Speech Delay pada Anak: Ciri-Ciri, Penyebab, Cara Mengatasi, dan Mencegahnya

Tidak ingin berinteraksi hingga tak mengerti perkataan orang lain, kenali tanda atau ciri anak speech delay beserta penanganannya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Keterlambatan bicara atau speech delay pada anak perlu segera diatasi agar tidak berkembang menjadi kondisi yang lebih parah. Maka dari itu, sebagai orang tua, Parents perlu tahu ciri-ciri awal anak yang mengalami speech delay.

Memang, tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda. Namun, ada beberapa perkembangan anak yang perlu dipantau juga pencapaiannya. Salah satunya adalah kemampuan berbicara anak yang perlu disesuaikan berdasarkan usia. 

Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak

Speech delay atau keterlambatan bicara merupakan sebuah kondisi ketika kemampuan bicara anak mengalami keterlambatan atau tidak sesuai dengan tahapan perkembangan pada usianya.

Adapun kemampuan bicara anak ini termasuk ke dalam salah satu aspek perkembangan bicara dan bahasa. Nah, perkembangan bicara dan bahasa sendiri memiliki tiga aspek utama. Beberapa aspek tersebut di antaranya adalah:

  • Kemampuan bicara (speech): Kemampuan memproduksi bunyi, termasuk artikulasi, kelancaran bicara, suara, dan intonasi.
  • Bahasa (language): Memahami dan mengekspresikan bentuk kata, fungsi kata, penggunaan kata sesuai dengan tata bahasa dan situasi.
  • Komunikasi (communication): Kemampuan anak dalam memahami atau menyampaikan pesan secara verbal (berbahasa) dan nonverbal (gestur) yang berpengaruh pada perilaku. 

Pola Perkembangan Bicara Normal

Lebih lanjut, sebelum mengetahui ciri-ciri anak yang terlambat bicara. Sebagai orang tua, Parents juga perlu paham mengenai tahapan perkembangan bicara dan berbahasa pada anak sesuai usia. Hal ini pun disampaikan oleh Psikolog Anak dan Remaja Hesty Novitasari M.Psi dari Ruang Tumbuh.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dalam Kuliah Telegram yang diadakan oleh theAsianparent Indonesia, Hesty menjelaskan mengenai tahapan perkembangan tersebut, yakni:

  • Usia 0-3 bulan: Biasanya sudah dapat merespons ke arah suara.
  • Rentang usia 4-7 bulan: Mulai berkesperimen membuat bunyi seperti ‘baba’, ‘mama’ atau bunyi lain yang tak memiliki arti.
  • Usia 8-12 bulan: Sudah bisa meniru berbagai suara dan menyebutkan paling tidak 1 kata bermakna.
  • Usia 2 tahun: Menggabungkan dua kata menjadi kalimat sederhana.
  • 3 tahun: Memahami 2-3 instruksi secara bersamaan.
  • Usia 4 tahun: Bisa menyebut nama, usia, tempat, mengelompokkan kata, mengenali konsep warna, waktu, dan bentuk.

Berikut adalah tabel pola perkembangan bicara normal, mengutip dari laman resmi American Family Physician.

Usia

Perkembangan Bicara

1 sampai 6 bulan

Mengeluarkan suara yang tidak berarti seperti “aah” atau “ooh” dan bisa menanggapi suara.

6 sampai 9 bulan

Mengoceh atau babbling.

10 hingga 11 bulan

Melakukan imitasi suara sederhana, mengatakan “mama”, “baba”, atau “dada” tanpa arti.

12 bulan

Mengatakan “mama”, “baba”, atau “dada” dengan artinya, sering meniru kata dengan dua dan tiga suku kata.

13 hingga 15 bulan

Mengetahui empat sampai tujuh kosa kata, <20% ucapan bisa dipahami oleh orang lain.

16 hingga 18 bulan

Mengetahui hingga 10 kosakata, 20% hingga 25% ucapan dapat dipahami.

19 hingga 21 bulan

Mengetahui hingga 20 kosakata, 50% ucapan bisa dipahami.

22 hingga 24 bulan

Kosakata lebih dari 50 kata, bisa mengucapkan frasa dua kata, 60% hingga 70% ucapan dapat dipahami.

