Nama Dini Surya sempat menjadi pembicaraan dan viral di media lokal Surabaya pada Desember 2016 silam karena kasus KDRT yang menimpanya.
Tak hanya mengalami kekerasan, ia juga sempat dilaporkan mantan suami sebagai orang hilang, dugaan penculikan hingga muncul rumor bergabung kelompok teroris. Berhasil lepas dari jeratan ‘monster’ KDRT, kini Dini Surya aktif menjadi pelatih beladiri.
Seperti apa kisah lengkapnya? Berikut penuturan Dini Surya kepada theAsianparent ID.
Anak-anak juga Menjadi Korban Kekerasan Sejak Balita
Ibu dua anak asal Surabaya ini mengalami kekerasan sejak usia pernikahannya menginjak 2 hingga 13 tahun. Mulanya, ia menerima kekerasan psikis seperti diolok, dijelek-jelekan dengan menyebut isi kebun binatang. Akibatnya, kepercayaan dirinya menjadi turun dan tak punya keberanian.
Tak cukup sampai di situ, kekerasan yang dialaminya justru kian bertambah. Meningkat menjadi kekerasan fisik. Ia mulai didorong-dorong, ditampar hingga ditendang hingga menimbulkan luka. Kekerasan terus berlanjut, bahkan anak-anaknya pun ikut menjadi korban.
Dini Surya mengatakan, putranya juga menjadi sasaran kekerasan suami sejak berusia 4 tahun. Sementara si bungsu yang perempuan sudah menerima kekerasan fisik sejak ia baru bisa merangkak hingga umur 1 tahun 2 bulan.
Yang paling parah, si sulung pernah dibanting ayahnya sendiri dengan posisi dada mengenai lantai dan dagu terluka hingga harus dilarikan ke UGD. Dengan perasaan yang begitu kalut, ketika itu Dini mengira anaknya sudah meninggal. Beruntung, apa yang ia khawatirkan tidak terjadi. Putranya masih selamat.
Tak hanya kekerasan verbal dan fisik, Dini mengutarakan kalau ruang geraknya pun dibatasi. Ia tidak dibatasi keluar rumah. Sang mantan suami sampai memasang CCTV sebanyak 7 buah yang menyebar di sudut-sudut rumahnya.
Kalaupun diizinkan keluar untuk urusan penting, waktunya pun dibatasi. Jika pulang melebihi batas waktu itu, maka ia akan mendapat ‘hadiah’ berupa hantaman dari sang suami.
Suami Dini Surya Anggap Kekerasan yang Dilakukannya adalah Bentuk Kasih Sayang
Menurut Dini, banyak korban KDRT tidak berani untuk berbicara karena banyak alasan. Mereka menganggapnya sebagai aib keluarga sehingga tidak patut diumbar tapi harus bisa menyelesaikannya secara mandiri. Itu pula yang dirasakannya kala itu.
Hingga suatu ketika ia memutuskan untuk berkonsultasi dengan psikolog, psikiater dan konsultan pernikahan. Ketika berkonsultasi, para profesional itu menginginkan kedua belah pihak hadir untuk menyelesaikan masalah bersama. Sayangnya, sang suami tidak pernah mau terlibat.
“Saya minta pasangan saya supaya ikut konseling, waktu itu nggak mau karena alasannya yang gila itu saya. Saya yang menstimulus dia untuk melakukan kekerasan. Jadi saya yang harus menyelesaikan diri saya dulu,” kisah Dini kepada tAp.
Mantan suaminya berdalih bahwa kekerasan yang dia lakukan ini adalah bentuk kasih sayang dan perhatian kepada pasangan. Jelas gaya komunikasi seperti ini adalah salah besar karena ada pihak yang terluka.
Konsultasi dengan Ustadzah dan Usaha Batiniyah
Dini Surya (Foto: theAsianparent)
Merasa usahanya stagnan, Dini Surya pun mencari cara lain. “Saya pun berkonsultasi ke ustadzah. Saya ikut majelis-majelis ilmu karena ingin tahu dari sisi agama itu aturannya kayak gimana?”
Saat itu Dini merasa harus bertahan dan menganggapnya sebagai jihad seorang istri. Ia berusaha memperbaiki diri dan menerima kekurangan suami. Bertahun-tahun berjuang sendirian, ia merasa ada yang salah dengan usahanya hingga memberanikan diri untuk terbuka. Dini menunjukkan luka-luka bekas pengaiayaan yang dialaminya kepada sang guru.
“Kok sampai kayak gini Mbak Dini? Kalau di Islam wanita itu juga harus dihormati,” kenang Dini Surya menirukan ucapan ustadzahnya.
Menurut ustadzahnya, kalau memang dari sisi mudharatnya lebih banyak, tidak ada ketenangan malah dapat kekerasan dan secara finansial pun tidak dicukupi, maka harus ada usaha lainnya.
“Beliau kasih saran yang menurut saya, sih, nggak logis tapi ternyata hasilnya bagus. Justru dari sini perubahan awalnya,” ujarnya.
Dini lalu menjalankan usaha batiniyah sesuai saran ustadzahnya. Ia melakukan amalan-amalan di mana dalam Islam dapat dijadikan sebagai pintu solusi seperti salat tahajud, salat taubat, sedekah, membaca Al-Qur’an hingga memutuskan berhijab.
