Setelah menikah dan memiliki anak, tidak sedikit perempuan yang lupa untuk cinta diri sendiri.
Pikiran, perhatian, dan tenaga kerap fokus untuk keluarga. Memikirkan apakah sudah melakukan yang terbaik untuk suami dan anak? Apakah kebutuhan suami dan anak sudah tercukupi dengan baik? Bagaimana dengan nutrisinya? Apakah suami dan anak sehat-sehat saja? Termasuk memikirkan hal lain yang tak kalah menguras emosi.
Alih-alih, kebutuhan diri sendiri justru terlupakan. Atau justru jadi nomor kesekian yang perlu diingat lantaran dianggap bukan lagi prioritas.
Siapa yang setuju dan merasa melakukannya?
Bunda, Jangan Lupa untuk Cinta Diri Sendiri
“Setelah menikah, buat saya anak dan suami itu paling utama. Mereka yang harus saya perhatikan dulu. Saya merasa ini bagian dari tanggung jawab saya sebagai istri dan seorang ibu,” ujar Ika, ibu dari Lintang dan Bintang.
“Memang, ya, kalau sudah punya anak, apa-apa yang dipikirin itu anak terus, bahkan kalau lagi ngobrol sama suami, yang dibahas itu anak terus. Cerita perkembangan tumbuh kembangnya lah, ada masalah apa sama anak, apa-apa yang diomongin itu, ya, selalu anak. Mikirin anak terus, deh,” papar Nita, ibu dari Rintik Rindu.
Senada dengan Ika dan Nita, Mira mengatakan, “Mengingat anak nanti akan mandiri, punya kehidupan sendiri setelah besar dan menikah, saya sadar bahwa menjaga hubungan dengan suami itu sangat penting. Biar bagaimana pun, masa tua nanti akan lebih banyak dihabiskan bersama suami. Jadi, memang yang perlu diutamakan itu tentu saja suami.”
Apa yang diungkapkan 3 orang perempuan di atas, setidaknya bisa menggambarkan bahwa pada umumnya para istri sekaligus ibu kerap lupa untuk mencintai dirinya sendiri. Jika tidak disadari dan dilakukan terus menerus tentu saja bisa berdampak buruk, khususnya bagi kesehatan mental. Setidaknya, hal inilah yang ditegaskan oleh dr Santi Yuliani, MSc.,Sp.KJ.
“Risikonya tentu saja bisa membuat kita jadi mudah depresi. Kenapa? Kalau kita terlalu menomor satukan orang lain, pada saat kita sedang merasa tidak nyaman dan kelelahan, umumnya akan muncul pertanyaan ‘Kenapa aku yang harus terus mengalah?’, ‘Kenapa nggak ada yang ngertiin aku?’, ‘Kenapa aku yang harus menanggung ini semua sendirian?’. Nah, ketika perasaan ini sering muncul, tentu saja akan menimbulkan gangguang perasaan yang akan berujung pada depresi dan rasa pesimis.”
Keluarga Bisa Bertumbuh dengan Baik
Psikiater RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang ini melanjutkan, seorang perempuan yang telah menjadi istri sekaligus ibu tentu saja perlu membagi perhatian dan cintanya pada keluarganya. Namun, bukan berarti jadi melupakan kebutuhan diri sendiri sebagai individu. Toh, sebenarnya ada banyak cara sederhana untuk bisa mencintai diri sendiri.
“Selama kita bisa memosisikan diri dengan baik, menomor satukan suami di waktu yang tepat tentu saja boleh saja. Namun, yang tidak saya sarankan adalah terus menerus memosisikan orang lain menjadi nomor satu dibandingkan diri sendiri. Ada saatnya kita harus menomor satukan diri sendiri. Self love itu sangat penting.”
Dijelaskan dokter Santi, self love artinya mencintai diri sendiri, tetapi tentu saja bukan berarti egois dan melupakan orang lain khususnya keluarga. Cinta diri sendiri juga bukan berarti harus memenuhi keinginan diri sendiri dan mengesampingakan kebutuhan dan keinginan orang lain.
Self love di sini lebih dimaksudnya bagaimana kita bisa memperlakukan, menerima diri sendiri dengan baik, termasuk memenuhi kebutuhan sebagai invididu.
“Ada yang suka bilang, saya mencintai suami melebihi rasa cinta pada diri sendiri. Ini cuma ada di dalam sinteron, justru pada saat kita merasa saya mencintai suami melebihi saya mencintai diri sendiri, it’s a mistake. Coba dikurangi. Biar bagaimana pun kita perlu mencintai diri sendiri lebih dulu. Kita harus tetap memiliki porsi untuk diri sendiri, ini pun berlaku untuk para suami, kok.”
Cintai Diri Sendiri Bukan Berarti Egois
Lebih lanjut dokter Santi memaparkan, hal ini bukan berarti tidak cinta, bukan juga memiliki arti bahwa tidak percaya dengan suami. Hanya saja, dokter Santi mengingatkan agar setelah menikah, semua perempuan itu jangan sekadar figuran.
“Pada saat menikah dan memiliki anak, perempuan itu tetap perlu power, punya bargaining power untuk menyampaikan pendapatnya. Ini bukan sekadar persoalan finansial saja. Seorang isrti tidak harus mengikuti kata suami terus menerus.”
Kondisi ini tentu saja bisa dicapai jika perempuan juga bisa cinta diri sendiri, sehingga bisa bertumbuh sebagai pribadi yang utuh.
Dewasa ini ungkapan self love di mana seseorang perlu cinta diri sendiri memang semakin sering digaungkan. Ada banyak alasan mengapa seorang ibu perlu memiliki self love yang baik, salah satunya tentu saja terkait dengan kesehatan mental.
Self love ini bahkan bisa diibaratkan sebagai pondasi dalam menjalin hubungan dengan orang lain, khususnya dengan keluarga. Tanpa disadari self love justru bisa membantu seseorang bisa berpikir dan bertindak dengan lebih baik dan bijaksana.
Jika kita belum mampu cinta diri sendiri, bagaimana bisa mencintai orang lain dengan baik?
Baca juga :
5 Jenis Gangguan Kesehatan Mental saat Hamil yang Membahayakan Ibu dan Janin
Demi Kesehatan Mental Anak, Jangan Lakukan 7 Hal ini Pada Mereka
Pernah cemas hingga berbulan-bulan? Waspada alami gangguan kesehatan mental ini!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.