Nama Carina Citra Dewi Joe alias Carina Joe kini menjadi pusat perhatian lantaran dirinya menjadi ilmuwan asal Indonesia yang terlibat dalam produksi vaksin Oxford AstraZeneca. Bahkan, kerja kerasnya tersebut mendapatkan penghargaan Pride of Britain.
Perempuan muda yang berprestasi tersebut layak dijadikan inspirasi oleh para generasi penerus bangsa. Seperti apa profil dan kisah Carina Joe dalam mengembangkan vaksin AstraZeneca yang melindungi jutaan orang di dunia ini?
Artikel Terkait: 7 Fakta Vaksin AstraZeneca, Fatwa MUI Menyatakan Boleh Digunakan!
Profil Carina Joe, Ilmuwan Asal Indonesia Peneliti Vaksin Oxford AstraZeneca
1. Kuliah di Jurusan Bioteknologi
Sumber: Tempo
Melalui acara Ngosyek atau Ngobrol Asyek di Instagram milik Duta Besar Indonesia @desrapercaya, Carina berbagi cerita bagaimana awalnya ia bisa terlibat dalam produksi vaksin AstraZeneca.
Awalnya perempuan berambut panjang itu tertarik untuk masuk jurusan Bioteknologi, khususnya dalam bidang manipulasi genetika. Namun, Ia menjalani studi di luar negeri karena di Indonesia jurusan tersebut masih belum banyak dibuka.
2. Ditawari Magang di Australia
Sumber: Kompas
Usai lulus S1, Carina ditawari untuk menjalani internship atau magang di salah satu perusahaan farmasi di Australia. Bekerja di perusahaan tersebut, ternyata membuka kesempatan baru dan peluang bagi Carina untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi.
Artikel Terkait: 5 Jenis Vaksin COVID-19 untuk Ibu Hamil, Ini Aturan Pemberiannya
3. Carina Joe Ilmuwan Astrazeneca Meraih Gelar PhD
Sumber: Tempo
Carina akhirnya meraih gelar PhD di bidang bioteknologi dari Royal Melbourne Institute of Technology, Australia. Ia menyebut bahwa pengalamannya di industri bioteknologi ini ikut berpengaruh dalam riset vaksin COVID-19 yang kini ia jalani.
4. Bekerja Keras Memproduksi Vaksin AstraZeneca
Sumber: Kumparan
Ketika ditawari untuk terlibat dalam produksi vaksin AstraZeneca, Carina mengaku dirinya sangat senang dan seperti mendapatkan sebuah proyek besar karena hasil kerjanya akan berpengaruh langsung kepada kehidupan masyarakat secara global.
Bersama timnya, Carina bekerja memproduksi vaksin AstraZeneca dengan sangat keras. Ia bahkan bekerja tujuh hari seminggu lebih dari 12 jam sehari.
“Tanpa libur tanpa istirahat selama 1,5 tahun itu, supaya bisa digunakan di seluruh dunia,” paparnya.
Menurut Carina, proses pengembangan vaksin hingga bisa bekerja dengan efektif pada umumnya memakan waktu lama, bahkan bisa mencapai 10 tahun. Namun, ia menjelaskan produksi vaksin COVID-19 cenderung singkat karena proses pembuatannya dilakukan secara pararel dan birokrasinya dipercepat dengan alasan kedaruratan.
Carina sendiri bertanggung jawab untuk mengembangbiakkan virus di dalam sel (bioreactor) dan memurnikan virus dengan cara memisahkannya dari sel inang agar dapat digunakan sebagai vaksin.
5. Menemukan Formula 30 Mililiter Sel
Sumber: Tempo
Dilansir dari BBC Indonesia, pada 15 Januari 2020 Carina menemukan formula 30 mililiter sel yang memungkinkan vaksin dapat diproduksi 10 kali lipat lebih banyak hanya dengan menggunakan sekitar 2 sendok makan sel.
Dari percobaan ini, penggunaan jumlah sel yang sedikit akan memungkinkan vaksin produksi dengan harga semurah mungkin. Formula ini juga sangat sederhana sehingga dapat ditransfer ke berbagai fasilitas dunia yang belum pernah memproduksi produk vaksin sejenis agar bisa dipelajari dengan cepat kemudian diproduksi.
“Dari eksperimen 30 mililiter atau dua sendok makan sel, bisa menghasilkan vaksin lebih dari satu miliar dosis dan dengan target tiga miliar dosis (pada akhir tahun) untuk suplai ke seluruh dunia,” Carina berujar.
6. Menggratiskan Hak Paten
Sumber: Tempo
Alumnus dari SMAK 1 Penabur Jakarta itu menjelaskan bahwa vaksin AstraZeneca memiliki beberapa hak paten. Ia sendiri menjadi salah satu dari pemilik hak paten tersebut.
Bersama rekannya, Sarah Gilbert yang merupakan Profesor Vaksinologi di Universitas Oxford, keduanya memutuskan untuk menggratiskan hak paten yang mereka miliki agar harga vaksin AstraZeneca bisa menjadi sangat murah.
Artikel Terkait: Riset Ungkap Alasan Vaksin COVID-19 untuk Anak di Bawah 12 Tahun Belum Tersedia
7. Cerita Caria Joe Ilmuwan Astrazeneca, Sempat Hampir Menyerah
Sumber: BBC Indonesia
Perjalanan Carina dalam mengembangkan vaksin AZ rupanya cukup berliku-liku. Ia bahkan sempat hampir menyerah karena harus tetap bekerja walau sakit dan tak bisa beristirahat.
“Pandemi mengajarkan saya untuk tahan banting dengan segala keadaan untuk mengerjakan tugas saya, karena saat itu hanya saya satu-satunya yang bisa mengerjakan eksperimen ini karena tim ini kecil. Tidak ada gantinya untuk mengerjakan tugas ini,” ungkapnya.
Namun, atasannya mengatakan bahwa kerja keras mereka dibutuhkan oleh semua warga dunia. Ia pun memutuskan untuk melakukan yang terbaik demi umat manusia.
“Saat hampir menyerah, bos saya bilang kita melakukan hal yang tepat. Ini mungkin satu hal yang sangat penting yang kita lakukan dalam karir kita, karena banyak orang meninggal (karena COVID-19). Jadi kita lakukan yang terbaik, demi kemanusiaan,” Carina bercerita.
***
Itulah kisah perjuanganCarina Joe, ilmuwan asal Indonesia yang terlibat dalam pengembangan vaksin COVID-19 AstraZeneca. Pandemi belum usai, jangan lupa untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dan mendapatkan vaksin jika ada kesempatan, ya, Parents!
Baca Juga:
8 Fakta dan Hoax Vaksin COVID-19, Jangan Sampai Salah Informasi!
6 Hal yang Perlu Parents Ketahui Soal Vaksin COVID-19 pada Ibu Menyusui
14 Efek Samping Vaksin COVID-19, Bersifat Ringan dan Sementara
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.