“Dan tahu nggak mbak? Sejak memakai jilbab itu, ya, tiap hari itu ada saja, lho, caranya Allah semakin menguatkan hatiku untuk segera keluar dari situasi rumah tangga yang kayak gini,” tuturnya.
Melarikan Diri dari Rumah, Dilaporkan sebagai Korban Penculikan Kelompok Teroris
Dini saat memeragakan salah satu jurus bela diri (Foto: theAsianparent)
Suatu ketika, dibantu oleh temannya, Dini Surya menyiapkan strategi untuk melarikan diri dari rumahnya yang tak ubahnya penjara. Ia berpamitan kepada suami untuk mengantar si sulung pergi sekolah lalu ke rumah sakit. Kebetulan pada malam sebelumnya, anak keduanya demam sehingga ia harus diperiksakan ke dokter.
Ketika itu Dini pun pergi menggunakan taksi online. Alih-alih ke sekolah, Dini dan kedua anaknya menuju kantor polisi . Oleh petugas kepolisian, ia disarankan langsung melapor ke Bareskrim Polda Jawa Timur di Jalan A. Yani Surabaya.
Setelah melakukan visum, Dini dibawa ke Pusat Pelayanan Terpadu khusus layanan wanita dan anak korban kekerasan. Di sana ia mendapat bantuan pengacara dan konseling secara gratis.
Di waktu yang sama, suami yang bak algojo itu justru berulah seolah keluarganya menjadi korban penculikan. Ia membuat laporan kehilangan istri dan anaknya dan mengumumkannya di media sosial, surat kabar, dan radio. Ia bahkan menuduh sang istri kabur bersama kelompok teroris lantaran perubahan penampilannya (berhijab).
Tentu saja hal ini membuat Dini dan pihak kepolisian kewalahan karena beritanya terlanjur viral dan menyebar ke seantero kota. Untuk sementara waktu, Dini Surya dan kedua anaknya mengamankan diri di “Safe House” sampai suami ditangkap polisi.
Dibantu Polda Jatim, ia pun bisa menyelesaikan masalahnya. Dini akhirnya bisa terbebas dengan putusan pengadilan agama yaitu perceraian dan suami algojo itu dijatuhi hukuman penjara selama 3 bulan. Sementara anak-anaknya menjalani terapi untuk memulihkan mereka dari trauma, salah satu upaya untuk mencegah agar kelak tidak menjadi agen kekerasan berikutnya.
Dini melanjutkan, anak lelaki yang menjadi korban kekerasan, jika tidak disembuhkan akan lebih berpotensi menjadi pelaku kekerasan ketika dewasa. Sebaliknya, untuk anak perempuan memiliki kecenderungan akan memilih pasangan yang juga melakukan kekerasan.
Dini Surya Bangkit Kembali dan Menjadi Guru Bela Diri untuk Membantu Sesama Perempuan
Dini saat memeragakan salah satu jurus bela diri (Foto: Istimewa)
Berhasil lepas dari jeratan mantan suami, Dini masih trauma dan tidak bersemangat menjalani hidup. Saat ia melihat anaknya terlelap, seolah disadarkan, tiba-tiba ia merasa harus bangkit dari keterpurukan. Ia harus kembali bekerja untuk menghidupi mereka.
Suatu ketika Dini berkenalan dengan komunitas Women Self Defense of Kopo Ryu (WSDK). WSDK adalah bela diri khusus wanita yang berdiri sejak 2006 di Bandung, dan kini memiliki cabang di Jakarta, Surabaya, Bogor, dan Medan.
Ia tertarik belajar bela diri karena khawatir jika kelak mantan suaminya keluar dari penjara, ia akan diburu karena membalas dendam. WSDK menjadi wadah baginya untuk membekali diri sekaligus sebagai terapi. Siapa sangka kini ia justru menjadi pelatih bela diri khusus perempuan.
“Jalan saya untuk menjadi lebih baik itu lewat terapi bela diri. Itu pun saya nggak kepikiran kalau saya bisa jadi guru bela diri. Awalnya saya mikir bela diri itu repot (karena) harus mikirin jurus-jurus bikin aku puyeng,” papar Dini Surya sambil tergelak.
Dini mengakui jika pemulihan trauma menjadi korban KDRT memang membutuhkan proses yang panjang. Ia pun mengingatkan bagi perempuan yang tengah menjadi korban agar menanamkan pikiran agar tidak menggantungkan kebahagiaan pada orang lain termasuk pasangan.
“Yang penting itu mengubah mindset kita. Kalau kita yakin bisa bahagia dengan diri sendiri, kita tidak akan takut kehilangan pasangan yang toksik. Dan jangan ragu untuk mencari bantuan saat mengalami kekerasan,” pungkasnya.
Kini, selain melatih bela diri, Dini Surya juga aktif mengisi seminar dan berbagi kisahnya untuk membantu sesama perempuan.
Baca juga:
Wajib Simpan! Kontak darurat pertolongan KDRT dan kekerasan seksual di seluruh Indonesia
Ayah Membuat Tangan Anak Patah, Waspada Dampak Psikologis Korban KDRT!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.