Bila Bunda tidak ingin segera hamil lagi setelah melahirkan, mungkin Bunda akan sangat berhati-hati saat melakukan hubungan intim. Bahkan, Bunda akan sangat mengurangi intensitas seksual ini agar tidak sampai ‘kebobolan’ di waktu yang tidak tepat. Namun, mengusahakan agar tidak ‘kebobolan’ juga tidak selalu mudah, dan perlu tips berhubungan tanpa pengaman yang efektif untuk dicoba.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah kehamilan. Namun bila Bunda tidak sedang menyusui, maka Bunda dapat menggunakan kontrasepsi apa pun yang cocok. Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter tentang pilihan yang sesuai kesehatan dan gaya hidup Anda, dan kapan bisa mulai menggunakannya.
Tapi jika Bunda masih menyusui si kecil, maka kontrasepsi apa pun yang mengandung estrogen (seperti cincin vagina dan pil kombinasi) tidak dianjurkan kecuali si kecil sudah berusia setidaknya enam minggu karena ini dapat mengurangi produksi ASI.
Eits, Bunda masih memiliki banyak pilihan kontrasepsi lain. Selain menggunakan kontrasepsi, coba lakukan beberapa tips berikut ini untuk berhubungan tanpa pengaman!
9 Tips Berhubungan Tanpa Pengaman Setelah Melahirkan
Image: Freepik
1. Perhatikan Masa Subur Sebelum Berhubungan Seksual
Sebaiknya jangan melakukan hubungan seksual selama masa subur atau saat Bunda sedang ovulasi. Memang sulit untuk benar-benar memastikan kapan masa ovulasi terjadi. Tapi, biasanya masa ovulasi berada pada 10-16 hari sebelum periode haid berikutnya. Hari pertama periode haid dihitung sebagai hari pertama siklus menstruasi Bunda. Kebanyakan, rata-rata periode 18-28 hari, tapi terkadang atau lebih lama dari siklus normal.
Bunda bisa menggunakan aplikasi kalender menstruasi sebagai alat bantu melacak siklus masa subur. Dengan mencatat waktu menstruasi, Bunda tidak perlu bingung menghitung waktu ovulasi.
Selain dengan menggunakan kalender menstruasi, Bunda bisa melihat tanda-tanda masa subur sebagai metode berhubungan tanpa pengaman, yaitu:
- Nyeri atau kram perut
- Munculnya lendir serviks
- Merasa lebih semangat
- Perubahan suhu basal tubuh
- Payudara terasa lebih sensitif
- Flek vagina
- Perubahan libido
2. Pil Kontrasepsi Darurat (PKD)
PKD dikenal dengan istilah Pil Kondar. Metode ini hanya bisa digunakan bila memang keadaannya darurat. Ada dua jenis yang harus dikonsumsi pada waktu berlainan. Pil pertama dikonsumsi paling lambat 72 jam setelah berhubungan tanpa pengaman, sedangkan pil kedua dikonsumsi 12 jam jeda dari konsumsi pil pertama. Akan lebih efektif bila dikonsumsi dengan aturan yang tepat.
3. Pertimbangkan Kontrasepsi Permanen
Jika Bunda dan suami sudah benar-benar tidak ingin memiliki anak lagi, dan menginginkan kontrasepsi yang lebih permanen, Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter.
Pilihan sterilisasi untuk perlindungan jangka panjang bisa menjadi pertimbangan. Pada perempuan, saluran tuba disumbat sehingga sel telur tidak dapat berjalan ke rahim. Sedangkan pada pria, sperma dicegah untuk keluar saat ejakulasi.
Beberapa produser sterilisasi mungkin tidak langsung berhasil, jadi Bunda perlu menggunakan metode pengendalian lain sampai dokter memberikan referensi lain.
4. Tentukan Alat Kontrasepsi yang Sesuai dengan Kebutuhan
Jika Bunda belum menentukan alat kontrasepsi yang tepat, perhatikan mana yang sesuai dengan kebutuhan Bunda. Ada beberapa pilihan hormonal dan non-hormonal untuk dipilih. kontrasepsi hormonal meliputi:
- Pil kombinasi harian yang mengandung estrogen dan progestin. Dua hormon sintetis yang mirip dengan yang diproduksi oleh ovarium.
