Beberapa waktu lalu, artis Tya Ariestya meluncurkan buku berisi pengalaman diet atau menurunkan berat badan. Buku bertajuk #FitTyaAriesTya ini mengundang cukup banyak kontroversi di media sosial lantaran menyebut bahwa konsumsi sayur dapat menyebabkan kenaikan berat badan.
Hasil yang dicapai Tya memang menakjubkan, ia mampu menurunkan berat badan hingga 20 kilogram lebih dalam waktu singkat. Diet tersebut ia tempuh lantaran ingin melakukan program bayi tabung untuk anak ketiga.
Dalam bukunya, Tya memang sudah menyebutkan bahwa diet yang ia lakukan di bawah pengawasan profesional. Ada pun menu diet di dalamnya juga dirancang khusus untuknya. Namun, meski dibuat khusus, tetapi rupanya tak sedikit orang yang tergoda mencoba diet ala Tya tersebut.
Artikel Terkait: Sebut Sayur Bikin Gemuk Buku Diet Tya Ariestya Jadi Kontroversi, Ini Pendapat Ahli Gizi
Sayangnya, beragam testimoni yang muncul dari mereka yang mencoba diet ekstrem tersebut cukup memprihatinkan. Ada yang mengungkapkan bahwa dirinya sempat tak bisa buang air besar hingga berhari-hari, rambut rontok, dan lain sebagainya.
Karena dianggap sudah menimbulkan persepsi yang salah di masyarakat, PERGIZI PANGAN Indonesia pun angkat bicara. Melalui sebuah webinar bertajuk ‘Bedah Buku #FitTyaAriesTya’, PERGIZI PANGAN Indonesia mengoreksi beberapa pernyataan yang ditulis Tya dalam buku dietnya tersebut.
PERGIZI PANGAN Indonesia Membedah Buku Diet Tya Ariestya
Tony Arjuna, MNutDiet, PhD, AN, APD – Ketua Program Studi Dietisien, Departemen Gizi Kesehatan, FK-KMK Universitas Gajah Mada sebagai pengurus PERGIZI PANGAN Indonesia menyatakan, memiliki berat badan yang ideal memang impian dari banyak orang.
“Proses mencapai berat badan ideal tidaklah mudah. Terutama karena pola makan dan gaya hidup masa kini yang cenderung membuat asupan energi jauh di atas kebutuhan harian. Berat badan perlahan terus bertambah hingga akhirnya menimbulkan berbagai gejala yang menurunkan kualitas hidup,” paparnya.
Menurutnya, dewasa ini berbagai macam metode menurunkan berat badan yang diklaim dapat memberikan hasil secara instan selalu jadi pilihan masyarakat.
“Padahal, proses instan tersebut selalu membawa risiko besar yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan jangka panjang,” lanjut Tony.
Metode diet dengan pola makan yang mengandung energi (kalori) relatif rendah dan mengeksklusi makanan tertentu sangat populer di masyarakat. Padahal, jika ekslusi dilakukan pada kelompok makanan yang esensial, maka kemungkinan terjadi defisiensi zat gizi yang signifikan dalam waktu yang relatif singkat.
Artikel Terkait: 3 Diet Paling Ngetren, Apa Kelebihan dan Kekurangannya?
Dalam buku dietnya, Tya menuliskan beberapa menu makan. Setelah melakukan analisis sedemikian rupa pada 12 menu makanan yang ada dalam buku tersebut, ketua PERGIZI PANGAN Indonesia, Prof. Hardinsyah, MS. PhD, mengkategorikan menu diet tersebut ke dalam diet Sangat Rendah Energi (Diet SRE).
“Dengan diet begini, insulin rendah dan kekurangan energi tubuh diambil dari pemecahan cadangan glikogen pada tahap awal. Kemudian berlanjut pemecahan cadangan lemak sampai defisit energi via diet dan olahraga ditiadakan,” jelas Prof. Hardinsyah.
Guru besar Ilmu Gizi dari Institut Pertanian Bogor tersebut menyebutkan bahwa dalam diet ekstrem seperti ini dapat menyebabkan berbagai efek samping. Jika tidak didukung dengan suplemen gizi mikro dan suplemen asam lemak esensial untuk menjaga fungsi empedu, disertai minum, tidur, dan olahraga yang cukup, maka dapat berbahaya.
Ia kembali menjelaskan, berat badan yang turun sekitar 65-75% adalah cadangan lemak dan selebihnya adalah air dan masa tubuh tanpa lemak yang terlarut.
“Biaya diet dan suplemen memang murah, tapi biaya tenaga profesional tentu tidak murah. Tidak semua orang bisa menjangkau. Ada banyak cara mencegah dan mengendalikan lemak rubuh, tapi tidak ada satu cara yang paling sehat untuk semua orang,” tambahnya.
