X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Artikel Premium
  • Breastfeeding Week 2023
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Kulit Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Awards
    • TAP x Tokopedia Awards 2023

Disfasia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Cara Mengatasi

Bacaan 6 menit

Pernahkah Parents menjumpai anak dengan gangguan bahasa? Tandanya yaitu mengalami kesulitan menyusun kata-kata yang tepat dalam sebuah kalimat, sulit memahami yang orang lain katakan, sulit membaca, dan sulit menulis. Adapun salah satu gangguan bahasa yaitu disfasia. 

Gangguan bahasa seperti disfasia memengaruhi cara seseorang membaca sampai dengan memahami ucapan orang lain. Untuk mempelajari gangguan ini, berikut penjelasan selengkapnya terkait disfasia.

Artikel Terkait: Ingin anak lancar bicara? Jangan lupa stimulasi dengan 3 cara ini di rumah

Table of Contents

  • Mengenal Kondisi Disfasia
  • Penyebab
  • Jenis
  • Gejala
  • Diagnosis
  • Cara Mengatasi
  • Pencegahan
  • Kapan Harus ke Dokter?

Mengenal Kondisi Disfasia

Disfasia

Sumber: Freepik

Disfasia adalah suatu kondisi yang memengaruhi kemampuan seseorang memproduksi dan memahami bahasa lisan. Disfasia juga dapat menyebabkan gangguan membaca, menulis, dan gerak tubuh.

Kondisi disfasia sering disalahartikan sebagai gangguan lain. Terkadang disalahartikan sebagai dengan disartria atau gangguan bicara. Mungkin juga disalahpahami dengan disfagia atau gangguan menelan.

Mengutip laman Healthline, disfasia disebut juga aphasia, yaitu gangguan bahasa (language disorder). Terjadi ketika area otak yang bertanggung jawab untuk mengubah pikiran menjadi bahasa lisan ini mengalami kerusakan dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya, penderita disfasia sering mengalami kesulitan dalam komunikasi verbal.

Disfasia disebabkan oleh kerusakan otak. Stroke adalah penyebab paling umum dari kerusakan otak yang menyebabkan disfasia. Penyebab lainnya termasuk infeksi, cedera kepala, dan tumor.

Berikut selengkapnya dengan penyebab kenapa disfasia bisa terjadi.

Penyebab Disfasia

Disfasia

Sumber: Freepik

Lantas, apa saja yang menyebabkan terjadinya language disorder dan siapa yang berisiko?

Melansir laman Healthline, kondisi ini terjadi ketika area otak yang bertanggung jawab untuk produksi dan pemahaman bahasa rusak atau terluka. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi medis yang berbeda.

Stroke adalah penyebab paling umum dari disfasia. Selama stroke, penyumbatan atau kerusakan pada pembuluh darah otak membuat sel-sel darah kehilangan oksigen, dan akibatnya oksigen. Ketika sel-sel otak kekurangan oksigen terlalu lama, mereka bisa mati.

Beberapa penyebab umum lainnya dari disfasia meliputi:

  • Infeksi
  • Cedera kepala parah
  • Tumor otak
  • Penyakit neurodegeneratif, seperti Alzheimer dan Parkinson
  • Serangan iskemik transien (TIA)
  • Migrain
  • Kejang

Beberapa penyebab disfasia, seperti serangan iskemik transien, migrain, dan kejang, hanya akanmengakibatkan kerusakan otak sementara. Kemampuan bahasa dipulihkan setelah serangan selesai.

Artikel Terkait: Catat Parents! 5 Terapi Sederhana untuk Anak yang Terlambat Bicara

Jenis Disfasia

Banyak orang dengan disfasia tahu persis apa yang ingin mereka katakan, tetapi kesulitan mengomunikasikannya melalui kata-kata. Mengutip WebMD, ada beberapa jenisnya, yakni:

1. Disfasia Ekspresif (Disfasia Wernicke)

Jenis ini ditandai ketika Anda dapat berbicara secara fisik, tetapi orang lain mungkin tidak mengerti dengan kata atau kalimat yang dikatakan. Kalimat yang dibentuk dalam pidato atau tulisan tidak selalu mengikuti aturan tata bahasa. Anda mungkin mengucapkan kata-kata yang dibuat-buat yang terdengar seperti kata-kata dalam bahasa Anda.

Beberapa orang menyebut pola berbicara ini sebagai “word salad”.

Dysphasia ekspresif juga dikenal sebagai dysphasia lancar, karena orang yang memilikinya berbicara dengan kecepatan yang sama dengan orang tanpa dysphasia. Sering kali, orang dengan disfasia ekspresif tidak menyadari bahwa mereka memilikinya dan berpikir bahwa mereka berbicara secara normal.