- Pil KB mini yang hanya mengandung progestin.
- Skin patch atau KB tempel, yang mengandung estrogen dan progestin, dan dipakai selama 21 hari. Setelah itu dihapus selama tujuh hari sebelum beralih ke patch yang baru.
- Cincin vagina adalah salah satu kontrasepsi hormonal lainnya. Jenis ini juga dipakai selama 21 hari dan dilepas selama tujuh hari sebelum diganti.
- Alat kontrasepsi IUD bisa hormonal atau non-hormonal.
5. Diafragma
Diafragma adalah metode kontrasepsi penghalang yang ditempatkan seseorang di dalam vagina. Penting untuk mengoleskan spermisida ke diafragma sebelum digunakan. Menurut CDC, ketika digunakan dengan spermisida, diperkirakan diafragma efektif hampir 90 persen sebagai alat kontrasepsi.
Bunda perlu memasukkan diafragma beberapa jam sebelum berhubungan, dan membiarkannya selama 6 jam setelah berhubungan seks, kemudian melepaskannya setelah 24 jam. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu tentang penggunaan kontrasepsi diafragma ini, ya.
Artikel terkait: Bayi Sering Gumoh Bikin Parents Panik? Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya!
6. Pil KB
Pil KB biasanya dikonsumsi untuk wanita dengan siklus 28 hari per bulan. Ada pula jenis pil KB yang dikonsumsi selama 28 hari dengan jenis pil yang berbeda misal pil kuning dikonsumsi selama 21 hari. Sedangkan pil putih untuk 7 hari (pil putih ini tanpa hormon). Ada juga pil KB untuk perempuan yang mengonsumsinya selama siklus 21 hari dengan jeda 7 hari istirahat.
7. KB Suntik
Kontrasepsi suntik dikonsumsi setiap bulan atau setiap 3 bulan sekali. Kontrasepsi hormonal ini dikenal sebagai kontrasepsi yang paling efektif untuk mencegah kehamilan.
Untuk KB bulanan, Bunda akan mendapatkan siklus haid teratur dibandingkan dengan metode 3 bulanan. Tetapi, untuk ibu menyusui dianjurkan menggunakan KB suntik 3 bulanan.
Efek samping yang dirasakan sebagian besar perempuan adalah kenaikan berat badan, kulit berjerawat, kulit berminyak, kembung, perubahan suasana hati, dan beberapa keluhan lainnya.
8. Kontrasepsi IUD
Kontrasepsi ini berupa tabung plastik kecil dan lunak dengan kandungan progesteron yang dimasukkan ke dalam rongga rahim. Metode ini melakukan pelepasan progesteron dalam dosis kecil secara perlahan-lahan di dalam rahim.
Proses ini menyebabkan penebalan dinding rahim sehingga dapat mencegah kehamilan secara efektif. Metode ini juga menghambat terjadinya ovulasi.
9. IUD Spiral
Penanaman spiral tipis dari bahan tembaga ke dalam rongga rahim oleh dokter atau bidan. Umumnya kontrasepsi ini bisa bertahan selama 5 sampai 10 tahun. Kontrasepsi ini dapat mencegah pergerakan sel telur, juga melemahkan sel sperma sehingga tidak terjadi pembuahan di dalam rahim.
Diketahui, IUD spiral bisa meningkatkan risiko infeksi panggul, dan beberapa perempuan diketahui mengalami kram perut dan pusing yang berkepanjangan.
Berhubungan dengan Menggunakan Kondom
Menggunakan kondom menjadi salah satu cara yang efektif untuk mencegah kehamilan tanpa direncanakan. Penggunaan kondom juga dapat melindungi diri dari penyakit menular seksual. Ketika menggunakannya dengan benar, kondom dapat mencegah kehamilan sebesar 80 persen, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Berikut ini cara menggunakan kondom yang benar:
- Tentukan ukuran kondom yang tepat
- Tempatkan kondom pada ujung penis. Jika penis belum disunat, tarik kulup ke belakang terlebih dahulu.
- Jepit ujung kondom untuk menghilangkan udara
- Buka gulungan kondom ke bawah penis, hati-hati jangan sampai kondom sobek.
- Setelah ejakulasi, pegang pangkal kondom di tempatnya sebelum menarik keluar dari vagina untuk mencegah keluarnya cairan sperma dari kondom tidak.
