Hati orangtua mana yang tak patah mendengar berita perundungan kembali terjadi. Kali ini korbannya adalah seorang bocah SD berusia 11 tahun asal Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat. Anak laki-laki berinisial FH ini bukan korban pertama yang harus meregang nyawa pasca alami perundungan. FH,
Korban kasus bullying di Tasikmalaya ini, sempat alami depresi hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir setelah 3 hari dirawat di RSUD SMC Tasikmalaya.
Sudah berulang kali terjadi, lantas siapa yang harus bertanggung jawab atas kasus semacam ini?
Korban Kasus Bullying di Tasikmalaya Dipaksa Menyetubuhi Kucing
Sumber: Pexels
Entah dari mana ide aksi keji ini berasal. Siswa SD berusia 11 tahun ini meninggal dunia akibat depresi setelah dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman-teman sebayanya. Bahkan anak-anak itu tega merekam aksi tak beradab itu sembari melontarkan olokan kasar kepada FH.
Dan yang paling menyedihkan, aksi mereka tak berhenti disitu. Video rekaman tersebut disebarkan ke teman-teman FH lainnya sehingga korban mendapat bullying yang semakin menjadi-jadi.
Sejak saat itu, FH tak mau makan dan minum hampir sepekan lamanya. Dirinya juga sering tampak murung, melamun, dan menyendiri saat berada di rumah.
Alami Depresi dan Sempat Dilarikan ke Rumah Sakit
Pantas saja korban mengalami depresi. Usai kejadian itu, korban tidak berani menceritakan soal perundungan yang dialaminya ke orangtuanya.
FH lebih banyak murung dan tidak mau makan selama seminggu. Hingga sempat dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami demam dan penurunan kesadaran.
Menurut pendapat seorang psikolog, perundungan tidak hanya bisa berdampak pada psikis saja namun juga bisa menyebabkan keluhan fisik. Apalagi pada kasus ini, korban diminta melakukan hal yang bersentuhan fisik.
Diagnosis Dokter Terkait Korban Kasus Bullying di Tasikmalaya
Dokter RSUD Tasikmalaya mengungkap penyebab kematian bocah malang ini akibat mengalami peradangan otak akibat komplikasi dari tiphoid yang menyerang otak.
Meski masih dugaan, dokter menyebut bahwa korban mungkin mengalami neuropati alias gejala gangguan atau penyakit pada saraf di tubuh melihat kondisi mentalnya yang memang berada pada episode depresif. Itu sebabnya FH sempat mengalami penurunan kesadaran saat dibawa ke rumah sakit.
Terlebih keluarga pasien juga menjelaskan bahwa putranya baru saja mengalami perundungan. Sehingga hal ini menjadi sangat masuk akal, lantaran ketika pasien mengalami gangguan kejiwaan, pasien akan mengalami penurunan daya tahan atau imun. ditambah tak ada masukan makanan dan minuman,” kata dia.
Ridwan Kamil Angkat Bicara, Ini Tanggung Jawab Bersama
Mendengar kabar menyedihkan ini Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, angkat bicara. Dirinya mengutuk keras kasus perundungan yang menimpa bocah asal Tasikmalaya ini. Dan menganggap bahwa kasus ini sudah sepantasnya jadi tanggung jawab bersama.
“Saya mengutuk keras kejadian di Tasikmalaya. Ini tanggung jawab dari lingkungan terdekat yaitu sekolah, kepala sekolah, para guru harus bertanggung jawab penuh,” kata Ridwan Kamil saat ditemui di Gedung Sate.
Lebih lanjut, Ridwan Kamil menegaskan bahwa pihak sekolah punya tanggung jawab lebih karena orangtua sejatinya menitipkan anaknya ke sekolah agar mendapatkan penjagaan dan pendidikan.
“Kepala sekolah dan guru sekolah harus tanggungjawab penuh karena orangtua menitipkan anaknya ke sekolah untuk dijaga, untuk diedukasi,” ujarnya.
Selain sekolah, Ridwan Kamil juga menekankan pentingnya peran orangtua dalam mendidik anaknya.
“Dan orang tua harus mampu mendidik anaknya, menanamkan pendidikan karakter. Di rumah, orang tua adalah guru. Di sekolah, guru adalah orangtua,” tambahnya.
Sebagai penyintas aksi bullying, Ridwan Kamil paham benar bagaimana dampak yang dirasakan korban. Untuk itu, dirinya menuntut harus ada sanksi terhadap pelaku, sekalipun masih di bawah umur. Dengan memperhatikan asas-asas kepatutan dan kemanusiaan, tetap harus ada pelajaran bagi para pelakunya.
Sejumlah Informasi Terus Dikumpulkan Terkait Kasus Bullying di Tasikmalaya
Sumber: Pexels
Meski keluarga pelaku sudah datang dan meminta maaf, orangtua korban tetap mengambil proses hukum untuk menentukan langkah tepat bagi para pelaku agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Terkait kasus ini, Polda Jawa Barat memang belum menetapkan tersangka. Namun pelaku terduganya sudah diketahui ada 4 orang. Meski tidak seumuran dengan korban, namun semuanya merupakan anak di bawah umur. Untuk itu pihaknya mengaku masih terus mendalami masalah dan mengumpulkan informasi.
Sebagai orangtua, tentu kita berharap kasus ini bisa diusut tuntas dan para pelaku bisa mendapat hukuman setimpal agar tidak mengulangi perbuatan serupa.
Dan besar harapan bahwa kasus seperti ini tidak terus terulang. Untuk mencegah hal mengerikan ini terjadi pada anak kita, mari simak beberapa cara mengajarkan anak saat merasa terintimidasi.