Prof. Hardinsyah pun meminta Tya Ariestya untuk meralat dua buah pernyataan dalam bukunya. Poin tersebut yaitu; sayur dapat menghambat penurunan berat badan, serta diet yang ia jalani ini adalah cara paling sehat di antara banyak cara diet lainnya.
“Diharapkan pernyataan ini bisa dipertimbangkan untuk diralat oleh yang pemilik pernyataan dan pemilik tulisan sesuai bukti terkini yang kokoh,” tegas Prof. Hardinsyah.
Konsumsi Sayur Tidak Sebabkan Peningkatan Berat Badan
PERGIZI PANGAN Indonesia juga menegaskan, sayur adalah kelompok pangan yang rendah energi, tinggi serat dan potassium, serta banyak mengandung zat bioaktif yang bermanfaat untuk tubuh.
Konsumsi sayur yang cukup dan aman dalam pola gizi seimbang tidak menyebabkan peningkatan berat badan. Bahkan, sayur bisa turut bantu menurunkan berat badan. Konsumsi sayur juga turut mencegah obesitas, penyakit jantung koroner, diabetes tipe 2 dan kanker tertentu.
“Tidak ada bukti ilmiah bahwa mengonsumsi sayur mengganggu mikroba baik dalam tubuh. Mengonsumsi sayur justru menjadi sumber prebiotik atau makanan untuk bakteri baik. Sehingga meningkatkan pertumbuhan bakteri baik di usus,” tulis PERGIZI PANGAN Indonesia dalam siaran persnya.
Sebuah studi yang dilakukan di tahun 2004 juga menunjukkan, konsumsi pangan berserat termasuk sayuran dapat menurunkan risiko obesitas, dan tidak meningkatkan berat badan. Bahkan, jenis makanan ini bantu menurunkan berat badan dan memperlambat peningkatan berat badan. Bukti ilmiah ini didukung dengan beberapa studi serupa.
Menurut penelitian studi meta analisis terkini dari Schlensinger S et al (2019), memberikan bukti bahwa sayur tak meningkatkan berat badan meski dikonsumsi sampai 400gr/hari. Ini berbeda dengan buah yang jika melebihi 350gr/hari dan serealia yang melebihi 80g/hari, justru dapat meningkatkan berat badan.
Artikel Terkait: Busui Ingin Diet yang Aman? Ikuti Tips dari Pakar Gizi Berikut Ini!
Catat! Tak Semua Diet Cocok bagi Setiap Orang
Menurut PERGIZI PANGAN Indonesia, tidak ada diet yang paling sehat untuk semua orang. Diet atau pengaturan pola makan dan pola hidup sehat sifatnya unik atau individual. Tiap orang bisa memiliki respon yang berbeda terhadap metode diet yang sama karena ada potensi keunikan atau pembeda pada masing-masing individu.
Faktor yang memengaruhi kelebihan lemak tubuh atau obesitas sangat kompleks, tidak hanya soal pola makan. Faktor lain seperti genetik, kondisi awal komposisi tubuh, kondisi masa lalu, tingkat stres, keseimbangan hormon, jenis kelamin, umur, lingkungan, dan lain-lainnya dapat berpengaruh.
PERGIZI PANGAN Indonesia menekankan, diet sangat rendah energi belum tentu cocok untuk semua orang. Tak semua orang memiliki kemampuan yang sama dalam ketahanan merespon efek samping dari program diet SRE seperti lapar, pusing, mual, konstipasi, kram, hingga potensi terjadinya batu empedu.
Menurut penelitian, efeknya bisa saja terlihat setelah sekian tahun menjalani diet ekstrim tersebut (yoyo effect). Seseorang hanya boleh mengikuti diet SRE dengan melalui asesmen tertentu di bawah pengawasan tenaga profesional.
Kasus obesitas atau kenaikan berat badan berlebih memang cenderung meningkat di Indonesia. PERGIZI PANGAN Indonesia berharap masyarakat lebih waspada dan cermat memilih cara mengendalikan berat badan dan hidup sehat sesuai dengan permasalahan yang dialami. Dianjurkan pula untuk melakukan konsultasi terlebih dahulu pada profesional di bidangnya.
Nah, bagaimana dengan Parents? Menurunkan berat badan sejatinya tidak bisa dengan cara instan karena memiliki banyak efek samping untuk kesehatan. Buku Diet Tya Ariestya memang menginspirasi untuk mereka yang tengah berjuang mencapai berat badan ideal, tetapi hendaknya diperhatikan kembali bahwa tak semua diet cocok untuk semua orang. Sehingga, tak serta merta kita bebas mengikutinya. Semoga informasi ini bisa bermanfaat, ya.
Baca Juga:
Ibu menyusui mau diet? Ikuti aturannya agar produksi ASI tetap lancar
Awas! 5 Pola diet yang sering dilakukan artis ini berbahaya, jangan ditiru!
Diet ekstrim buat orang gagal raih berat badan ideal, ini alasannya menurut ahli