2 hingga 2½ tahun

Kosakata berkembang hingga 400 kata termasuk nama, dapat mengucapkan frasa dua sampai tiga kata, menguasai penggunaan kata ganti, 75% ucapan bisa dipahami oleh orang lain.

2½ hingga 3 tahun

Menguasai penggunaan bentuk jamak dan bentuk lampau, tahu usia dan jenis kelamin, menghitung tiga benda dengan benar, mengucapkan tiga sampai lima kata per kalimat, 80% hingga 90% omongannya bisa dipahami.

3 sampai 4 tahun

Mengucapkan tiga sampai enam kata per kalimat, bisa mengajukan pertanyaan, mengobrol dua arah, menceritakan pengalaman, bercerita, dan hampir semua ucapan dapat dipahami.

4 sampai 5 tahun

Mengucapkan enam sampai delapan kata per kalimat, menyebutkan empat warna yang berbeda, menghitung hingga 10 dengan benar

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Nah, apabila kita sudah memahami tahapan tersebut, maka akan lebih mudah mengetahui apa saja sekiranya tanda atau ciri-ciri speech delay pada anak. 

Penyebab Speech Delay pada Anak

1. Masalah Anatomi Mulut

Keterlambatan bicara dapat mengindikasikan masalah pada mulut, lidah, atau langit-langit mulut. Dalam kondisi yang disebut ankyloglossia (tongue-tie), lidah terhubung ke dasar mulut sehingga dapat membuat sulit untuk membuat suara tertentu.

2. Kurangnya Stimulasi

Pada dasarnya, kita belajar berbicara untuk berkembang ke dalam sebuah percakapan. Oleh karena itu, jika anak jarang terlibat pembicaraan dengan orang di sekelilingnya maka ia bisa jadi mengalami kesulitan untuk berbicara.

Lingkungan memainkan peran penting dalam perkembangan bicara dan bahasa. Kurangnya stimulasi verbal dapat membuat anak tidak mencapai tonggak perkembangan tertentu termasuk bicara.

3. Gangguan Pendengaran

Pendengaran yang baik dalam beberapa tahun pertama kehidupan sangat penting untuk perkembangan bahasa dan bicara. Gangguan pendengaran pada tahap awal perkembangan dapat menyebabkan keterlambatan bicara yang mendalam.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan gangguan pendengaran selama beberapa tahun pertama kehidupan berada di risiko keterlambatan bicara.

4. Lingkungan yang Bilingual

Penggunaan dua bahasa yang berbeda (bilingual) di lingkungan anak dapat menyebabkan penundaan sementara dalam kemampuan bicara anak untuk kedua bahasa tersebut.

Akan tetapi, pemahaman anak bilingual terhadap dua bahasa adalah normal bagi anak seusianya, dan anak biasanya menjadi mahir dalam kedua bahasa tersebut sebelum usia lima tahun.

5. Keterlambatan Perkembangan

Keterlambatan perkembangan atau maturation delay menyumbang persentase yang cukup besar dari speech delay. Dalam kondisi ini terjadi keterlambatan dalam pematangan proses neurologis pusat yang diperlukan untuk menghasilkan ucapan.

Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki, dan sering ditemukan riwayat dalam keluarga yang juga mengalami keterlambatan perkembangan. Namun prognosis untuk anak-anak ini sangat baik, mereka biasanya memiliki perkembangan bicara yang normal pada usia masuk sekolah.

6. Gangguan Bahasa Ekspresif

Anak-anak dengan gangguan bahasa ekspresif (developmental expressive aphasia) pada umumnya akan gagal mengembangkan penggunaan bicara pada usia biasanya.

Anak-anak ini memiliki kecerdasan normal, pendengaran normal, hubungan emosional yang baik dan keterampilan artikulasi yang normal. Namun, mereka memiliki disfungsi otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk menerjemahkan ide ke dalam ucapan.

Anak-anak ini mungkin menggunakan gerak tubuh untuk melengkapi ekspresi verbal mereka yang terbatas.

Jika orang yang terlambat berkembang pada akhirnya akan mengembangkan kemampuan bicara yang normal, anak dengan gangguan bahasa ekspresif tidak akan melakukannya tanpa intervensi.

