Banyak yang mengeluhkan bila cuaca akhir-akhir ini terasa sangat panas dan perubahan iklim tidak bisa diprediksi lagi. Ternyata baru-baru ini diketahui bahwa suhu memang tengah meningkat sehingga bumi panas kian terasa. Keadaan bumi yang makin panas ini menimbulkan dampak yang diprediksi para ahli.
Salah satu penelitian terbaru di jurnal Nature memprediksi keadaan bumi panas ini sebagai bentuk pemanasan global yang menyebabkan 4.000 virus dapat berpindah dari satu mamalia ke organisme yang lain. Termasuk adanya potensi berpindah dari hewan ke manusia per tahun 2070.
Perpindahan ini disinyalir karena iklim yang semakin panas. Hal ini akan memaksa hewan melakukan perpindahan menuju ke suatu ekosistem yang lebih dingin. Saat hewan-hewan tengah berkumpul di tempat yang baru hingga berjumpa dengan spesies hewan lain, maka selalu ada potensi perpindahan virus dari satu spesies ke spesies lain.
Selain adanya kemungkinan perpindahan virus antar hewan, hal yang turut dikhawatirkan para ahli yaitu adanya potensi zoonosis.
Zoonosis merupakan penyakit yang dari hewan ke manusia. Hal ini memungkinkan transmisi virus yang berasal dari hewan berpindah ke manusia. Risiko ini semakin besar bila habitat hewan yang berdekatan dengan tempat tinggal manusia.
Disebut-sebut salah satu hewan yang memiliki resiko transmisi virus ke manusia adalah kelelawar. Berdasarkan penelitian kelelawar termasuk sebagai hewan yang mempunyai risiko sebagai agen penyebar.
Hal ini dikarenakan kelelawar merupakan satu-satunya mamalia yang bisa terbang sekaligus punya peran penting dalam suatu ekosistem.
Setidaknya diketahui ada 4.000 penyebaran virus mamalia antara spesies yang diantaranya memiliki resiko transimisi ke manusia hingga bisa menyebabkan terjadinya endemi bahkan pandemi dikutip dari Kumparan.
“Tetapi masing-masing memiliki potensi untuk mempengaruhi kesehatan hewan dan mungkin kemudian menyebar ke populasi manusia,” ujar Greg Albery, salah satu peneliti dikutip dari CNBC.
“Bagaimanapun, ini kemungkinan akan menjadi berita yang sangat buruk bagi kesehatan ekosistem yang terkena dampak.” tambahnya lagi
Bagaimana Virus dapat Berpindah?
Sumber: freepik
Pemanasan global mengakibatkan temperatur suatu ekosistem hampir semua tempat di bumi semakin memanas. Hal ini yang memicu hewan bermigrasi ke wilayah yang memiliki cuaca yang lebih dingin. Saat beberapa spesies tersebut bertemu dengan spesies lainnya maka diperkirakan akan terjadi kontak. Kontak inilah yang mengakibatkan adanya potensi transmisi virus antar spesies hingga ke manusia.
Beberapa Wilayah disebut ilmuwan sebagai hotspot transmisi penyebaran virus berdasarkan simulasi suatu penelitian. Wilayah ini pula tumpang tindih dengan wilayah populasi manusia.
Diketahui salah satu wilayah yang termasuk di daftar tersebut adalah Indonesia bersama dengan dataran tinggi Sahel (Afrika), timur China serta India. diprediksi per tahun 2070, transmisi virus antar spesies ini akan mencapai puncaknya.
Kasus Perpindahan Virus di Beberapa Negara
Sumber: pexels
Transmisi virus akibat perpindahan hewan ini terjadi di Kanada. Kasus ini bermula dari hewan yang berpindah ke ekosistem yang lebih dingin seperti contoh wabah kutu (tick) yang menyerang setelah satu dekade lamanya tidak ada penyakit Lyme dan kemudian kembali menyerang populasi di sana.
Kasus lainnya terjadi di Arktik, ditemukan sebuah virus anjing laut Antlantik oleh epidemiologis. Virus ini kemudian berpindah ke spesies berang-berang pasifik setelah adanya perubahan iklim berupa es di Arktik yang memeleleh hingga menyebabkan dua spesies ini bertemu dan melakukan kontak.
Begitu pula pernah terjadi pada spesies kalong di Australia yang bergerak ke selatan selama dekade terakhir hingga akhirnya menularkan virus zoonosis Hendra ke populasi kuda domestik di sana.
“Ini adalah studi menarik yang menempatkan perkiraan kuantitatif pada apa yang telah dikatakan sejumlah ilmuwan selama bertahun-tahun (termasuk saya): perubahan iklim – bersama dengan faktor lain – akan meningkatkan peluang untuk pengenalan, pembentukan, dan penyebaran virus ke wilayah geografis baru. lokasi dan spesies inang baru,” Ujar Matthew Aliota kepada CNBC.
Diketetahui Alliota merupakan seorang profesor Departemen Ilmu Kedokteran Hewan dan Biomedis di University of Minnesota. Meski demikian, Aliota sama sekali tidak terlibat dalam penelitian ini.
“Sayangnya, kita akan terus melihat kejadian penyakit zoonosis baru dengan frekuensi dan cakupan yang meningkat,” tambah Aliota.
Studi tahun 2013 di jurnal Nature telah memperkirakan bahwa ada 320 ribu virus yang diketahui menghuni atau tinggal dalam tubuh seluruh spesies mamalia.
Namun, belum bisa dipastikan berapa jumlah virus di atas yang akan menginfeksi manusia dari 5.000 virus yang sudah diketahui. Rosiko ini lantas tidak bisa diabaikan begitu saja.
Bumi Butuh Persiapan Hadapi Perpindahan Virus
Sumber: Pexels
Belajar dari penyebaran virus COVID-19, manusia di bumi ini butuh banyak persiapan yang matang untuk menghadapi pandemi. Maka dari itu diharapkan studi ini bisa menjadi alarm peringatan dini bahwa terdapat bahaya dari perubahan iklim, bukan saja perihal suhu yang semakin panas namun juga adanya transmisi virus antar spesies sebagai akibat peningkatan suhu ini.
“Gambaran besar, kesiapsiagaan adalah kuncinya dan kami perlu berinvestasi dalam penelitian, deteksi dini, dan sistem pengawasan,” kata Aliota.
“Studi seperti ini dapat membantu mengarahkan upaya tersebut dengan lebih baik dan menekankan perlunya memikirkan kembali pandangan kita dari pandangan yang berfokus pada manusia tentang risiko penyakit zoonosis ke pandangan ekosentris,” tutupnya.
Baca Juga:
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.