2. Afasia Reseptif (Afasia Broca)

Afasia atau dysphasia broca membuat sulit untuk menyusun kata-kata untuk mengomunikasikan ide-ide mereka. Orang dengan dysphasia jenis ini mengalami kesulitan membentuk kalimat lengkap saat berbicara atau menulis.

Mereka mungkin mengambil jeda panjang di antara kata-kata dan berbicara dalam kalimat yang sangat pendek, seperti “Atur meja” alih-alih “Saya yang mengatur meja”.

Dysphasia reseptif juga disebut dysphasia tidak lancar karena orang yang memilikinya berbicara lebih lambat daripada kebanyakan orang tanpa disfasia.

3. Dysphasia Anomik

Dengan afasia anomik, seseorang mengalami kesulitan mengingat dan mengucapkan kata-kata tertentu. Pun mungkin berbicara dengan jelas dan membentuk kalimat yang dapat dimengerti, tetapi melupakan kata-kata umum untuk nama orang, tempat, atau objek.

Orang dengan dysphasia anomik mungkin menggunakan istilah yang tidak jelas daripada kata-kata yang lebih spesifik.‌

4. Dysphasia Global

Disfasia global adalah ketika seseorang memiliki gejala disfasia ekspresif dan reseptif. Orang dengan dysphasia global tidak dapat membentuk banyak kata atau kalimat yang koheren dan kesulitan memahami orang lain. Dysphasia global dapat membaik dari waktu ke waktu, serta bisa hilang sepenuhnya.

5. Dysphasia Progresif

Jenis dysphasia ini awalnya ringan, kemudian menjadi lebih parah dari waktu ke waktu. Orang dengan dysphasia progresif mungkin masih dapat memahami orang lain, tetapi ucapan dan tulisan mereka semakin memburuk seiring bertambahnya usia.

Gejala atau Tanda

Disfasia

Sumber: Freepik

Cerita mitra kami
Satu dari Tiga Anak Indonesia Tidak Maju Akibat Kekurangan Zat Besi, Kenali Gejalanya
Satu dari Tiga Anak Indonesia Tidak Maju Akibat Kekurangan Zat Besi, Kenali Gejalanya
Kenali Cara Belajar Anak, Ini 5 Inspirasi Kegiatan Menarik untuk Menstimulasi Perkembangan Kognitifnya
Kenali Cara Belajar Anak, Ini 5 Inspirasi Kegiatan Menarik untuk Menstimulasi Perkembangan Kognitifnya
Jangan Tunda! Ini Momen Belajar Bahasa Asing Terbaik untuk Anak
Jangan Tunda! Ini Momen Belajar Bahasa Asing Terbaik untuk Anak
Ini Cara Dukung Potensi si Kecil Agar Tumbuh Hebat Seperti Rayner Setiawan, Podcaster Science Termuda di Indonesia
Ini Cara Dukung Potensi si Kecil Agar Tumbuh Hebat Seperti Rayner Setiawan, Podcaster Science Termuda di Indonesia

Orang dengan disfasia mungkin mengalami kesulitan menggunakan atau memahami pembicaraan. Gejalanya tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan kerusakan otak. Mengutip Healthline, gejala berbicara orang dengan kondisi ini meliputi:

  • Sangat kesulitan untuk menemukan kata-kata (anomia)
  • Berbicara perlahan atau dengan kesulitan besar
  • Berbicara dalam kata-kata tunggal atau fragmen pendek
  • Menghilangkan kata-kata kecil, seperti artikel dan preposisi (pidato telegrafis)
  • Membuat kesalahan tata bahasa
  • Mencampur urutan kata
  • Mengganti kata atau suara
  • Menggunakan kata-kata yang tidak masuk akal
  • Berbicara dengan lancar, tetapi tanpa makna

Gejala pemahaman orang dengan orang ini meliputi:

  • Kesulitan untuk memahami ucapan
  • Perlu waktu ekstra untuk memahami ucapan
  • Memberikan jawaban yang salah untuk pertanyaan sederhana
  • Mengalami kesulitan memahami tata bahasa yang kompleks
  • Mengalami kesulitan memahami ucapan cepat
  • Salah menafsirkan makna (misalnya, mengambil bahasa kiasan secara harfiah)
  • Kurangnya kesadaran akan kesalahan
  • Orang dengan disfasia mungkin juga mengalami kesulitan lain, terutama saat membaca dan menulis.

Artikel terkait: Menangani lidah putih bayi yang sering membuatnya rewel dan enggan menyusu

Diagnosis

Disfasia

Sumber: Freepik

Disfasia sering muncul tiba-tiba, misalnya setelah seseorang mengalami cedera kepala. Ketika muncul tanpa penyebab yang jelas, biasanya merupakan tanda kondisi lain, seperti stroke atau tumor otak.

