Ada beberapa jenis antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri. Salah satunya adalah chloramphenicol atau kloramfenikol. Obat antibiotik ini umumnya diindikasi sebagai pengobatan topikal untuk mengatasi infeksi superfisial pada telinga luar, serta infeksi superfisial pada mata.
Menurut National Library of Medicine, Chloramphenicol adalah antibiotik berspektrum luas yang diperkenalkan pada praktik klinis pada tahun 1948, merupakan semisintetis antibiotik yang diturunkan dari Streptomyces venequelae dengan aktivitas bakteriostatis.
Chloramphenicol berdifusi ke dalam dinding sel bakteri dan mengikat pada subunit ribosom 50S bakteri tersebut.
Artikel terkait: Bisa Mengobati Mata Ikan, Ketahui Dosis dan Efek Samping Callusol
Obat Chloramphenicol – Manfaat, Dosis, dan Efek Samping
Kloramfenikol merupakan obat antibiotik yang digunakan untuk membasmi bakteri penyebab infeksi dengan cara memperlambat hingga menghentikan pertumbuhannya.
Perlu dicatat, kloramfenikol hanya bekerja untuk mengatasi masalah infeksi bakteri, bukan virus. Antibiotik jenis ini efektif mengobati infeksi akibat bakteri S. typhi, H. influenzae, E.coli, C.psitacci, serta beragam spesies bakteri neisseria, staphylococcus, streptococcus, dan rickettsia.
Beberapa penyakit yang umumnya bisa diatasi oleh obat ini di antaranya adalah:
- Konjungtivitis bakterial
- Meningitis
- Demam tifoid
- Abses otak
- Anthrax
- Otitis eksterna
- Abrasi kornea
Peringatan Khusus Sebelum Menggunakan Chloramphenicol
Obat Kloramfenikol tidak dijual bebas dan hanya bisa digunakan dengan resep dokter. Bisa digunakan oleh orang dewasa dan anak-anak di atas 2 tahun.
Namun, untuk ibu hamil dan menyusui, tidak dianjurkan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter.
Pasalnya, obat kloramfenikol tergolong ke dalam obat-obatan terkait risiko kehamilan kategori C menurut US Food and Drugs Administration (FDA). Artinya, obat ini mungkin berisiko jika digunakan dalam kondisi hamil dan menyusui.
Untuk memastikan obat ini aman digunakan, beri tahu dokter bila Anda memiliki:
- Alergi, terutama pada chloramphenicol
- Memiliki riwayat kelainan darah seperti anemia aplastik, gangguan sumsum tulang, penyakit ginjal, dan penyakit liver
- Sedang mengonsumsi obat lain, terutama obat yang menaikkan tekanan darah, herbal, dan suplemen
- Obat ini dapat memengaruhi hasil uji gula darah. Konsultasi dulu ke dokter jika memiliki diabetes sebelum menggunakan
- Hendak melakukan vaksinasi seperti tifoid, kolera, dan BCG
Interaksi dengan Obat Lain
Saat Chloramphenicol digunakan dengan obat lain, ada beberapa efek interaksi yang terjadi, seperti:
- Bersama dengan rifampicin dan phenobarbital, terjadi penurunan efektivitas obat ini dalam membasmi bakteri
- Jika digunakan bersama obat yang berfungsi menekan fungsi sumsum tulang, risiko dan terjadinya efek samping fatal bisa meningkat
- Digunakan bersama obat antidiabetes golongan sulfonilurea dapat meningkatkan efek obat tersebut sehingga bisa terjadi hipoglikemia
- Obat ceftazidime, cynacobalamin, dan beberapa vaksin hidup seperti BCG, kolera, dan vaksin tifoid, maka dapat menurunkan efektivitas penggunaannya
- Adanya penurunan efektivitas bila digunakan dengan antibiotik lain seperti ceftriaxone
- Bila digunakan bersama warfarin, obat ini akan meningkatkan risiko terjadinya perdarahan
Dosis Obat
Obat kloramfenikol dipasarkan sebagai obat keras yang hanya bisa diperoleh dengan resep dokter. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, sirop, obat tetes, salep, dan suntik. Dijelaskan dr. Gita, berikut dosis umum penggunaannya sesuai bentuk:
- Obat tetes mata: 1 tetes setiap 2 jam, selama 2 hari pertama. Setelahnya, kurangi dosis menjadi 1 tetes, 3-4 kali per hari, selama 3 hari
- Obat tetes telinga: 3-4 tetes, setiap 6-8 jam, selama 1 minggu
- Dosis bentuk salep: Sekali oles sebanyak 4-5 kali sehari hingga infeksi sembuh atau sesuai anjuran dokter. Jangan menggunakan obat lebih dari seminggu, kecuali jika disarankan dokter.
