Parents, pernahkah Anda mendengar istilah diet yoyo? Nama diet ini mengingatkan kita dengan mainan bertali panjang saat diayunkan, kurang lebih seperti itulah diet jenis ini. Diet yoyo merupakan jenis diet di mana seseorang yang melakukan akan mengalami penurunan berat badan drastis, namun akan naik lagi dalam waktu singkat. Kondisi naik turun seperti siklus membuat diet ini kerap disebut diet berputar.
Apa bahaya diet yoyo bagi kesehatan tubuh?
Umumnya, orang yang menjalani diet ini sebenarnya hanya iseng dan tidak serius ingin menjalani program diet. Godaan seseorang meraih hasil instan menjadi alasan lain seseorang akhirnya memutuskan melakukan program diet yang belum tentu sehat.
Biasanya, terdapat dua jenis orang yang menjalani diet ini. Pertama, seseorang yang berhasil menurunkan berat badan hingga ideal dengan pola hidup lebih sehat. Kemudian golongan ini kembali ke pola hidup awal setelah berhasil mendapatkan berat tubuh yang diinginkan.
Kedua, yaitu orang yang mendadak ingin diet dengan mengubah pola makan secara ekstrim dan biasanya juga tidak bertahan lama. Golongan ini biasanya rela melakukan detoks tubuh, mengonsumsi berbagai alternatif makanan tanpa memerhatikan kecukupan gizi dengan cermat.
Bukannya berat badan ideal, biasanya orang cenderung gagal mendapatkan berat badan idaman dengan diet jenis ini. Dalam acara Media Gathering Annual Nutricamp Indonesia, seorang ahli nutrisi Mochamad Aldis Ruslialdi, SKM, CNWC menjawab hal ini. Aldis, demikian ia disapa menuturkan diet yoyo erat kaitannya dengan konsep adaptasi tubuh.
“Misalnya, kita melakukan larangan masuknya kalori di awal, biasanya tubuh akan bereaksi di waktu berikutnya. Tubuh seolah memberikan kita sinyal ‘wah majikan gue lagi nggak mau makan nih’. Ketika inilah dia akan menyerap nutrisi lebih efisien. Berikutnya, tubuh akan mengeluarkan sinyal emergency sehingga yang ada lebih mudah menyerap nutrisi jumlah kecil sekalipun,” papar Aldis.
Hal inilah yang ditengarai membuat pola makan seseorang kembali ke awal, sehingga berat badan naik lagi dengan cepat. Sejumlah penelitian telah menunjukkan korelasi erat diet siklus seperti yoyo dengan risiko obesitas, bahkan depresi.
Saat berat badan sedang naik, kebanyakan orang sulit menurunkannya kembali sehingga menimbulkan rasa frustasi yang besar. Jika sudah begini, orang akan malas menjalani diet dan akhirnya berat badan terus naik dengan angka lebih signifikan sehingga risiko obesitas turut meningkat. Studi juga menunjukkan bahwa siklus diet seperti ini rentan meningkatkan kadar gula darah.
Seperti ini diet yang sehat
Tak bisa dipungkiri, akan ada banyak godaan yang menghampiri kala seseorang berniat melakukan program diet. Salah satunya konsistensi, utamanya bagi orang yang sudah terbiasa menjalani pola hidup yang kurang sehat. Dalam kesempatan yang sama, Aldis menuturkan tips diet tanpa mengorbankan kesehatan.
Atau disederhanakan dengan memulai secara perlahan. “Pelan-pelan akan lebih efektif daripada tiba-tiba dan langsung ekstrim. Orang yang menerapkan pola hidup sehat perlahan akan terbiasa seolah tidak sedang diet, berbeda dengan cara ekstrim hanya akan bertahan 2 bulan pertama saja,” tukas Aldis.
“Bisa sahabat, kekasih, suami atau istri untuk bersama menjalani program hidup sehat yang diinginkan. Salah satu temanku ada yang rutin melakukan program di kantor, terus berlanjut di rumah dengan suaminya. Alhasil dia sukses menurunkan lingkar perut sebanyak 18 cm,” ujar Aldis.
Mengajak seseorang yang berarti dalam hidup akan menumbuhkan rasa semangat saat menjalankan program diet. Apalagi saat sedang menyiapkan makanan sehat, olahraga nantinya akan lebih konsisten untuk mencapai goal yang diinginkan.
Mendengar kisah diet yang banyak beredar, mayoritas orang rela menghindari makanan kesukaan demi badan langsing ideal. Berbeda dengan cerita kebanyakan, Aldis justru menganjurkan snack sebagai pelengkap.
“Aku justru menganjurkan snacking time dua kali sehari, pagi jam 9 atau jam 10 dan sore hari jam 3 atau jam 4 lah. Pilih kudapan yang sehat menjadi kunci Anda tidak perlu mengorbankan semua untuk menurunkan berat bedan,” jelas Aldis.
Lebih lanjut, Aldis merekomendasikan seporsi buah segar sebagai kudapan menyehatkan. Sebagai contoh, seporsi buah segar setara dengan 7 buah stroberi, segenggam anggur, setengah slice (dibelah dua) mangga, satu slice pepaya berukuran panjang, semangkuk kecil kelompok buah berry, 3 buah kurma, 1 biji buah durian, atau 1 buah apel dan jeruk reguler.
“Nggak kalah penting, camilan sehat juga harus memerhatikan kadar GGL (gula, garam, lemak) sesuai anjuran Kementerian Kesehatan. Sebanyak 120-125 kalori adalah angka yang disarankan,” pungkas Aldis.
Nah, sudahkah Parents melakukan program diet yang sehat?
Baca juga :
Menu Makan Malam yang Bantu Menurunkan Berat Badan, Cek!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.