Sulit untuk membedakan pada usia dini anak yang terlambat berkembang atau anak yang memiliki gangguan bahasa ekspresif.

Seorang anak dengan gangguan bahasa ekspresif berisiko mengalami ketidakmampuan belajar berbasis bahasa (disleksia). Sebab, gangguan ini tidak mengoreksi diri, intervensi aktif diperlukan.

7. Korban Kekerasan

Kekurangan fisik (misalnya kemiskinan, perumahan yang buruk, kekurangan gizi) dan kekurangan sosial (misalnya stimulasi linguistik yang tidak memadai, ketidakhadiran orang tua, stres emosional, penelantaran anak) memiliki efek buruk pada perkembangan bicara.

Menurut penelitian, anak-anak korban kekerasan yang tinggal bersama keluarga mereka umumnya tidak mengalami keterlambatan bicara, kecuali mereka juga mengalami pengabaian.

Orang tua yang melakukan kekerasan lebih cenderung mengabaikan anak-anak mereka daripada orang tua lainnya dan lebih kecil kemungkinannya untuk menggunakan sarana verbal untuk berkomunikasi dengan mereka. Oleh karena itu, anak-anak korban kekerasan bisa jadi memiliki peningkatan insiden keterlambatan bicara

8. Autisme

Autisme adalah gangguan perkembangan berbasis neurologi yang ditandai dengan perkembangan bahasa yang tertunda dan menyimpang, kegagalan untuk mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan perilaku ritualistik dan kompulsif, termasuk aktivitas motorik berulang. Ini juga merupakan salah satu penyebab anak mengalami keterlambatan bicara.

Anak autis pada umumnya gagal melakukan kontak mata, tersenyum secara sosial, merespons pelukan atau menggunakan gerak tubuh untuk berkomunikasi. Autisme tiga sampai empat kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

9. Bisu Elektif (Elective Mutism)

Bisu elektif adalah suatu kondisi di mana anak-anak tidak berbicara karena mereka tidak mau.

Biasanya, anak-anak dengan mutisme elektif ini akan berbicara ketika mereka sendirian, dengan teman-teman mereka dan kadang-kadang dengan orang tua mereka, tetapi mereka tidak berbicara di sekolah, dalam situasi publik atau dengan orang asing.

Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Sebagian besar anak dengan mutisme elektif juga memiliki defisit artikulatoris atau bahasa.

Dasar dari mutisme biasanya adalah psikopatologi keluarga. Anak-anak bisu elektif biasanya menunjukkan gejala lain dari penyesuaian yang buruk, seperti hubungan teman sebaya yang buruk atau ketergantungan yang berlebihan pada orang tua mereka. 

Umumnya, anak-anak ini negativistik, pemalu, penakut dan menarik diri. Gangguan ini dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

10. Afasia Reseptif (Receptive Aphasia)

Defisit dalam pemahaman bahasa lisan adalah masalah utama dalam afasia reseptif, yaitu kesulitan produksi dan keterlambatan bicara.

Anak-anak dengan afasia reseptif menunjukkan respons normal terhadap rangsangan pendengaran nonverbal, tetapi secara garis besar terlihat seperti anak yang tidak mendengar.

Kemampuan bicara mereka tidak hanya tertunda, tetapi juga jarang, agrammatik, dan tidak jelas dana artikulasi. Kebanyakan anak dengan afasia reseptif secara bertahap memperoleh bahasa mereka sendiri, yang hanya dipahami oleh yang mengenal mereka dengan baik.

11. Keterbelakangan Mental

Retardasi mental adalah penyebab paling umum dari keterlambatan bicara, terhitung lebih dari 50 persen kasus.

Seorang anak yang mengalami keterbelakangan mental menunjukkan keterlambatan bahasa global, memiliki pemahaman pendengaran yang tertunda, dan penggunaan gerakan yang tertunda.

Secara umum, semakin parah keterbelakangan mental, semakin lambat perolehan bicara komunikatifnya. Perkembangan bicara pada anak dengan retardasi mental relatif lebih lambat dibandingkan dengan bidang perkembangan lainnya.