- Dosis bentuk suntik hanya boleh diberikan oleh tenaga medis dan di bawah pengawasan dokter sesuai dengan kondisi pasien.
Chloramphenicol Oral (tablet, kapsul, sirup)
- Dewasa: 50 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis. Pada infeksi berat dinaikkan hingga 100 mg/kgBB per hari.
- Anak-anak (di atas 2 tahun): 25-50 mg/kgBB per hari dibagi dalam 4 dosis. Pada infeksi berat, dapat dinaikkan hingga 100 mg/kgBB per hari.
Artikel terkait: Bisa Meredakan Nyeri Haid, Perhatikan Dulu Aturan Konsumsi Obat Neuralgin
Di samping dosis obat, ada juga hal yang perlu Anda perhatikan sebelum atau ketika sedang melakukan pengobatan dengan chloramphenicol, yakni:
- Jika pandangan Anda menjadi buram setelah menggunakan obat ini dalam bentuk tetes atau salep, hindari mengemudikan kendaraan atau melakukan aktivitas sejenisnya sebelum pandangan membaik.
- Sebelum menggunakan obat ini, baca informasi yang tertulis pada kemasan atau ikuti arahan dokter. Gunakan obat sesuai petunjuk dan bentuknya.
- Untuk obat dalam bentuk tetes mata dan salep, pastikan tangan, mata, dan telinga dalam kondisi bersih sebelum menggunakan. Sementara untuk obat bentuk oral, dianjurkan dikonsumsi sekitar 1-2 jam sebelum makan dan minumlah obat ini dengan air mineral.
- Untuk bentuk sirup, konsumsi obat menggunakan sendok yang tersedia dalam kemasan obat. Hindari pemakaian sendok makan atau sendok teh di rumah agar takaran sesuai dosis yang dianjurkan.
- Penggunaan obat ini dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan anemia aplastik. Maka, rutinlah berkonsultasi dengan dokter Anda saat tengah menjalani pengobatan menggunakan Chloramphenicol.
Setelah masa pengobatan selesai, segera buang obat ini dan jangan menggunakannya lagi meski masih bersisa.
Efek Samping yang Bisa Timbul
Umumnya, efek samping yang ditimbulkan dari penggunakan obat ini bersifat ringan dan sementara. Beberapa efek samping yang timbul di antaranya:
- Mual dan atau muntah
- Diare
- Pusing
- Menjadi linglung, bingung, sulit konsentrasi
- Muncul sariawan
- Adanya sensasi tersengat pada mata atau telinga
- Pandangan jadi kabur
Artikel terkait: Mengenal Intermittent Fasting, Pola Diet Puasa untuk Turunkan Berat Badan
Jika efek samping yang timbul tak kunjung hilang atau berat seperti mengalami memar, menjadi lemas, serta sulit bernapas, segera beri tahu dokter. Segera hubungi dokter juga jika muncul reaksi alergi atau overdosis setelah pengobatan.
Itulah informasi seputar manfaat, dosis, dan efek samping Chloramphenicol. Semoga bermanfaat, ya, Parents!
*Perlu diingat, artikel ini hanya informasi umum terkait penggunaan Chloramphenicol, sehingga tidak bisa menjadi pengganti dari arahan medis. Selalu konsultasi dengan dokter, apoteker, atau tenaga medis bersangkutan sebelum Parents menggunakan obat ini.
***
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca juga:
Perihnya Bikin Tak Nafsu Makan, Begini 7 Cara Sembuhkan Sariawan!
7 Dampak Buruk jika Terlalu Sering Minum Es Teh Manis, Yuk Dibatasi!
Turunkan Berat Badan 5 Kg Dalam 13 Hari, Ini 8 Fakta Diet Mayo!