Baru-baru ini, topik rapid antigen dan swab antigen mendadak ramai di media sosial. Berawal dari rapid test antigen yang menjadi syarat bagi mereka yang ingin berlibur ke Bali, banyak orang mencari tahu sejauh apa tingkat keakuratan uji satu ini. Termasuk mencari tahu seperti apa sebenarnya cara kerja swab antigen dan apa bedanya dengan tes uji COVID-19 lainnya?
Cara Kerja Swab Antigen
Mengigat banyaknya masyarakat yang sudah melakukan perjalanan domestik, berbagai upaya pun dilakukan. Termasuk kewajiban menunjukkan surat hasil negatif COVID-19 melalui uji swab berbasis PCR jika ingin masuk ke Bali telah resmi ditetapkan.
Hal ini berdasarkan Surat Edaran Nomor 2021 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat selama Libur Hari Raya Natal dan Menyambut Tahun Baru 2021 dalam Tatanan Kehidupan Era Baru di Provinsi Bali.
Dalam SE tersebut, disebutkan pejalan yang akan melakukan perjalanan via jalur darat harus menunjukkan surat keterangan hasil negatif uji rapid test antigen paling lama 2×24 jam sebelum keberangkatan. Dinilai terlalu mendadak, kebijakan terbaru ini menuai banyak protes.
Di satu sisi, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan aturan ini diberlakukan guna mengantisipasi lonjakan kasus saat libur Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2021. Terhitung hingga Kamis (17/12) malam, pengguna Twitter yang membahas topik “Rapid” mencapai lebih dari 33.900 kali! Lantas, apa itu swab antigen?
Swab antigen merupakan penerapan uji COVID-19 dengan pengambilan sampel di pangkal hidung dan tenggorokan. Sampel diambil dengan swab test atau tes usap sehingga mirip dengan pelaksanaan tes PCR.
Mengutip Time, swab antigen bertujuan mencari protein yang terdapat di permukaan virus. Cara kerja ini berbeda dengan PCR test yang mencari material genetik pada virus corona penyebab COVID-19.
Mekanisme swab antigen dikatakan tidak terlalu berat dengan bahan kimia lebih sedikit dibandingkan tes PCR. Umumnya, hasil swab antigen lebih cepat keluar dibandingkan tes PCR, namun hasilnya dinilai tidak terlalu sensitif. Dengan kata lain, tingkat akurasi rapid antigen ini lebih tinggi dibandingkan rapid antibodi, namun lebih rendah daripada tes PCR.
Hal ini diperkuat oleh Dr Aneesh Mehta, pimpinan layanan penyakit infeksi Emory University Hospital di Atlanta yang menyebutkan swab antigen berisiko memberi hasil false negative dan false positive. Risiko muncul jika reagen salah mengenali protein COVID-19 atau sama sekali melewatkannya. Inilah sebabnya pasien lebih dianjurkan melakukan tes PCR karena lebih efektif.
Apa Bedanya dengan Rapid Antigen, Rapid Antibodi, dan PCR?
Beragam istilah banyak beredar di media perihal uji yang dilakukan masyarakat untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh mereka. Hal ini kerap menimbulkan kebingungan, misalnya apa perbedaannya dengan rapid antigen.
Menanggapi hal tersebut, dokter umum sekaligus kandidat PhD di Medical Science di Kobe University, Adam Prabata mengatakan bahwa “swab antigen” dengan “rapid antigen” hanyalah kesamaan istilah dan pada dasarnya diperlukan sebagai syarat perjalanan.
Adapun masa swab antigen akurasi tinggi ini terjadi setelah masa infeksius atau setelah hari ke-10 setelah bergejala. Dengan keakuratan tingkat medium, tes ini membutuhkan waktu 20-30 menit untuk mendeteksi adanya virus Corona aktif dalam tubuh.
Hal ini tentu berbeda dengan rapid tes antibodi yang hanya mengidentifikasi antibodi dalam tubuh. Rapid antibodi memiliki nama lain yaitu tes serologi, dan cara kerjanya adalah mengambil darah sebagai sampel pemeriksaan.
Tujuan pemeriksaan adalah untuk mendeteksi kemunculan antibodi seseorang akibat infeksi virus Corona. Sasaran pemeriksaan rapid test antibodi adalah antibodi yang terdapat dalam darah sebagai screening awal COVID-19. Lama waktu yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi adalah 5-10 menit.
Di samping itu, PCR atau Polymerase Chain Reaction adalah mekanisme pembacaan kode genetik pada sampel untuk mengetahui keberadaan COVID-19. Test PCR merujuk pada Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pengambilan sampel PCR mirip dengan swab antigen yaitu dengan pengambilan sampel di pangkal hidung dan tenggorokan. Mengingat akurasi yang ditengarai paling tinggi dalam mendeteksi virus, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menganggap test PCR sebagai gold standard dalam dunia uji COVID-19.
Mekanisme test PCR menggunakan sampel RNA COVID-19 yang disalin balik untuk membentuk pasangan DNA. Salinan diperbanyak dengan PCR hingga terbentuk banyak rantai DNA, yang biasanya perlu waktu 6 jam hingga dua hari.
Kendati membutuhkan waktu lebih lama dan harganya mahal dibanding tes lainnya, tes PCR memberikan hasil yang lebih akurat sehingga lebih diutamakan. Itulah sebabnya tes PCR hanya bisa dilakukan tenaga profesional karena harus menggunakan teknologi dan reagen.
Nah, Parents, semoga informasi terkait cara kerja swab antigen ini bisa bermanfaat ya!
Baca juga:
Ingin Liburan ke Bali dalam Waktu Dekat? Ini Aturan yang Perlu Diperhatikan
14 Daftar RS dan Klinik di Jakarta dengan Layanan Swab Test Terjangkau
Seberapa Penting Tes Swab untuk Ibu Hamil dan Kapan Harus Melakukannya?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.