12. Cerebral Palsy

Keterlambatan berbicara sering terjadi pada anak-anak dengan cerebral palsy. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada mereka yang menderita cerebral palsy tipe athetoid.

Faktor-faktor seperti gangguan pendengaran, inkoordinasi atau kelenturan otot-otot lidah, keterbelakangan mental, atau cacat pada korteks serebral dapat menyebabkan keterlambatan bicara pada anak yang mengidap cerebral palsy.

Artikel terkait: Lidah Putih pada Bayi Tak Selalu Disebabkan ASI, Begini Cara Mengatasinya

Ciri-Ciri Anak Alami Speech Delay yang Perlu Diperhatikan

Selengkapnya, berikut kami rangkum juga beberapa tanda adanya permasalahan dalam perkembangan bicara pada anak yang perlu Parents perhatikan menurut Psikolog Hesty. 

  1. Saat lahir dan seterusnya, si kecil tidak memberi respons terhadap suara. Ia juga tidak menunjukkan minat berinteraksi dengan orang lain.
  2. Di usia 4 bulan, anak tidak memiliki keinginan berkomunikasi.
  3. Saat usia 6 bulan, mata si kecil tidak melirik dan kepala tidak menoleh kepada sumber suara yang datang dari belakang atau samping. Saat dipanggil namanya, anak juga tidak merespons. Serta, ia bisa kehilangan kemampuan mengeluarkan suara.
  4. Di usia 12 bulan, anak kehilangan kemampuan bicara yang sudah pernah ia miliki. Misalnya, tidak mengatakan  ‘mama’ atau ‘papa’.
  5. 15 bulan hingga 18 bulan, si kecil tidak mengerti saat diajak berbicara atau berkomunikasi.
  6. Usia 18 bulan, anak tidak bisa mengucapkan 10 kata.
  7. Di rentang usia 21 hingga 24 bulan, anak tidak merespons pada perintah misalnya ‘duduk’, ‘berdiri’, atau ‘kemari’. Perbendaharaan katanya kurang dari 50, tidak pernah mengucapkan kalimat yang terdiri dari 2 kata, bicaranya sulit dimengerti, hingga tidak bisa menunjuk dan menyebutkan bagian tubuh atau namanya sendiri. 

Kapan Minta Bantuan Dokter/Ahli?

Memang betul bahwa anak yang mengalami keterlambatan akan bisa berbicara di waktunya sendiri. Namun, terkadang keterlambatan bicara bisa menandakan masalah lain, seperti gangguan pendengaran atau keterlambatan perkembangan lainnya.

Jika itu masalahnya, intervensi dini adalah yang terbaik. Jika anak tidak memenuhi tonggak perkembangan dalam hal kemampuan bicara, buatlah janji dengan dokter anak.

Selain itu, Parents juga diharapkan untuk terus menstimulasi anak dengan berbicara dengan mereka, membaca buku, bernyanyi, dan lain sebagainya untuk membantu mendorong kemampuan bicaranya.

Diagnosis

Jika mencurigai adanya ciri-ciri speech delay pada anak, Parents bisa segera berkonsultasi pada dokter spesialis anak. Ingat, semakin cepat intervensi maka akan semakin baik hasilnya.

Setelah melakukan asesmen, dokter akan melakukan penilaian komprehensif terhadap bahasa ekspresif dan reseptif anak Anda untuk menentukan apakah anak Anda mengalami keterlambatan bahasa.

Penilaian yang dilakukan akan fokus pada berbagai bentuk komunikasi verbal dan nonverbal, serta menggunakan ukuran standar dan informal.

Setelah menyelesaikan evaluasi bicara dan bahasa, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan lain. Misalnya, pemeriksaan pendengaran dapat membantu untuk menentukan apakah anak memiliki gangguan pendengaran. Anak mungkin memiliki masalah pendengaran yang terabaikan, terutama jika mereka masih sangat kecil.

Setelah mendapatkan diagnosisnya, anak bisa diberikan perawatan berupa terapi wicara sesuai dengan kebutuhannya.