Jika si kecil maupun Anda mengalami gejalanya, segeralah membuat janji dengan dokter. Dokter mungkin menyarankan beberapa atau semua tes berikut ini:

  • Pemeriksaan fisik
  • Pemeriksaan neurologis
  • Tes kemampuan lainnya seperti refleks, kekuatan, dan perasaan
  • Tes pencitraan, seperti pemindaian MRI
  • Evaluasi bicara-bahasa

Ingatlah bahwa dokter mungkin menggunakan istilah “afasia” untuk merujuk pada gejalanya.

Cara Mengatasi

Pengobatan untuk disfasia tergantung pada jenisnya. Seorang ahli patologi wicara-bahasa dapat membantu menciptakan strategi dan latihan untuk mengingat kata-kata. Sesi perawatan bisa satu per satu, ataupun dalam kelompok.

Dalam kasus disfasia ringan, kemampuan bahasa dapat pulih tanpa pengobatan. Namun, sebagian besar waktu, terapi wicara dan bahasa digunakan untuk mengembangkan kembali keterampilan bahasa.

Terapis bicara dan bahasa fokus membantu individu dengan disfasia mendapatkan kembali bahasa sebanyak mungkin. Sambil juga membantu mereka belajar bagaimana menggunakan teknik kompensasi dan mode komunikasi lainnya.

Jika Parents bukan ahli patologi wicara, Anda dapat membantu anak dengan disfasia berkomunikasi dengan lebih mudah. Ajukan pertanyaan sederhana, bicaralah dengan jelas, dan gunakan gerakan tangan dan ekspresi wajah.

Pencegahan

Faktor risiko dysphasia termasuk orang yang memiliki gangguan kesehatan berikut:

  • Kolesterol tinggi
  • Tekanan darah tinggi
  • Penyakit jantung
  • Diabetes
  • Gaya hidup yang tidak banyak bergerak

Mengatasi masalah ini dapat menurunkan risiko stroke dan juga risiko disfasia.

Kapan Harus ke Dokter?

Language disorder dapat disembuhkan. Namun, memulihkan kemampuan komunikasi seperti sediakala setelah kerusakan otak terjadi tidak selalu memungkinkan.

Perawatan paling efektif bisa dilakukan jika Anda sesegera mungkin periksa ke dokter, terutama ketika mengalami stroke atau cedera kepala. Bicarakan dengan dokter tentang gejala yang dirasakan segera setelah terjadi tanda-tandanya muncul.

**

Demikian hal-hal terkait disfasia yang perlu Parents pahami. Semoga bermanfaat.

What Is Dysphasia?
www.healthline.com/health/dysphasia

What Is Dysphasia?
www.webmd.com/brain/what-is-dysphasia#:~:text=Dysphasia%2C%20also%20called%20aphasia%2C%20is,say%2C%20reading%2C%20and%20writing.

Baca Juga:

 Ciri anak autis bisa dideteksi lewat bermain cilukba, ini penelitiannya

 Ingin anak lancar bicara? Jangan lupa stimulasi dengan 3 cara ini di rumah

 Lidah bayi berwarna putih, berbahayakah? Kenali penyebab dan cara mengatasinya berikut ini

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

Kalamula Sachi

Diedit oleh:

Finna Prima Handayani

  • Halaman Depan
  • /
  • Usia Sekolah
  • /
  • Disfasia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Cara Mengatasi
Bagikan:
  • Masih Marak Terjadi, Ini Karakter Anak Rentan Dibully di Media Sosial

    Masih Marak Terjadi, Ini Karakter Anak Rentan Dibully di Media Sosial

  • Si Kecil Mulai Bersekolah? Yuk, Perhatikan Nutrisinya agar Tumbuh Kembang Anak Optimal

    Si Kecil Mulai Bersekolah? Yuk, Perhatikan Nutrisinya agar Tumbuh Kembang Anak Optimal

  • Bangun Kecerdasan Visual dan Spasial, Ini Cara Menggambar Rumah untuk Anak SD!

    Bangun Kecerdasan Visual dan Spasial, Ini Cara Menggambar Rumah untuk Anak SD!

  • Masih Marak Terjadi, Ini Karakter Anak Rentan Dibully di Media Sosial

    Masih Marak Terjadi, Ini Karakter Anak Rentan Dibully di Media Sosial

  • Si Kecil Mulai Bersekolah? Yuk, Perhatikan Nutrisinya agar Tumbuh Kembang Anak Optimal

    Si Kecil Mulai Bersekolah? Yuk, Perhatikan Nutrisinya agar Tumbuh Kembang Anak Optimal

  • Bangun Kecerdasan Visual dan Spasial, Ini Cara Menggambar Rumah untuk Anak SD!

    Bangun Kecerdasan Visual dan Spasial, Ini Cara Menggambar Rumah untuk Anak SD!

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2023. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.