saat berhubungan intim?

Obat bebas estrogen yang disebut ospemifene (Osphena) dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit saat berhubungan intim. Obat tersebut bekerja seperti estrogen pada jaringan vagina.

Dokter biasanya akan memberikan saran dan penanganan sesuai dengan penyebab yang dialami.

Semoga informasi di atas bermanfaat!

Artikel diupdate oleh: Alya Rifayani

Sumber : Mayo Clinic, Alodokter, Yankes Kemkes, Healthline

Baca Juga :

Penulis

nisya