Cara Mengatasi Anak yang Mengalami Speech Delay

Keterlambatan bicara pada anak perlu diatasi secara cepat dan tepat. Jika si kecil mengalami tanda atau ciri-ciri yang telah disebutkan, ada baiknya Parents langsung berkonsultasi dengan dokter spesialis. Hal ini penting dilakukan agar anak bisa mendapat jenis terapi yang tepat.

Selain terapi, Anda juga bisa memberikan penanganan berupa memberikan stimulasi terkait perkembangan bicara dan bahasa bagi si kecil. Menurut Psikolog Hesty, berikut jenis-jenis stimulasi bicara dan berbahasa yang bisa Anda berikan di rumah:

  • Stimulasi otot oral atau oromotor: Meniup balon hingga mengunyah makanan bertekstur.
  • Mengajaknya bermain peran atau roleplay seperti rumah-rumahan atau dokter-dokteran. Ajak ia bercerita dan mendongeng untuk mengasah kemampuan berbahasanya.
  • Menirukan suara-suara seperti suara binatang atau alat transportasi.
  • Mengajarkannya terkait konsep waktu, bentuk, tempat, ukuran, dan sebagainya.
  • Melatih kemampuan intonasinya dengan berbicara kepada si kecil menggunakan tekanan nada pada kata tertentu. Bedakan suara dengan eksperesi tertentu seperti saat sedih, senang, marah, atau takut. Kemampuan ini juga bisa dirangsang melalui kegiatan bermain peran.
  • Memperbanyak kosakata dengan mengajaknya bermain tebak gambar atau pun mengajaknya bermain permainan acak kata. 

Artikel terkait: Selain Seru, Ini 7 Manfaat Permainan Mencari Kata untuk Anak Sekolah

Upaya Pencegahan yang Bisa Dilakukan

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita memantau perkembangan anak dan melakukan deteksi dini terkait keterlambatan bicara sebagai upaya pencegahan. 

Menurut Hesty, orang tua perlu menerapkan prinsip deteksi dini agar tumbuh kembang anak bisa terpantau dengan baik sesuai usianya. Adapun prinsip deteksi dini terkait perkembangan bicara dan bahasa yang bisa dilakukan di antaranya:

  • Amati: Selalu amati permasalahan yang dialami anak. Misalnya ketika ia berbicara atau menginginkan sesuatu.
  • Beri Perhatian: Selalu perhatikan perilaku penyerta ketika ia berbicara. Misalnya, setiap ia meminta sesuatu, si kecil hanya menunjuk atau menangis tanpa mengucapkan kata.
  • Catat: Catatlah permasalahan yang dihadapi pada setiap tahapan usianya. Apa saja kendala yang ditemu si kecil saat hendak mencapai tahapan perkembangannya?
  • Dukungan: Terakhir, selalu berikan dukungan kepada anak untuk menstimulasi pencapaian anak di setiap tahapan perkembangan.

Artikel terkait: 7 Cara Memotivasi Anak untuk Semangat dan Tidak Gampang Menyerah

Nah, Parents, itulah ciri-ciri anak yang mengalami speech delay, cara mengatasinya, serta beberapa upaya pencegahan yang bisa Anda lakukan. Apabila si kecil mengalami keterlambatan tumbuh kembang, jangan ragu juga untuk berkonsultasi kepada ahlinya agar bisa diatasi secara tepat dan cepat. Semoga informasi seputar speech delay pada anak ini bermanfaat!

Artikel diupdate oleh: Annisa Pertiwi

Delayed Speech or Language Development
Evaluation and Management of the Child with Speech Delay
www.aafp.org/pubs/afp/issues/1999/0601/p3121.html

Delayed Speech or Language Development
kidshealth.org/en/parents/not-talk.html

Speech Delay at 3 years Old: What’s Normal, What’s Should Be Evaluated
www.healthline.com/health/speech-delay-3-year-old-2#

Language Delay: Types, Symptoms, and Causes
www.healthline.com/health/language-delay#types

Baca juga:

Mengisahkan Orangtua dan Anak, Ini 3 Contoh Dongeng Anak Populer

Bunda, Penuhi 5 Nutrisi Ini Agar si Kecil Tumbuh Cerdas dan Sehat

Perbedaan Autisme dan ADHD pada Anak, Jangan Keliru!