Artikel Terkait: Konsep CINTA, Cara Tepat Mencegah Anak Jadi Pelaku atau Korban Bullying
9 Tips Ajarkan Anak Hadapi Aksi Bullying
Kasus bullying yang menimpa FH mengingatkan kembali pada orangtua di luar sana soal pentingnya lingkungan yang inklusif untuk anak. Sekalipun sudah membentengi anak dengan nilai-nilai baik, bukan jaminan bahwa anak akan bebas dari aksi bullying. Oleh sebab itu orang tua perlu mengajarkan agar anak berani hadapi bullying dari teman atau orang-orang di sekitarnya.
1. Minta Mereka Abaikan Pelaku Bullying
Pelaku bullying seringnya semakin menjadi-jadi ketika direspons oleh korbannya. Karena tujuan mereka memang ingin memancing respons. Entah itu marah, menangis, malu, atau ketakutan.
Untuk itu, orangtua bisa mengajarkan anak untuk tidak bereaksi saat pelaku mulai mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyakitkan. Sering kali, ketika aksinya diabaikan, pelaku jadi mengurungkan niatnya dan lama-lama jadi kehilangan minat untuk mengganggu lagi.
2. Menunjukkan Sikap Tegas
Menunjukkan sikap yang tegas bisa membuat tukang bully berpikir ulang melancarkan aksinya. Pasalnya mereka tahu kalau lawannya bukan orang yang lemah.
Namun, cara ini harus dilakukan dengan hati-hati karena terkadang bisa memperburuk situasi. Jika cara ini belum berhasil, sarankan anak untuk bicara pada orang lain yang bisa menghentikan aksi intimidasi tersebut.
3. Perlihatkan Kepercayaan Diri
Anak-anak yang punya rasa percaya diri tinggi cenderung terhindar dari bullying.
Orangtua bisa mengajarkannya lewat gaya bahasa tubuh, seperti berjalan dengan tegak dan tenang, berani melakukan tatap mata, dan berkata dengan tegas. Intinya ajarkan mereka agar tidak mudah ditindas.
4. Minta Anak Menghindari Lokasi Berisiko
Aksi bullying sering kali dilakukan di tempat-tempat yang jauh dari keramaian, seperti sudut taman, lorong sepi, kamar mandi, dan lain sebagainya. Jika anak tahu sudut-sudut rawan tersebut, minta mereka untuk menghindarinya. Karena mendekatinya bisa menjadikan anak sebagai target intimidasi di kemudian hari.
5. Suruh Mereka Berteriak dalam Keadaan Darurat
Salah satu cara membela diri saat terjadi perundungan adalah dengan berteriak.
Untuk itu, suruh anak Anda berteriak saat merasa akan diserang. Selain bisa mengacaukan konsentrasi lawan, anak juga lebih mungkin mendapat bantuan dari orang di sekitarnya. Yang jelas, diam bukan ide yang baik saat berada dalam keadaan darurat.
6. Dorong Anak untuk Berkawan
Sumber: Pexels
Korban bullying biasanya anak-anak yang suka menyendiri atau terisolasi secara sosial. Untuk itu, doronglah anak Anda untuk berteman.
Kalau anak memiliki kesulitan bergaul, orang tua wajib mengajarkan bagaimana cara membangun persahabatan. Pasalnya dengan memiliki kawan, anak bisa saling melindungi satu sama lain dari pelaku perundungan.
7. Ajari Cara Melawan
Banyak orangtua khawatir anaknya terlibat perkelahian fisik. Namun, dalam kasus perundungan yang melakukan serangan fisik, hal ini mutlak diperlukan.
Salah satu cara yang bisa Anda lakukan adalah dengan membekali mereka dengan teknik bela diri. Ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menyerang teman atau orang yang lebih lemah, melainkan lebih untuk melindungi diri atau menghindar dari serangan yang diterimanya.
Sebagai informasi, anak yang tidak dapat membela diri saat dirundungan berpotensi mengalami depresi saat dewasa kelak.
8. Kasus Bullying di Tasikmalaya Bisa Dicegah kalau Anak Melapor pada Orang Dewasa
Cara lain agar anak terhindar dari bullying berkepanjangan adalah meminta mereka untuk berani melapor pada orang dewasa. Contohnya orangtua dan guru.
Dengan begitu, ada keterlibatan dari pihak yang lebih “berwenang” untuk menghentikan aksi membahayakan ini.
9. Agar Kasus Bullying di Tasikmalaya Tidak Terulang, Ajak Anak Berbagi Cerita
Seperti yang dialami FH, tidak semua anak berani menceritkan apa yang dialaminya. Untuk itu, biasakan anak untuk berbagi cerita.
Ajak mereka bicara soal sekolahnya, teman-temannya, kesukaannya, dan lain sebagainya. Buat mereka merasa didengar dan dipahami. Dengan begitu, ketika sesuatu menimpa mereka, anak tidak akan segan menceritakannya pada Anda. Dan sebagai orangtua Anda jadi bisa segera mengambil langkah untuk melindungi anak.
Parents, semoga kejadian memilukan ini bisa menjadi pelajaran bagi semua orangtua. Tinggal diam menerima nasib bukan solusinya.
Mari kita lindungi anak-anak dari bahaya yang mungkin sekali mengincarnya. Dan yang terpenting adalah sudah tugas orang tua untuk mendidik mereka tumbuh jadi pribadi yang baik.
Baca Juga:
Jadi Buah Bibir, Berikut 5 Fakta Tindakan Bullying di Korea Selatan
Apa Itu Beauty Bullying? Ketahui Dampak Buruk dan Cara Menghentikannya
Cerita Gamers Livy Renata Jadi Korban Bullying di International School
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.