- Lepaskan kondom dan buang. Jangan pernah menggunakan kembali kondom.
Kebanyakan kondom pria terbuat dari lateks, tetapi ada pula yang menggunakan bahan lain. Bila menggunakan pelumas, periksa kesesuaiannya dengan jenis kondom yang digunakan. Misalnya, kondom lateks hanya dapat digunakan dengan pelumas berbahan dasar air.
Kondom Wanita
Kondom untuk perempuan juga tersedia di pasaran. Ini dapat digunakan sebagai pengganti kondom pria, tetapi tidak boleh digunakan bersamaan dengan kondom. Menurut CDC, kondom wanita ini efektif sebesar 79 persen sebagai alat kontrasepsi.
Apakah Menyusui Berfungsi Sebagai Kontrasepsi?
Menyusui bisa berfungsi sebagai bentuk pengendalian kelahiran dengan menunda kembalinya menstruasi Bunda. Namun, itu hanya berhasil jika menyusui sering dan teratur. Secara khusus, menyusui sebagai kontrasepsi berfungsi jika:
- bayi berusia di bawah enam bulan
- haid belum kembali
- Bunda secara eksklusif menyusui bayi sesuai permintaan, siang dan malam (yaitu, minimal enam kali menyusui yang lama setiap 24 jam, tanpa jeda lebih dari empat jam di antara waktu menyusui).
- Setelah bayi berhenti menyusui eksklusif, metode ini bukanlah kontrasepsi yang efektif dan Bunda perlu menggunakan kontrasepsi bentuk lain.
Kontrasepsi yang Aman Jika Bunda Sedang Menyusui
Jika Bunda sedang menyusui, dapat dengan aman menggunakan kontrasepsi:
- Pil KB mini
- Kondom
- Diafragma
- KB suntik
- KB implan
- (IUD)
- Sterilisasi permanen (ligasi tuba).
Jika Bunda perlu menggunakan kontrasepsi darurat jenis yang aman digunakan adalah:
- Levonorgestrel pil kontrasepsi darurat – ini adalah salah satu dari dua jenis pil kontrasepsi darurat (kadang-kadang dikenal sebagai ‘morning after pill’). Jenis lainnya, pil ulipristal asetat (UPA), tidak dianjurkan.
- AKDR tembaga – ini sangat efektif jika dipasang dalam waktu lima hari setelah berhubungan seks tanpa kondom, dan juga dapat memberikan perlindungan berkelanjutan yang efektif.
Kontrasepsi yang Tidak Dianjurkan Jika Anda Sedang Menyusui
Metode kontrasepsi berikut tidak dianjurkan jika Bunda sedang menyusui:
- Pil kontrasepsi kombinasi estrogen/progestogen tidak dianjurkan sebelum enam minggu karena dapat mengurangi produksi ASI.
- Cincin vagina tidak dianjurkan karena alasan yang sama dengan pil kontrasepsi kombinasi.
- Pil kontrasepsi darurat ulipristal asetat (UPA) tidak dianjurkan, karena diekskresikan dalam ASI dan efeknya pada bayi tidak diketahui. Para penggunanya disarankan untuk tidak menyusui selama tujuh hari setelah menggunakannya.
Ada banyak pilihan kontrasepsi untuk membantu menghindari kehamilan, mulai dari metode penghalang hingga pil hormonal, patch, dan IUD.
Metode apa yang digunakan untuk menghindari hamil lagi setelah melahirkan berbeda dengan masing-masing perempuan. Tapi, Bunda bisa mencoba beberapa opsi sebelum menyusun strategi kontrasepsi yang sesuai untuk mereka.
Setiap metode kontrasepsi juga bervariasi dalam hal efektivitasnya. Orang yang aktif secara seksual harus berkonsultasi dengan dokter tentang pilihan kontrasepsi yang cocok, sehingga mereka dapat memilih metode yang terbaik.
Terakhir, ingatlah bahwa kondom pria dan wanita adalah satu-satunya jenis kontrasepsi yang mencegah IMS.
***
Baca juga
10 Posisi Menyusui yang Baik dan Benar, Mana yang Paling Pas Bun?
11 Tips Memilih Baby Sitter Terbaik, Hati-Hati Jangan Salah Pilih Orang!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.